Sunday, June 10, 2012


Bagian Kelima
Manajemen Dakwah


Pendahuluan
Usaha dakwah yang dilakukan untuk menyebarluaskan dan merealisasikan ajaran Islam di tengah-tengah masyarakat, merupakan kewajiban seluruh umat  Islam sesuai dengan kemampuannya, baik dilakukan secara pribadi maupun dengan kerjasama dalam satu wadah atau disebut dengan organisasi dakwah. Dimana dakwah berlangsung secara terorganisir sebagaimana firman Allah dalam surat Ali-Imran ayat 104 yang artinya: “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” (Departemen Agama, 1971:21)
Kewajiban melaksanakan dakwah yang terpikul dipundak sebagian kaum muslimin yang ditujukan kepada ulama dan  pemimpin-pemimpin Islam dan orang-orang yang berkompeten untuk melakukannya, sebagai sumber daya yang berkualitas yang menggerakkan organisasi dakwah. Dimana tujuan organisasi dakwah pada hakekatnya menggemban tujuan  dakwah itu sendiri.
Dakwah merupakan ikhtiar untuk menanamkan keyakinan, menumbuhkan sikap dan mendorong perilaku manusia menurut nilai-nilai ajaran Islam untuk menjadi kenyataan dalam kehidupan pribadi, keluarga masyarakat sehingga menjadi umat yang terbaik (Khairul Ummah) yaitu Ummatan Wasatha (umat yang            adil dan terpilih). Dengan demikian tujuan  dakwah adalah mengaktuallisasikan nilai-nilai ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari secara pribadi, berkeluarga dan masyarakat sehingga terwujud umat yang sejahtera lahir dan batin bahagia didunia dan akhirat. (Zaini Muchtarom, 1996:4).
Dewasa ini persoalan umat semakin hari semakin bertambah rumit dan kompleks sebagai sasaran dakwah, apalagi dalam perkembangan ilmu dan teknologi, akan membawa pengaruh besar dalam kehidupan umat baik dari segi cara berpikir, bersikap maupun bertingkah laku. Kadang kala lebih diwarnai dengan gaya hidup yang Materialistis, Komsumtif, Hedonistik, dan sebagainya.
Kondisi yang demikian mengandung indikasi bahwa persoalan dakwah akan semakin berat dan meningkat. Untuk penanggulangan dakwah tidak mungkin dilakukan sendiri-sendiri dan sambil lalu, tetapi hendaklah dilakukan secara bekerjasama dalam satu kesatuan yang teratur rapi. Hal ini menghendaki adanya tenaga-tenaga terampil dan mampu untuk mengelola dan mengatur pelaksanaan dakwah atau disebut dengan manajemen dakwah. Kemampuan itu dimulai dari mengidentifikasikan masalah menyusun rencana yang tepat, mengorganisir para pelaksana (sumber daya manusia) dan daya lainnya yang tersedia, menggerakkan kepada pencapaian tujuan dan melakukan penggendalian atau pengawasan terhadap tindakan-tindakan dakwah.
Manajemen sangat diperlukan dalam mencapai tujuan  dakwah, karena manajemen merupakan suatu sistem dan metode atau teknik untuk melakukan pengelolaan yang baik, mendapatkan hasil yang memuaskan, menghindarkan perbuatan yang merugikan dan mubazir, menghindari kesalahan dan kekeliruan dan upaya untuk menegak kebenaran dalam suatu lembaga. Semua itu akan terwujud jika manajemen tersebut sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip dalam al-Qur’an dan Hadis. Seperti efesiensi yang mengajarkan  kepada manusia untuk tidak boros, seimbang, pencapaian manfaat dan adil.  Dalam bekerja dan mengambil keputusan hendaklah memegang prinsip berfikir positif, bermusyawarah, disiplin, kebersamaan dalam hal-hal yang konstruktif dan sebagainya.
Nilai-nilai Islam akan bertahan lama dan membudaya dalam kehidupan individu lembaga dan masyarakat jika dipelihara dan dikembangkan melalui manajemen yang rapi, sebagaimana yang dikemukan  Amrullah Ahmad (1993) : bahwa dakwah Islam adalah kegiatan hasil akhirnya bahkan ditentukan oleh pengelolaan ketika dakwah sedang berlangsung  tetapi telah melembaganya nilai-nilai Islam pada peringkat kenyataan individu, keluarga, komunitas dan masyarakat. Nilai-nilai Islam akan bertahan lama dan membudaya jika terjadi pemeliharaan dan  berkesinambungan dengan organisasi dan manajemen yang rapi.
Dalam kegiatan usaha kerjasama di abad modern ini orang selalu menggunakan dan menerapkan manajemen baik, dalam organisasi profit making  yang  lebih beroreantasi kepada keuntungan dan laba, maupun organisasi non profit making yang lebih mengutamakan pelayanan masyarakat. Organisasi dakwah yang termasuk  non profit making  yang lebih mengutamakan pelayanan masyarakat dalam bidang keagamaan, mengaktuallisasikan nilai-nilai ajaran Islam dalam bentuk amar ma’ruf nahi munkar  di tengah-tengah kehidupan umat, untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.
Untuk mencapai tujuan dakwah secara efektif dan efesien perlu  adanya manajemen, sebab tanpa manajemen tujuan tersebut rumit dan sulit untuk dicapai.
Maka dalam tulisan yang sederhana ini hanya akan dibahas bagaimana penerapan fungsi-fungsi manajemen dalam proses pelaksanaan dakwah. Pembahasan ini dibatasi pada : konsep  dasar manajemen dakwah, unsur-unsur  manajemen dakwah dan proses/fungsi manajemen dakwah.

Konsep Dasar  Manajemen Dakwah   
Untuk melihat konsep dasar tentang manajemen dakwah akan dikemukan tentang pengertian manajemen dan dakwah. 
1.      Pengertian Manajemen
Manajemen merupakan suatu proses yang khas terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan pengawasan yang dilakukan untuk menetukan serta mencapai sasaran yang telah ditetapkan malalui pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber daya lainnya. (G.R. Terry, 1984:4).
Sedangkan menurut Robbin, manajemen adalah the process of efficientcy complated with and other people. ( 1984 :5 ). “Manajemen adalah suatu proses membuat serangkaian kegiatan menjadi efesien untuk mencapai tujuan tertentu dengan memanfaatkan orang lain.”
Menurut Komaruddin manajemen adalah suatu ilmu yang mempelajari usaha manusia untuk mencapai tujuan yang telah dikalkulasikan dengan bantuan sejumlah sumber dengan cara efesiensi dan efektif. (1994:511). Sejalan  dengan ini Malayu Hasibuan merumuskan pula bahwa manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumber-sumber daya lainnya secara efektif dan efesien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Dari pengertian manajemen di atas dapat diketahui bahwa manajemen mencakup ilmu dan seni adanya sumber daya dan tujuan  yang akan dicapai.

a.     Manajemen sebagai ilmu dan seni
        Manajemen sebagai ilmu adalah sekumpulan pengetahuan yang sistematis dan diterima menurut pengertian  kebenaran umum dan universal. Selain ilmu-ilmu manajemen yang didapat, dipelajari dan diterapkan. Manajemen sebagai seni merupakan kreativitas pribadi yang kuat yang disertai dengan kemampuan  dan keterampilan dalam menyesuaikan keadaan dan lingkungan untuk mendapatkan hasil yang terbaik.

b.     Manajemen sebagai proses
        Proses itu mencakup bagaimana cara mengkoordinasikan dan mengintegrasikan  berbagai sumber untuk mencapai tujuan organisasi dengan melibatkan orang, teknik, informasi dan struktur yang telah dirancang.  Proses utama dan sangat sensial adalah perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan penggendalian. J.R. Terry menyebutkan proses ini sebagai fungsi manajemen.

c.      Manajemen sumber daya
          Untuk melaksanakan aktivitas – aktivitas dalam manajemen diperlukan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. Sumber daya manusia merupakan titik sentral dari manjemen, tanpa sumber daya manusia manajemen tidak berarti apa-apa. Sedangkan yang  dimaksud sumber daya lainnya adalah alat-alat yang digunakan dalam manajemen seperti uang, mesin, material dan sebagainya.

d.     Adapun tujuan yang akan dicapai.
        Tujuan hendaklah ditetapkan secara logis, rasional, realitas dan ideal  sesuai dengan potensi yang dimiliki organisasi. Tujuan itu harus jelas sehingga dapat dipahami oleh seluruh anggota organisasi. Tercapai atau tidaknya tujuan sangat ditentukan oleh kemampuan manajer dalam mempergunakan segala potensi yang ada.
   
2.      Pengertian Dakwah.
Dakwah adalah mengajak manusia kedalam sistem Islam  secara menyeluruh   baik lisan maupun kemampuan atas perbuatan sebagai ikhtiar muslim mewujudkan ajaran Islam menjadi kenyataan dalam kehidupan syakhshiyah, usrah  dan umat Islam dalam semua segi kehidupan secara berjamaah sehingga terwujudnya khairul ummah. (Departemen Agama, 1994).
Jadi dakwah adalah mengajak manusia ke dalam sistem Islam, untuk merealisasikan ajaran Islam dalam seluruh kehidupan terwujudnya khairul ummah, umat yang terbaik dalam bentuk amar ma’ruf nahi munkar untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Setalah diketahui pengertian manajemen dan dakwah dapatlah diperoleh konsep dasar manajemen dakwah.  Manajemen dakwah merupakan suatu ilmu, seni dan mengatur proses mulai dari menyusun perencanaan, melaksanakan pengorganisasian segala sumber daya yang ada sesuai dengan kebutuhan organisasi, menggerakkan segala sumber daya serta melakukan pengawasan terhadap tindakan-tindakan atau aktivitas-aktivitas untuk mencapai tujuan dakwah.

 

Unsur-unsur Manajemen Dakwah 

Sebagaimana yang telah dibicarakan terdahulu bahwa manajemen selalu dikaitkan dengan usaha kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka tujuan yang akan dicapai dengan adanya manajemen dakwah ini tidak terlepas dari tujuan dakwah itu sendiri, yaitu kegiatan bersama untuk mengaktualisasikan nilai-nilai dan ajaran Islam dalam amar ma’ruf nahi munkar  untuk kehidupan manusia baik di dunia maupun di akhirat nantinya. Dalam usaha bersama untuk mencapai tujuan tersebut digunakan unsur manajemen (tool of management).
S.P. Hasibuan mengemukan unsur-unsur manajemen yang dirumuskan dengan 6 M, yaitu :
1.       Men, tenaga kerja manusia baik tenaga kerja ekslusif maupun operatif.
2.       Money, uang yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang Method, cara  yang digunakan dalam usaha mencapai tujuan
3.       Material, bahan-bahan yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
4.       Machines, mesin-mesin atau alat-alat yang digunakan untuk mencapai tujuan.
5.       Market, pasar untuk menjual out-put dan jasa-jasa yang dihasilkan. (1987:21).

Dalam kegiatan manajemen, unsur-unsur tersebut saling terkait dan menunjang satu sama lainnya, dalam arti tidak dapat diabaikan salah satu unsur yang ada, jika tujuan  tercapai secara efektif dan efesien.
Bila dianalisa unsur-unsur yang ada atau yang digunakan dalam manajemen merupakan adanya keserasian dan kesamaan  dengan unsur-unsur dakwah. Hal ini dapat dilihat dalam proses pelaksanaan dakwah semua unsur ini tidak dapat diabaikan dan harus mnejadi perhatian penuh bagi penyelenggaraan dakwah sebagaimana pula halnya dengan unsur-unsur yang digunakan dalam manajemen.
Manajemen sebagai suatu proses kegiatan untuk mencapai tujuan akan dimanfaatkan oleh berbagai organisasi termasuk didalamnya organisasi dakwah, sebab lembaga dakwah tidak akan bisa menjalankan aktivitasnya dengan baik tanpa adanya manajemen dakwah.
Menggunakan manajemen berarti harus memerlukan unsur-unsur yang ada dalam manajemen dan memegang atau mengatur pelaksanaan tidak terlepas dari unsur-unsur dakwah yang dikemukan oleh Abdul Karim Zaidan (1975:6)
Artinya adalah subjek dakwah, objek dakwah, metode dakwah, dan media dakwah.
1.       Subjek dakwah, yaitu pelaksana dakwah disebut dengan da’i, juru dakwah, mubaligh dan khatib.
2.       Objek dakwah, yaitu sasaran dakwah, kepada siapa dakwah itu disampaikan atau disebut dengan audiens dakwah seperti jama’ah, masyarakat dan sebagainya.
3.       Materi dakwah atau ideologi dakwah, yaitu ajaran itu sendiri yang berpegang kepada Al-Qur’an dan Sunnah
4.       Metode dakwah, yaitu cara dan tekhnik yang digunakan dalam berdakwah.
5.       Media dakwah, yaitu alat yang menghubung ide atau umat atau alat yang digunakan untuk berdakwah.

Setelah dikemukan unsur-unsur manajemen dan faktor-faktor dakwah, tidak salah kiranya bila penulis mencoba untuk mengkaitkan keduanya sebagai unsur dari manajemen dakwah yang harus dan mau tidak mau akan digunakan dalam manajemen dakwah.

1.      Men atau tenaga kerja manusia.
Manusia dalam proses  dakwah merupakan pelaksana dakwah atau subjek dakwah yang bertindak sebagai orang yang memimpin atau mengatur kegiatan dakwah dan juga orang-orang yang secara langsung berhadapan dengan masyarakat seperti muballigh dan khatib.
Faktor manusia merupakan unsur yang sangat penting dalam manajemen dakwah, sehingga berhasil atau tidaknya suatu manajemen tergantung kepada kemampuan yang dimiliki manajer untuk mendorong dan menggerakkan orang-orang ke arah tujuan yang akan dicapai. Manusia mempunyai watak, sikap, aspirasi, keinginan, perilaku dan potensi  yang berbeda-beda. Keadaan demikian akan berlangsung terus dimasa yang akan datang sehingga tantangan yang paling utama bagi manajer bagaimana menjawab masalah  yang demikian dalam manajemen.
Untuk menghadapi permasalahan tersebut, manajer perlu memiliki kemahiran atau keterampilan managerial. T.Hani Handoko (1997:36-37) menggemukan keterampilan-keterampilan manajerial menjadi manajer yang efektif :    
a.       Keterampilan konseptual (konseptual skills) adalah kemampuan mental untuk mengkoordinasikan dan mengintegrasikan seluruh kepentingan dan kegiatan organisasi.
b.       Keterampilan kemanusiaan (human skills) adalah kemampuan untuk bekerja dengan memahami dan memotivasi orang lain baik sebagai individu ataupun sebagai kelompok.
c.       Keterampilan administrasi (administration skills) adalah seluruh keterampilan yang berkaitan dengan perencanaan, pengorganisasian, menyusun kepegawaian dan pengawasan.
d.       Keterampilan Teknik (technical skills) adalah kemampuan untuk menggunakan peralatan, prosedur-prosedur alat teknik dari suatu bidang tertentu.     

2.       Method (metode)
Cara yang digunakan untuk mencapai tujuan. Tercapai atau tidaknya tujuan ditentukan  oleh metode mana yang tepat digunakan dalam suatu organisasi. Dalam kegiatan dakwah matode dakwah dapat dilihat dari tiga sisi yaitu sisi objek, subjek dan mater

3.      Money (uang) dan machines
Merupakan biaya yang digunakan untuk melengkapi kebutuhan yang diperlukan dalam manajemen seperti upah melengkapi kebutuhan yang diperlukan dalam manjemen seperti untuk upah/gaji karyawan dan mesin-mesin atau alat yang dibutuhkan. Mesin merupakan alat yang sangat dibutuhkan dalam mencapai tujuan organosaso, sebagai alat untuk mempermudah manusia untuk mencapai tujuan.
Dalam kegiatan dakwah adanya uang dan mesin atau alat yang digunakan termasuk media dakwah. Media dakwah adalah alat yang objektif yang menjadi saluran  yanng menghubungkan ide dengan umat, suatu elemen yang vital dan merupakan urat nadi dalam totalitet dakwah. (Hamzah Ya’cub 1986 : 47)
Lebih lanjutnya Hamzah Ya’cub mengemukan media dakwah dapat dilihat melalui metode dakwah menurut bentuk penyampaiannya secara garis besar adalah :
a.       Lisan, seperti khutbah, kuliah, seminar, pidato dan sebagainya.
b.       Tulisan, seperti buku, majalah, surat kabar, bulletin dan sebagainya.
c.       Lukisan, seperti gambar-gambar hasil lukisan, foto, film cerita dan sebagainya.
d.       Akhlak, yaitu cara penyampaian dalam bentuk perbuatan seperti menziarahi orang sakit, kunjungan  silahturahmi dan sebagainya. 

Jadi yang termasuk media dakwah, media cetak dan media elektronik termasuk didalamnya radio, televisi, internet dan sebagainya.

4.      Material
Merupakan bahan yang diperlukan untuk mencapai tujuan, sedangkan dalam proses dakwah  bahan ini bisa dijadikan mateeri dakwah yang akan disampaikan kepada masyarakat.
Materi dakwah dan kadang-kadang disebut dengan ideologi dakwah adalah ajaran  Islam itu sendiri yang bersumber kepada Al-Qur’an dan Sunnah sebagaimana  yang dikatakan oleh Mahmud Yunus (1983:37-39), sumber pertama  dan utama dakwah (tabligh) adalah ilmu-ilmu agama Islam, dasar pokok utama adalah tauhid, sedangkan sumber suci murni adalah Al-Qur’an dan Sunnah Nabi SAW. sumber pembantu dan kedua untuk dakwah (tabligh) ialah  ilmu-ilmu umum seperti sejarah umum.

5.      Market
Merupakan pasar tempat menjual output dan produk-produk yang dihasilkan, sedangkan dalam proses dakwah yang disebut objek dakwah adalah orang-orang yang menerima dakwah atau yang menjadi sasaran dakwah itu sendiri baik secara individu, kelompok maupun masyarakat umum.

 

Proses Manajemen Dakwah

Sebagaiman yang telah penulis kemukan pada pembahasan terdahulu tentang pengertian manajemen yang dikemukan oleh J.R Terry, bahwa manajemen itu merupakan suatu proses yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan penggawasan. Tindakan-tindakan atau langkah-langkah ini disebut juga dengan fungsi manajemen.
Fungsi manajemen merupakan usaha pokok yang harus dilakukan oleh manajer dengan menggunkan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya yang disebut juga dengan unsur-unsur manajemen (6.M) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Adapun proses manajemen dakwah yang penulis kemukakan disini berdasarkan kepada fungsi manajemen yang dikemukan oleh J.R. Terry, yaitu : perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakkan (actuating) dan pengawasan (controling).

1.      Perencanaan (planning)
Planning is the proses of determining objektives and assesing the way these objective can best be achived. (Robbin, 1984:117). Perencanaan adalah proses menentukan tujuan dan menetapkan cara-cara yang terbaik mencapai tujuan.
Menentukan tujuan yang akan dicapai, menetapkan program kerja yang akan dilakukan oleh manajer dan anggota, memilih cara yang tepat, dan menentukan kapan pekerjaan itu harus diselesaikan merupakan fungsi utama atau fungsi dasar yang harus dikerjakan oleh seorang manajer untuk mencapai tujuan tertentu dalam  suatu organisasi.
Setiap usaha atau aktivitas yang mempunyai tujuan tertentu hanya dapat berjalan dengan baik, efektif dan efisien, bila sebelumnya sudah dipersiapkan dan  direncanakan terlebih dahulu dengan matang. Demikian pula usaha dakwah Islam yang mencakup segala segi kehidupan yang sangat luas, hal ini tentu akan berlangsung secara efektif dan efisien bilamana sebelumnya telah dipersiapkan dan direncanakan dengan matang.
Dengan adanya perencanaan maka sumber daya manusia atau tenaga pelaksana dakwah yang diperlukan sumber lainnya seperti alat-alat pelengkap dan fasilitas yang digunakan dapat diketahui apakah dimiliki oleh organisasi atau tidak, jika tidak tentunya dilengkapi. Disisi lain adanya perencanaan akan mempermudahkan manajer dakwah dalam melaksanakan aktivitasnya.
Perencanaan dapat memberi arah atau pedoman bagi pelaksana yang tidak terduplikasi serta menetapkan standar dan memberikan kemungkinan pengendalian. Tanpa perencanaan berarti seorang manajer bekerja tanpa arah dan tujuan bahkan ibarat orang yang berjalan ditengah hutan belantara.
Mengingat pentingnya perencanaan dalam proses  kegiatan dakwah, menurut Ek. Mukhtar Effendy (1996)  dalam menyusun perencanaan terdapat tujuah proses perencanaan yaitu :
1.       Forecasting, penaksiran atau perkiraan yang sistematis tentang sesuatu yang akan terjadi dimasa yang akan datang dengan dasar teksiran terhadap data yang ada.
2.       Objectives adalah tujuan atau nilai-nilai yang akan dicapai oleh organisasi. Tujuan organisasi  haruslah jelas, realisasinya dan dapat diketahui oleh semua orang yang terlibat dalam organisasi supaya mereka dapat mengerjakan dan berpartisipasi dengan penuh kesadaran.
3.       Polices adalah prinsip yang menjadi aturan dalam kegiatan yang relatif permanen dan terus-menerus setidak-tidaknya dalam membuat dan menjalankan rencana tersebut.
4.       Programmes, adalah suatu deretan kegiatan yang digambarkan untuk melaksankan polices dalam pencapaian tujuan.
5.       Schedules adalah pembagian  program menurut deretan waktu yang menunjukan suatu kegiatan  yang harus diselesaikan.
6.       Prosedures, adalah suatu gambaran sifat dan metode atau cara tentang bagaimana melaksanakan suatu pekerjaan.
7.       Budget, adalah suatu perkiraan dan taksiran yang harus dikeluarkan dan hasil yang diharapkan pada akan datang untuk itu dinyatakan dalam waktu, uang, material atau unit-unit kerja.  

Menurut Rasyad Shaleh (1997:45) langkah-langkah perencanaan adalah :
a.       Perkiraan dan perhitungan masa depan.
b.       Penentuan dan perumusan sasaran dalam rangka mencapai tujuan dakwah.
c.       Penetapan tindakan-tindakan dakwah dan prioritas pelaksanaannya.
d.       Penetapan metode
e.       Penetuan dan penjadwalan waktu.
f.        Penetapan lokasi.
g.       Penetapan biaya, fasilitas dan faktor-faktor lain yang diperlukan.

Kegiatan atau langkah-langkah tersebut diatas dapat dijelaskan secara ringkas sebagai berikut perkiraan dan perhitungan masa depan (pore casting) merupakan penaksiran atau perkiraan sesuatu yang akan terjadi. Di dalam istilah manajemen diartikan sebagai suatu sistem perkiraan yang sistematis dan yang paling mungkin memperoleh sesuatu dimasa depan dengan dasar taksiran terhadap data-data yang ada.
Untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang pemimpin dakwah haruslah dapat merumuskan kondisi sekarang dengan tujuan yang akan dicapai. Apakah tersedia sumber daya untuk mencapai tujuan tersebut.
Tujuan perkiraan dan perhitungan masa depan dalam perencanaan dakwah untuk memberi informasi yang akan dijadikan pertimbangan dalam membuat keputusan. Untuk itu pemimpin dakwah harus mampu mengumpulkan data yang akurat dengan jalan melakukan penelitian baik intern organisasi maupun ekstern. Dengan demikian rencana yang telah dibuat dapat diterapkan untuk mencapai tujuan dakwah.
Penentuan dan perumusan sasaran yang telah ditetapkan merupakan hal yang sangat penting dalam melaksanakan dakwah. Sebab tanpa sasaran yang jelas organisasi akan menggunakan sumber daya secara tidak efektif dan tujuan dakwah tidak akan tercapai.untuk itu sasaran dan tujuan yang akan dicapai haruslah dirumuskan dengan jelas sehingga dapat dimengerti oleh semua pelaksana dakwah. Bila sasaran tujuan tidak dirumuskan secara jelas akan terjadilah penafsiran yang berbeda-beda yang akhirnya akan menimbulkan kesimpang siuran dalam kegiatan dakwah.
Penentuan tindakan dakwah dalam prioritas pelaksanaan, setelah jelas sasaran kemudian dijabarkan tindakan-tindakan nyata atau program kerja dalam berbagai aktifitas. Perencanaan haruslah mampu mempertimbangkan beberapa alternatif, mana tindakan dakwah yang paling pokok dan paling penting untuk dilaksanakan terlebih dahulu, inilah yang diprioritaskan atau menjadi urutan pertama yang harus dikerjakan. Kemudian baru tindakan/ pekerjaan yang berikutnya sesuai dengan sasaran yang dicapai.
Metode dakwah merupakan cara bagaimana dakwah itu dilaksanakan. Dengan mempergunakan metode yang tepat dan benar kegiatan dakwah dapat berjalan dengan baik dan tujuan dakwah akan dapat dicapai dengan efektif dan efisien. Metode dakwah yang akan ditetapkan tentu dapat dilihat dari berbagai sisi baik  dari sisi subjek dakwah, objek dakwah maupun materi dakwah. Dengan demikian metode dakwah yang digunakan itu benar-benar dapat mendukung untuk mewujudkan tujuan dakwah.
Penentuan dan penjadwalan waktu mempunyai arti penting dalam proses dakwah, maka dalam pelaksanaan perlu ditentukan kapan waktunya dan berapa lama waktu yang diperlukan untuk satu kegiatan sehingga kegiatan yang dilakukan tepat pada waktunya. Adanya penentuan waktu dan penjadwalan waktu akan dapat mempermudah pimpinan untuk mengorganisasikan kegiatan pengurusan terhadap proses dakwah.
Penetapan lokasi atau tempat dakwah sangat ditentukan oleh bebrapa faktor yaitu acara kegiatan dakwah yang dilaksanakan, sumber tenaga pelaksana, fasilitas atau alat perlengkapan yang diperlukan serta keadan lingkungan. Penentuan lokasi yang tepat akan berpengaruh kepada proses dakwah. Oleh karena itu lokasi harus mendapat perhatian dalam perencaan dakwah.
Kelancaran kegiatan dakwah akan ditentukan oleh faktor tenaga, biaya dan fasilitas atau alat-alat yang digunakan, untuk itu dalam perencanaan perlu diperkirakan apakah organisasi memiliki sumber daya-sumber daya yang diperlukan. Dengan demikian perencanaan yang ditetapkan dapat disesuaikan dengan biaya, fasilitas yang dibutuhkan untuk kegiatan dakwah.

2.      Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian adalah keseluruhan proses pengelompokkan orang-orang, alat, tugas-tugas dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang digerakkan sebagai suatu kesatuan yang utuh dan bulat dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. (Sondang.P.Siagian, 1988:81)
Pengorganisasian  merupakan proses yang dinamis, sedangkan organisais merupakan hal yang statis yang menggambarkan hubungan-hubungan yang ada di dalamnya. Dan organisasi adalah sebagai alat atau adah tempat manajer melakukan kegiatan-kegiatan untuk mencapain tujuan yang diinginkan. Pengorganisasian diartikan penentuan pekerjaaan yang harus dilaksanakan, pengelompokan tugas-tugas dan pekerjaan setiap anggota organisasi  serta penentuan hubungan-hubungan sebagai suatu kesatuan yang utuh.
Pengoganisasian sangat menentukan sekali tentang keberadaan organisasi. Pengorganisian yang baik tersusun dan tertata dengan rapi akan mencerminkan dakwah yang abik. Maka dalam mewujudkan organisasi yang handal, pengorganisasian mutlak dilakukan oleh pimpina dakwah  atau manajer. Rosyad Shaleh (1977:77) mengemukakan pengorganisasian dakwah adalah “rangkaian aktivitas menyusun kerangka menjadi wadah bagi segenap kegiatan usaha dengan jalan membagi dan menggelompokan pekerjaan yang harus dilaksanakan serta menetapkan dan menyusun jalinan hubungan kerja diantara sumber-sumber organisasi atau petugas”.
Pengorganisasian mempunyai arti dalam proses dakwah sebab dengan adanya dakwah penentuan penggelompokan kerja dan jelasnya jalinan kerja koordinasi atas bagian dalam organisasi dakwah akan mempermudah pemimpin dalam melaksanakan tugasnya dan tujuannya mudah dicapai. Untuk melakukan pengorganisasian dakwah yang baik sesuai dengan efinisi diatas, maka pemimpin/manajer dapat memperdomani langkah-langkah seperti yang dikemukan Ernest Dale (Nanang Fattah,1996)
a.       Membagi dan menggolongkan tindakan-tindakan dakwah dalam kesulitan-kesulitan tertentu.
b.       Menentukan dan merumuskan tugas dari masing-masing kesatuan, serta menempatkan pelaksanaan atau da’i untuk melakukan tugas tersebut.
c.       Memberikan wewenang pada masing-masing pelaksana.
d.       Menetapkan jalinan hubungan.

Pembagian dan penggolongan  tindakan dalam organisasi  dakwah terlihat dengan adanya bidang-bidang atau departemen-departemen seperti bagian tabligh, pendidikan, ekonomi dan sebagainya.
Masing-masing bagian ini merumuskan bagian tertentu sesuai dengan bidang-bidang dan kepadanya diberikan wewenang untuk melaksanakannya. Dan setiap bagian dan aktifitas yang dilakukan adalah untuk mencapai tujuan organisasi, maka antara bagian tersebut tidak terdapat tumpang tindih kegiatan–kegiatan yang dilakukan dengan bagian-bagian yang ada.

3.      Penggerakan (actualing)
Apabila perencanaan organisasi dan personalia sudah ada, maka fungsi penggerakan dapat dilaksanakan dalam proses dakwah. Penggerakkan merupakan fungsi yang terpenting dan inti dari maanajemen, bagaimanapun baiknya, suatu rencana, tersedianya sumber-sumber tanpa digerakan tidak akan berarti apa-apa.
Penggerakan adalah keseluruhan usaha, cara teknik dan metode untuk mendorong para anggota organisasi agar ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien efektif dan ekonomis. (sondang.p siagian, 1988:128).
Masalah pergerakan berkaitan erat dengan manusia merupakan masalah yang paling kompleks dan sulit dilakukan. Manusia inti dari administrasi dan manajemen. Tujuan organisasi adalah untuk meningkatkan mutu manusia, tepat atau tidaknya starategi untuk mencapai tujuan tak akan bermakna apabila tidak diterima dan dilaksanakan oleh manusia. Ringkasnya pergerakan dakwah tidak akan ada jika tidak dilalui oleh manusia.
Untuk pergerakan dakwah dituntut kemampuan dan keterampilan pemimpin dakwah untuk memberikan motivasi serta membimbing pelaksana dakwah agar mau bekerja dengan ikhlas, mengkoordinir dan menjalin pengertian di antara mereka.
Adapun langkah-langkah penggerakan dakwah adalah:
a.       Pemberian motivasi.
b.       Pembimbingan.
c.       Penjalinan hubungan.
d.       Penyelenggaraan komunikasi.
e.       Pengembangan atau peningkatan pelaksanaan. (Rosyida shaleh, 1977:112).

Pemberian motivasi dalam manajemen dakwah ditujukan kepada sumber daya manusia umumnya dan bawahan sebagai pelaksana dakwah khususnya. Motivasi mempersoalkan bagaimana cara mengarahkan pelaksanaan dakwah agar dapat bekerja dengan ikhlas dan diridhai oleh Allah untuk mencapai tujuan dakwah.
Untuk itu pimpinan dapat melakukannya dengan cara mengikutsertakan dalam proses pengambilan keputusan, memberikan informasi yang lengkap, pengakuan dan penghargaan terhadap sumber daya yang telah diberikan. Suasana yang menyenangkan, penampilan yang tepat sesuai dengan bakat dan keahliannya dan pedelegasian wewenang dengan jelas.
Pembimbingan merupakan tindakan pimpinan yang dapat menjamin terlaksananya tugas-tugas dakwah sesuai dengan rencana, kebijaksanaan dan ketentuan-ketentuan lain yang telah digariskan. Pembimbingan yang dilakukan terhadap pelaksana dapat dilakukan dengan jalan memberikan perintah atau petunjuk usaha lainnya yang bersifat mempengaruhi mereka dan menetapkan arah tindakan mereka.
Perintah yang diberikan secara lisan dan tulisan harus jelas, mungkin dapat dikerjakan, diberikan satu persatu, diberikan sesuai dengan kemampuan orang yang akan melaksanakan dan perintah harus diberikan oleh satu tangan.
Penjalinan hubungan sebagai usaha mewujudkan harmonisasi dan sinkronisasi dalam kegiatan dakwah. Adanya koordinasi akan dapat mencegah terjadinya kekacauan dan kekosongan dalam aktifitas dakwah. Cara yang dapat digunakan dalam rangka menjalin hubungan antara pelaksana dakwah adalah mengadakan musyawarah, wawancara dengan para pelaksana, adanya buku pedoman dan tata kerja. Jalinan hubungan yang baik haruslah melalui komunikasi yang efektif.
Penyelenggaraan komunikasi antara pimpinan dengan para pelaksana dakwah adalah dalam penyatuan visi dan persepsi sehingga tidak terjadi kesalah pahaman dalam proses penyelenggaraan dakwah. Komunikasi pemimpin dengan pelaksana dapat berjalan dengan efektif dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: memilih informasi yang akan dikomunikasikan, mengetahui cara menyampaikan informasi yaitu jelas dan lengkap, konsisten, tepat waktu, dapat dipergunakan tepat pada waktunya dan jelas siapa yang dituju, mengenal dengan baik pihak penerima komunikasi serta membangkitkan perhatian pihak penerima informasi.
Pengembangan atau peningkatan pelaksana dakwah terkait dengan kesadaran, kemampuan dan keterampilan para pelaksana dakwah. Dalam metode pengembangan tersebut dapat dilakukan dengan metode demonstrasi, metode konfrensi, metode seminar, metode bacaan yang khusus direncanakan, metode pemecahan masalah dan sebagainya.

4.      Pengawasan(controling)
Pengawasan (control) adalah seluruh kegiatan mulai dari penelitian serta pengamatan yang teliti terhadap perjalanan rencana dengan menggunakan rencana yang ada serta standar yang dibutuhkan serta memberikan dan mengoreksi penyimpangan rencana  dan standar serta penilaian terhadap hasil pekerjaan dibandingkan (comparisasi) dengan masukan (input) yang ada atau keluaran (out-put) yang dihasilkan. (Ek.Muchtar Effendi, 1996:116). Pengawasan dilakikan mulai dari awal dibuatnya rencana sampai kepada pelaksanaan rencana, untuk melihat apakah kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pengawasan ditujukan untuk melihat dan mengoreksi jika terdapat penyimpangan dari rencana serta sekaligus memberika  penilaian terhadap hasil kerja dilakukan.
Dalam proses pelaksanaan dakwah pengawasan dan penilaian mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting karena ia merupakan alat pengaman dan sekaligus dinamisator jalannya proses dakwah terselenggara atau tidak, berhasil atau tidak kegiatan dakwah akan terlihat dari fungsi pengawasan dan evaluasi.
Para ahli mengemukakan pendapat tentang proses proses pengawasan yaitu :

a.      Ek. Mukhtar Efendi ( 1996 : 16)
Mengemukakan kontrol terdiri dari kegiatan sebagai berikut :
1.       Menentukan standar sebagai ukuran untuk pengawasan.
2.       Pengukuran dan pengamatan terhadap berjalannya operasi berdasarkan rencana  yang ditentukan.
3.       Penafsiran dan perbandingan hasil yang ada dengan standar yang diminta.
4.       Melakukan tindakan koreksi terhadap  penyimpangan
5.       Perbandingan hasil akhir dengan masukan (input) yang telah terjadi.

b.      Abd. Rosyad Saleh
Mengemukakan proses pengendalian pengawasan dakwah terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut :
1.       Menetapkan standar (alat pengukur)
2.       Mengadakan pemeriksaan dan penilaian terhadap pelaksanaan tugas dakwah yang telah ditetapkan.
3.       Membandingkan antara pelaksanaan tugas dan standar.
4.       Mengadakan tindakan-tindakan perbaikan atau pembetulan.

Langkah pertama dalam proses, pengawasan dan penilaian dakwah adalah menentukan standar yang menjadi ukuran atau pola pelaksanaan kegiatan, dengan demikian baru dapat dikatakan apakah dakwah berjalan dengan baik, kurang berhasil atau mengalami kegagalan total. Standar dapat diperoleh dari rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
Dalam frase pemeriksaan dan penilaian terhadap pelaksanaan tugas-tugas  dakwah yang telah ditetapkan. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara yakni peninjauan langsung oleh pimpinan baik laporan secara tertulis, secara lisan dan laporan dengan penelitian terhadap hal-hal yang istimewa atau pengecualian. Pengawasan atau pengendalian ini dapat dilakukan dengan cara preventif, refresif, tengah proses penyimpangan yang terjadi berkala dan mendadak.
Setelah pimpinan dakwah memperoleh informasi yang lengkap tentang pelaksanaan dakwah dan hasilnya maka berikutnya membandingkan hasil yang nyata dengan hasil yang harus dicapai dapat diadakan  penilaian apakah proses dakwah berjalan dengan baik atau telah terjadi deviasi atau penyimpangan.
Jika dari hasil penilaian ternyata ditemui penyimpangan, maka perlu diadakan tindakan perbaikan dan pembetulan. Tindakan perbaikan hanya dapat dijalan dengan cepat, bila pemimpin mengetahui dengan jelas penyebab terjadinya penyimpangan itu, untuk itu pemimpin harus mengadakan penelitian dengan cermat.

 

Penutup

Manajemen dakwah adalah salah satu proses menyusun perencanaan, melakukan dan melaksanakan, menggerakan sumber daya yang ada dan melaksanakan pengawasan untuk mencapai tujuan dakwah.
Untuk mengelola kegiatan dakwah diperlukan manajemen. Seorang manejer akan berhasil dalam melaksanakan tugasnya jika ia dapat melaksanakan proses-proses dalam fungsi-fungsi manajemen mulai dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian. Kemudian penulis mohon saran dan kritikan kepada peserta diskusi dan pembaca sekalian dalam kesempurnaan makalah ini sehingga ada manfaatnya untuk kita semua.

0 Comment