Tuesday, November 13, 2012

A.    Pendahuluan
Metode pemahaman hadis dan metode syarah hadis memilki kaitan yang sangat erat sekali, dimana metode syarah hadis merupakan hasil Transformasi dari Fiqh hadis atau pemahaman terhadap hadis. Fiqh Hadis lebih bersifat konseptual dan dalam penjelasanya bersifat lisan. Sedangkan istilah Syarah bersifat kongkrit operasional yang berwujud tulisan dalam beberapa kitab yang berisi penjelasan ulama dari hasil pemahaman mereka terhadap suatu Hadis.

Term Syarah sama halnya dengan kata tafsir. Bedanya dengan kata tafsir digunakan khusus untuk al Qur’an, sedangkan Syarah digunakan untuk Hadis. Syarah berasal dari bahasa arab syaraha, yasrahu, syarhan yang berarti menyingkap, menafsirkan, menjelaskan, menafsirkan dan menerangkan.
Pemahaman terhadap hadis telah ada sejak masa Rasulullah Saw, kemudian masa Khalifah al-Rasyidin, hal ini dapat diihat dari bagaimana Rasulullah dalam mengamalkan suatu hadis tertentu, begitu juga bagaiamana amal para sahabat tentang suatu hadis tertentu. Seiring dengan dibukukannya hadis, ditemukan kitab Syarah hadis pertama yang ditulis oleh ‘Abdullah bin Nafi’ yang digelari dengan al-Shig Abu Muhammad (w.186 H.) dengan karyanya Tafsir ila Muwaththa. Pada masa berikutnya terdapat ‘Alam as-Sunan syarh terhadap al-jami’ as-Shahih karya abu Sulaiman ahmad bin Ibrahim bin al-Khaththabi al-Busti (w. 388 H.) yang juga menulis syarah yang lain yaitu Ma’alim as-Sunan syarah Sunan Abi Dawud. Metode syarah ini baru terkenal pada tahun 656 H dan era-era berikutnya sehingga pertengahan abad ketujuh ini dinamakan dengan masa pensyarahan hadis ditandai dengan banyaknya kitab syarah hadis yang bermunculan diantaranya Fath Al-Bary oleh Ibn Hajar Al-‘Asqalaniy 
Tipologi pemahaman Hadis ada yang berbentuk tekstual yang terpaku pada arti lahiriah dari sebuah hadis. Ada yang berupa kontekstual yaitu metode pemahaman hadis dengan mempertimbangkan latar belakang tujuan, situasi dan kondisi ketika hadis tersebut diucapkan serta konsep-konsep lain yang berkaitan dengan hadis tersebut, diantaranya aspek historis, sosial budaya, dan lain-lain.
Pada makalah ini penulis mencoba menguraikan metode pemahaman hadis Ibn Hajar al-‘Asqalaniy dalam kitab syarah Fath al-Bary, Sebelum itu penulis juga menguraikan secara singkat biografi Ibn Hajar dan mendeskripsikan karangnya Semoga bermanfa’at.
B.    Biografi Singkat Ibnu Hajar al Asqalani
    Dia adalah Imam ,Hafidz,Shihab al-Din, Abu al-Fadhl Ahmad Ibn ‘Aliy ibn Muhammad Ibn ‘Aliy Ibn Ahmad, dari kaum Al-‘Asqalaniy (selanjutnya disebut dengan Ibn hajar). Dia lahir, tumbuh, berkembang dan wafat di Mesir. Dilahirkan di Mesir pada tanggal 12 Sya’ban tahun 773 H/1372 M dan wafat pada malam sabtu tanggal 28 Dzulhijjah tahun 852 H/1449 M.
    Ibn Hajar hidup pada masa dinasti Mamalik yang mengalami kemajuan pesat di bidang keilmuan. Ayahnya wafat sewaktu dia berumur 4 tahun, sedangkan ibunya wafat sebelum itu, dia kemudian diasuh oleh seorang pedagang besar yang bernama zaki al-Din Abiy Bakr al-Kharubiy.hafal al-Qur’an pada umur Sembilan tahun.ia juga hafal kitab alfiyah al-Hadis karya imam Zainuddin al-Iraqiy, dan kitab al Mukhtasarat karangan ibnu al Hajib, dia juga berguru kepada al-Baqiniy, al-Barmawiy al-Iraqiy.Ibnu hajar mempelajari sanad, matan,ilat dan  istilah-istilah hadis lainya. Dia kemudian mengumpulkan istilah istilah hadis tersebut dan mengarang suatu kitab Musthalah Hadis, sehingga orang-orang pada masanya menjadikan kitab-kitabnya sebagai rujukan dalam bidang hadis. Keahlianya dibidang hadis membuat ia digelari al- Hafidz.Dia memiliki karangan yang sangat banyak bahkan ada yang  menghitungnya 150 buah kitab,diantarnya:Taqrib al-Tahdzib,al-Ishabah fiy Tamyidzi al-Shahabah,Ta’jil al –Manfa’at, dan salah satu karya monumentalnya yang akan kita bahas pada kali ini adalah Fath Al-Bary bi Syarh al-Bukhariy
C.    Perjalanan Ilmiah Ibnu Hajar al-Asqalani
Perjalanan hidup al Hafizh sangatlah berkesan. Meski yatim piatu, semenjak kecil beliau memiliki semangat yang tinggi untuk belajar. Beliau masuk kuttab (semacam Taman Pendidikan al Qur’an) setelah genap berusia lima tahun. Hafal al Qur’an ketika genap berusia sembilan tahun. Di samping itu, pada masa kecilnya, beliau menghafal kitab-kitab ilmu yang ringkas, sepeti al ‘Umdah, al Hawi ash Shagir, Mukhtashar Ibnu Hajib dan Milhatul I’rab.
Semangat dalam menggali ilmu, beliau tunjukkan dengan tidak mencukupkan mencari ilmu di Mesir saja, tetapi beliau melakukan rihlah (perjalanan) ke banyak negeri. Semua itu dikunjungi untuk menimba ilmu. Negeri-negeri yang pernah beliau singgahi dan tinggal disana, di antaranya:
1.    Dua tanah haram, yaitu Makkah dan Madinah. Beliau tinggal di Makkah al Mukarramah dan shalat Tarawih di Masjidil Haram pada tahun 785 H. Yaitu pada umur 12 tahun. Beliau mendengarkan Shahih Bukhari di Makkah dari Syaikh al Muhaddits (ahli hadits) ‘Afifuddin an-Naisaburi (an-Nasyawari) kemudian al-Makki Rahimahullah. Dan Ibnu Hajar berulang kali pergi ke Makkah untuk melakukah haji dan umrah.
2.    Dimasyq (Damaskus). Di negeri ini, beliau bertemu dengan murid-murid ahli sejarah dari kota Syam, Ibu ‘Asakir Rahimahullah. Dan beliau menimba ilmu dari Ibnu Mulaqqin dan al Bulqini.
3.    Baitul Maqdis, dan banyak kota-kota di Palestina, seperti Nablus, Khalil, Ramlah dan Ghuzzah. Beliau bertemu dengan para ulama di tempat-tempat tersebut dan mengambil manfaat.
4.    Shana’ dan beberapa kota di Yaman dan menimba ilmu dari mereka.
Semua ini, dilakukan oleh al Hafizh untuk menimba ilmu, dan mengambil ilmu langsung dari ulama-ulama besar. Dari sini kita bisa mengerti, bahwa guru-guru al Hafizh Ibnu Hajar al ‘Asqlani sangat banyak, dan merupakan ulama-ulama yang masyhur. Bisa dicatat, seperti: ‘Afifuddin an-Naisaburi (an-Nasyawari) kemudian al-Makki (wafat 790 H), Muhammad bin ‘Abdullah bin Zhahirah al Makki (wafat 717 H), Abul Hasan al Haitsami (wafat 807 H), Ibnul Mulaqqin (wafat 804 H), Sirajuddin al Bulqini Rahimahullah (wafat 805 H) dan beliaulah yang pertama kali mengizinkan al Hafizh mengajar dan berfatwa.
D.    Deskripsi Kitab Fath al- Bary’
    Fath Al-Bary bi Syarh al-Bukhariy karya Ibnu Hajar al-Asqalaniy yang penulis pakai daam referensi makalah ini adalah terbitan Riyadh,Maktabah Darus Salam 1997,cetakan pertama,ditashhih dan ditahqiq  oleh ‘Abdul ‘Aziz Ibn ‘Abdullah ibn Baz.Dalam kitab ini terdiri dari 13 jilid ditambah dengan muqaddimah, dengan perincian sebagai berikut :
a.    Muqaddimah Fath Al-Bary yang diberi nama dengan Hadyu al-Sary, terdiri
    10 pasal dengan rincian sebagai berikut:
1.    Penjelasan terhadap motivasi imam Bukhari dalam menyusun jami’ Shahih.
2.    Penjelasan terhadap judul kitab dan tempat pengambilan hadisnya.
3.    Penjelasan terhadap pemotongan dan peringkasan hadis dan faedah pengulangan hadis.
4.    Penjelasan terhadap dituliskanya hadis-hadis mu’allaq ,marfu’, mawquf pada Jami’ shahih. Kemudian ibn hajar menjelaskan hadis hadis ini sesuai dengan urutan kitab yang ada pada jami’ Shahih.
5.    Penjelasan  terhadap kata-kata yang gharib terhadap pada hadis , Ibnu hajar menjelaskan kata-kata ini berdasarkan abjadiyah
6.    Penjelasan terhadap al-mu’talif  dan al-Mukhtalif 
7.    Penjelasan terhadap nama-nama yang muhmal
8.    Jawaban dari kritik yang dilontarkan oleh Imam al-Daruquthniy dan para kritikus lainnya terhadap hadis-hadis pada Jami’ Shahih.
9.    Penjelasan terhadap para periwayat hadis yang dikritisi di dalam Jami’ Shahih, kemudian jawaban terhadap kritik tersebut. Nama-nama periwayat tersebut disusun berdasarkan urutan abjadiyah.
10.    Sekelumit tentang Imam Bukhari dan Jami’ Shahihnya, baik berupa jumlah hadis, alas an penyusunan bab-bab dalam satu kitab oleh Imam al-Baqiniy, biografi Imam Bukhari, dan lain-lainnya.
b.    Jilid pertama kitab Fath al- Bary diawali dengan kata pengantar Ibn Hajar yang menyebutkan metode Syarahnya secara singkat, penamaan kitab dan penjelasan terhadap sanad yang menghubungkanya kepada Imam Bukhari. Dalam  kitab syarahnya Ibnu Hajar memilih riwayat al-Farbariy yang lebih baik dan lebih bisa dipedomani, diantara empat riwayat lainya. Al-Farbariy dua kali mendengar hadis Jami’ Shahih sekali di farbar dan  sekali di Bukhara. Kemudian Ibn Hajar memulai Syarahnya denga hadis pertama dari bab pertama kitab pertama yaitu Bad’ al-Wahyi. Jilid pertama ini berisikan kitab Bad’ al-Wahyi, Iman, ‘ilm, al-Ghusl, al-Haidh, al-Tayammum, al-Shalat.
c.    Jilid kedua berisikan kitab Mawaqith al-Shalat, al-Adzan, al-Jum’ah, Shalat al-Khauf, al-‘Idain, al-Witr, al-Istisqa’, al-kusuf, Sujud al-Qur’an, Taqshir al-Shalat.
d.    Jilid ketiga berisikan kitab al-Tahajjud, Fadhl al-al-Shalat fi Masjid Makkah wa al-Madinah, al-‘Amal fi al-Shalat, al-Jana’iz, al-Zakat, al-Hajj, al-‘Umrah.
e.    Jilid keempat berisikan kitab al-Muhshir, Jaza’ al-Shayd, Fadha’il al-Madinah, al-shaum, Shalat al-Tarawih, Fadhl Lailat al-Qadr, al-I’tikaf, al-Buyu’, al-Salm, al-Syaf’ah, al-Ijarah, al-Hiwalah, al-Kifalah, al-Wikalah.
f.    Jilid kelima berisi kitab al-Harts wal al-Mudzara’ah,al-syarb wa al-Musaqah,al-Istiqradh,al-Khusumah, al –Luqathah, al-Madzalim, al –Syirkah, al-Rahn,al-‘itq, al-Makatib, al-Hibah, al-Syahadah, al-Shulh, al-Syurut, al-Washaya.
g.    Jilid keenam berisikan kitab al-Jihad wa al-Siyar, Fardhal-khumus, al-Jizyah wa al-Muwada’ah, Bad’ al-Khalq, al-Anbiya’, al-Manaqib.
h.    Jilid ketujuh berisikan kitab Fadha’il Shahabah, Manaqib al-Anshar, al-Maghaziy.
i.    Jilid kedelapan berisikan kitab Tafsir al-Qur’an dan Fadha’il al-Qur’an.
j.    Jilid kesembilan berisikan kitab al-Nikah, al-Thalaq, al-Nafaqat, al-At’imah, al-Aqiqah, al-Dzaba’ih wa al-Shayd.
k.    Jilid kesepuluh berisikan kitab al-Adhahi, al-Asyribah, al-Mardha, al-Thibb,al-Libas, al-Adab.
l.    Jilid ke sebelas berisikan kitab al-Isti’dzan, al-Da’wat,al-Raqaq, al-Qadar, al-Iman wa al-Nudzur, Kafarat al-Iman.
m.    Jilid kedua belas berisi kitab al-Fara’idh, al-Dhiyat, al-Hudud, istitabat al-Murtadin wa al-Mu’anidin wa al-qitalihim, al-Ikrah, al-Hill, al-Ta’bir.
n.    Jilid ketiga belas berisi kitab al-Fitan, al-Ahkam, al-Tamanniy, akhbar al-Ahad, al-Istifham bi al-Sunnah, al-Tauhid.
    Motivasi Ibn Hajar dalam menulis karena kecintaanya terhadap ilmu-ilmu Syar’i dan ilmu Syar’I paling penting adalah al-Qur’an dan sunnah, sedangkan ilmu lainya adalah alat untuk memahami keduanya. dan dia melihat kitab jami’ Shahih Imam Bukhari adalah kitab yang mengandung unsur-unsur penting tersebut. Ia berniat untuk menjelaskan faedah dan pelajaran yang ada pada kitab jami’ Shahih tersebut. Ibn Hajar mulai mengarang kitab Fath al-Bariy  pada awal tahun 817 H dengan bantuan para ulama yang juga muridnya. Kitab ini selesai buan rajab tahun 842 H. dia melakukan berbagai perbaikan dan penambahan samapai tahun wafatnya.

E.    Metode Pemahaman Ibn Hajar al-Asqalaniy pada Kitab Fath Al-Bariy
Pada jilid pertama Ibn Hajar menyebutkan secara ringkas metode yang digunakan dalam memahami dan menjelaskan suatu hadis dalam Fath al-Bariy yaitu, sebagai berikut:


Dilihat muqaddimah beliau tersebut, dan analisa penulis dari syarah hadis Ibnu Hajar dalam memahami Hadis dapat penulis kategorikan metode pemahaman beliau sebagai berikut:
1.    Beliau mencantumkan ayat yang berkaitan dengan hadis yang akan ia jelaskan dan yang membantu dalam pemahaman terhadap hadis.contoh

2.    Dalam memahami hadis Ibn  Hajar mengkaji dari segi bahasa, serta peaman para salaf baik jumhur atau beberapa ulama lainya tentang pemahaman atau maksud dari suatu hadis perhatikan berikut ini:


        Maksud dari wudu’ disini adalah penjelasan  tentang sifat-siafa wudu’, hukum, dan pendahuluan sebelum wudu’.kata wudu’ berasal dari kata wada’ah yang berarti  bersih atau cerah, hal itu disebabkan ketika seseorang yang sholat mesti menbersihkan dirinya dengan wudu’, sehigga ia menjadi bersih dan cerah. Imam bukhari mengisyaratkan akan adanya perselisihan ulama salaf tentang makna ayat diatas.mayoritas mereka berpendapat bahwa makna ayat tersebut tidak disebutkan secara tekstual karena telah dihapus, sehingga makna ayat tersebut adalah:

Artinya : jika kamu hendak shalat sedang kamu dalam keadaan berhadas.
Akan tetapi ulama lain berpendapat sesungguhnya perintah berwudu’ dalam ayat itu bersifat umum(baik yang berhadas maupun tidak) tanpa ada bagian yang dihilangkan
Hanya saja perintah ini wajib bagi orang yang berhadas dan sunnah kepada orang yang tidak berhadas. Hal ini diperkuat oleh hadis riwayat Ahmad dan Abu daud bahwa Rasulullah SAW menyuruh untuk berwudu’ untuk setiap kali Shalat baik ia dalam keadaan suci ataupun tidak suci. Maka ketika hal itu memberatkan beliau maka beliau menghapuskanya kecuali bagi yang berhadas.
3.    Ibnu Hajar menukil pendapat para ulama dalam memahami makna hadis
4.    Dalam memahami hadis beliau menggunakan berbagai pendekatan, yaitu:
a.    Pendekatan Naqliy
Untuk memudahkan dalam memahami suatu hadis dalam jami’ Shahih beliau menggunakan ayat ayat al-Qur’an, hadis-hadis lain yang satu tema, dan atsar sahabat, namun perlu diingat bahwa al-qur’an, hadis atau atsar sahabat tersebut  tidak ada dinukil dalam jami’ Shahhih, melainkan Syarah darinya.
b.    Pendekatan ‘Aqliy
Ibn hajar juga memakai berbagai pendekatan secara akal dalam memahami hadis, diantranya adalah pemakian analisa kontekstual, Ibn Hajar juga memperhatikan konteks-konteks yang melputi turunnya suatu hadis, baik dari aspek historis atau asbab al-Wurud suatu hadis, aspek psikologi dakwah dan fungsi Nabi saat turunnya  wahyu.

F.    Kesimpulan
    Berdasarkan dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Metode pemahaman hadis dan metode syarah hadis memilki kaitan yang sangat erat sekali, dimana meode syarah hadis merupakan hasil Transformasi dari Fiqh hadis atau pemahaman terhadap hadis. Fiqh Hadis lebih bersifat konseptual dan dalam penjelasanya masih bersifat lisan. Sedangkan istilah Syarah bersifat kongkrit operasional yang berwujud tulisan dalam beberapa kitab yang berisi penjelasan ulama dari hasil pemahaman mereka terhadap suatu Hadis
    Dari analisa penulis terhadap metode Ibnu Hajar dalam memahami hadis yang terdapat pada Fath al-Bary adalah:
1.    Beliau mencantumkan ayat yang berkaiatan dengan hadis yang akan ia jelaskan dan yang membantu dalam pemahaman terhadap hadis.
2.    Dalam memahami hadis Ibn  Hajar mengkaji dari segi bahasa, serta peaman para salaf baik jumhur atau beberapa ulama lainya tentang pemahaman atau maksud dari suatu hadis perhatikan berikut ini:
3.    Ibnu Hajar menukil pendapat para ulama dalam memahami makna hadis
4.    Dalam memahami hadis beliau menggunakan berbagai pendekatan, yaitu:Pendekatan Naqliy dan Pendekatan Aqliy.

DAFTAR KEPUSTAKAAN
Al-Asqalaniy Ahmad Ibn ‘Aliy Ibn Hajar  Fath Al-Bary bi Syarh Al-Bukhari Riyadh,Maktabah Darus Salam 1997

al-Munawwir Ahmad Warson Kamus al-Munawwir Yogyakarta: Unit Pengembangan buku-buku ilmiah keagamaan PP. al-munawwir,Krapyak,1997

Abdul Hafidz .httppuin –suka.infojurnal index.co

Al-Raziy Muhammad Ibn Abu Bakr, Mukhtar Al-Shihhah, (Lebanon: Maktabah Lubnan)

Httpem.pendis.depag.go.idDokPdfjurnal06-teologis.pdf
Tim penyusun departemen agama Mesir, Mausu’ah A’lam Al-Fikri Al-Islamiy,Kairo : Wizarat al-Auqaf, 2004



0 Comment