Al-Qur’an keseluruhanya bersifat qath’i al wurud (kepastian datang dari sumber pertama yaitu Allah) dan kemurnianya telah dijamin Allah mulai dari awal turunya sampai dunia ini berakhir, baik di dalam hafalan para hafiz maupun tulisan para khattah. Berbeda dengan kualitas hadist yang bersifat dzani al-wurud (kepastianya berada antara positif dan negatif), disamping itu kemurninya juga tidak dijamin Allah SWT.
Dengan demikian tidak ada jaminan hadist dapat terhindar dari intervensi-intervensi luar yang bersifat destruktif, terutama adanya upaya untuk memalsukanya. Dalam rentan waktu pengkodifikasian hadist yang cukup lama, yakni kurang lebih 200 tahun semenjak kewafatan Nabi, tak dapat dipungkiri lagi telah banyak keluar hadist-hadist palsu dengan berbagai motivasi hingga sampai abad ini. Oleh sebab itu para ulama hadist mencoba mengkaji kulitas hadist yang bermunculan di kalangan umat islam.
Dilihat dari segi kualitasnya, hadits-hadits dipilah menjadi shahih, hasan, dha'if dengan berbagai ragam tingkatanya dan banyak lagi sudut tinjauan yang dihadapkan pada hadits tersebut. Menurut M. Quraish Shihab mengatakan bahwa hadits dari segi klasifikasinya tidak kurang 381 macam.dalam pembahasan ini penulis mencoba menyahuti, tentang pembagian haditsdilihat dari segi kualitasnya. Didalam berbagai literature kitab ilmu hadits, kajian tentang kualitas atau mutu hadits ini hanya ditujukan pada hadits-hadits ahad (termasuk didalamnya hadits masyhur). Sesuai dengan ke-qath'iy al-wurud-annya, hadits mutawatir tidak diragukan lagi kualitas kehujjahannya. Pada mulanya hadits ahad, dari segi kualitas diklasifikasikan kepada hadits shahih dan hadits dha'if. Namun oleh karena datangnya Imam Al-Thurmudzi yang datangnya belakangan kerena memunculkan klasifikasi ke-tiga yakni hadits hasan
http://HADIST_SHAHIH_DAN_HASAN.html
0 Comment