Oleh: Zilfaroni
BAB I
SHALAT JAMA’ DAN QOSHOR
A. Shalat Jama’
Jama’ berasal dari bahasa arab (جَمَعَ) yang atinya mengumpulkan atau menghimpun. Sedangkan menurut istilah adalah musafir yang menggabungkan antara shalat Dzuhur dengan Asar, magrib dengan Isya. Jika menggabungkan shalat pada waktu shalat pertama dinsebut jama’ taqdim dan disebut jama’ takhir apabila menggabungkan shalat pada waktu shalat yang kedua.
1. Syarat Jama’ Taqdim:
a. Tertib, yakni dengan shalat yang pertama misalkan dzuhur dahulu kemudian ashar; dan maghrib dahulu kemuadian isya;
b. Niat Jama’ dilakukan pada shalat pertama;
c. Berurutan antara keduanya, artinya tidak boleh terpisahkan/dipisah oleh shalat yang lain termasuk shalat sunah.
2. Syarat Jama’ Takhir:
a. Niat Jama’ takhir dilakukan pada shalat yang pertama;
b. Masih dalam perjalanan, yakni ketika datangnya waktu shalat yang kedua, musafir masih diperjalanan. Oleh karena itu ditinggalkan shalat sunnat rawatib antara keduanya.
Dibolehkan bagi orang yang mukim untuk menjamak karean hujan diwaktu shalat yang pertama antar dzuhur dan Ashar, Magrib dan Isya disebabkan timbulnya kepayahan. Hal ini berdasarkan Hadist nabi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim dari Ibnu Abbas r.a. bahwa nabi saw shalat di Madinah 8 rakaat dengan menjamak dan 7 rakaat dengan menjamak antara Dzuhur dan Ashar, Magrib dan Isya. Dalam satu riwayat muslim: “tidak dalam keadaan takut maupun dalam perjlanan”.
Disyaratkan bagi jama’ taqdim di dalam perjalan kepastiaan turunnya hujan di awal shalat yang pertama dan awal shalat yang kedua dan shalatnya dilakukan disuatu tempat yang andaikan pergi ke tempat itu ia akan terkena hujan dan basah bajunya.
Sekelompok dari pengikut Syafi’I danlainnya berpendapat boleh menjamak dalam keadaan sakit. Dianta mereka adalah Al-Qadhi Husein, Ar-Ruyani, AlKhattabi dan Imam Ahmad serta pengikutnya.
Ibnu Abbas melakukannya dan diperasalahkanoleh seorang laki-laki dari bani Tamim. Maka Ibnu Abbas Menjawab: Apakah engkau mengajariku sunnah?
Ia menagatakan bahwa Rasullah dulu pernah melakukannya.
Ibnu Syaqiq berkata: Hal itu merisaukan perasaanku di dalam dada. Kemudian akau mendatangi Abu Hurairah r.a. dan menayakan hal itu kepadanya. Tarnyata ia membenarkan pernyataanya.
Kisah Ibnu Abbas dan pertanyyan Ibnu Syaqiq terdapat dalam shahih muslim. Berdasrkan An-Nawawi: pendapat yang membolehkan menjamak dalam keadaan sakit adalah jelas terpilih.
Telah diriwayatkan dalam shahih Muslim bahwa” Nabi saw. mejamak di Madinah tanpa rasa takut dan tidak dalam keadaan hujan”.
B. Shalat Qoshor
Allah SWT. Berfirman:
•
“Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, Maka tidaklah Mengapa kamu men-qashar sembahyang(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu”.(Qs. Annisa: 101)
Menurut pendapat Jumhur arti qashar di sini ialah: sembahyang yang empat rakaat dijadikan dua rakaat. Mengqashar di sini ada kalanya dengan mengurangi jumlah rakaat dari 4 menjadi 2, yaitu di waktu bepergian dalam keadaan aman dan ada kalanya dengan meringankan rukun-rukun dari yang 2 rakaat itu, yaitu di waktu dalam perjalanan dalam keadaan khauf. dan ada kalanya lagi meringankan rukun-rukun yang 4 rakaat dalam keadaan khauf di waktu hadhar.
Mengqosor shalat tidak dilakukan, kecuali dalam shalat yang 4 rakaat. Oleh karena itu shalat magrib dan Subuh tidak boleh diqoshor.
Syarat-syarat bepergian:
1. Dilakukan bukan untuk melakukan maksiat sehingga meliputi yang wajib seperti perjalanan ibadah haji dan melunasi hutang dan sebaginya. Dan meliputi perjalanan yang mandub seperti haji tathawwu’ dan silaturahmi, dan meliputi perjalanan yang mubah seperti bertamasya serta perjalanan yang makruh seperti perjalanan orang yang menyendiri tanpa temannya.
Pejalanan maksiat adalah seperti untuk menyamun, mengambil minuman keras, perjlanan wanita tanpa izin suaminya, perjlanan orang berhutang yang mampu membayar tanpa izin pemilik piutang. Mereka ini dan semacamnya tidak diiznkan mengqoshor, karena qoshor adalah rukhsoh (keringanan), sedangkan perjalanan ini adalah maksiat dan rukhsoh tidak boleh untuk maksiat.
2. Harus merupakan perjalanan yang panjang, yaitu sejauh dua hari dengan perjalanan biasa atau berjarak 84 Km. harus diketahui bahwa musafir harus menentukan qoshornya menuju suatu tempat tertentu. Maka orang yang pergi tanpa tujuan yang jelas tidak boleh mengqoshor walaupun perjalannya panjang.
3. Harus menunaikan shalat ruba’iyah, bukan mengqdhanya. Apabila shaltnya tertinggal di tempat mukim dan qodho dalam perjalanan, wajiblah ia menyempurnakannya, karena yang menjadi tanggungannya adalah 4 rakaat.
Jika shalatnya tertinggal dalam perjalanan dan diqodha dalam perjalanan maka iapun mengqoshor. Jiak mengqhodhonya di tempat mukim , iapun menggenapkannya. Apabila dia ragu apakah shalatnya tertinggal di tempat mukim atau dalam perjalanan, maka iapun menggenapkannya, karean asalnya adalah genap.
5 syarat untuk mengqoshor:
1. Niat, kareana asalnyaadalah menggenapkannya. Apabila berniat qoshor, maka berlakulah niat itu sesuai dengan asalnya, yaitu menggenapkannya.
2. Harus menjadi musafir sejak awal shalat hingga akhirnya, hal ini berdasarkan firman Allah dalam surat an-Nisa ayat 101: yakni kamu bepergian. Dan siapa yang tidak bepergian maka tidak diperbolehkan mengqoshirnya.
3. Mengetahui membolehkan mengqoshor. Maka orang yang tidak mengetahuinya tidaklah dibolehkan baginya mengqoshor. Hal ini berdasarkan firman Allah dalam surat an-Nahl ayat 43:
“Dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui”. (Qs. An-Nahl: 43).
4. Tidak boleh mengikuti orang yang mukim atau menggenapkan shalat.
Jika mengikutinya, maka ia menggenapkannya karan wajib mengikuti imamnya.
5. Harus shalat rubai’yah (4 rakaat). Maka shalat Subuh dan Magrib tidak bisa di qoshor.
C. Shalat Jama’ Qoshor
Adapun niatnya dilakukan ketika melakukan shalat, kecuali jamak ta’khir, maka disamping niat ketika shalat, wajib pula untuk niat mengakhirkan shalat di waktu dhuhur (sekiranya masih cukup untuk melaksanakan shalat 4 rakaat). Dan mengikuti syarat-syarat yang telah ditentukan.
Musafir yang memenuhi syarat-syarat yang telah disebutkan diatas boleh melakukan shalat jama’ dan qashar sekaligus, yaitu mengumpulkan shalat dan memendekannya. Lafadzh niat shalat qashar dengan jama’:
a. Dzuhur Jama’ Taqdim
اُصَلِّي فَرْضَ الظُّهْرِ رَكْعَتَيْنِ قَصْرًا مَجْمُوْعًا ِالَيْهِ الْعَصْرُاَدَاءً ِللهِ تَعَالَى
Ushollii fardhodh dzuhri rok’ataini qoshron majmuu’an ilaihilashru adaan lillahi ta’aalaa
Aku niat shalat dzuhur dua rakaat qashar dan jama’ dengan ashar karena Allah ta’ala
b. Ashar Jama’ Taqdim
اُصَلِّي فَرْضَ الْعَصْرِ رِكْعَتَيْنِ قَصْرًا مَجْمُوْعًا اِلَي الظُّهْرِ اَدَاءً ِللهِ تَعَالَى
Ushollii fardhol ashri rok’ataini qoshron majmuu’an iladdzuhri adaan lillahi ta’aalaa
Aku niat shalat dzuhur dua rakaat qashar dan jama’ dengan ashar karena Allah ta’ala
c. Dzuhur Jama’ Takhir
اُصَلِّي فَرْضَ الظُّهْرِ رَكْعَتَيْنِ قَصْرًا مَجْمُوْعًا اِلَي الْعَصِْراَدَاءً ِللهِ تَعَالَى
Ushollii fardhodh dzuhri rok’ataini qoshron majmuu’an ilal ashri adaan lillahi ta’aalaa
Aku niat shalat dzuhur dua rakaat qashar dan jama’ dengan ashar karena Allah ta’ala
d. Ashar Jama’ Takhir
اُصَلِّي فَرْضَ الْعَصْرِ رَكْعَتَيْنِ قَصْرًا مَْمُوْعًا اِلَيْهِ الظُّهْرِ اَدَاءً ِللهِ تَعَالَى
Ushollii fardhol ashri rok’ataini qoshron majmuu’an iliahiddzuhru adaan lillahi ta’aalaa
Aku niat shalat dzuhur dua rakaat qashar dan jama’ dengan ashar karena Allah ta’ala
e. Maghrib Jama’ Taqdim
اُصُلِّي فَرْضَ الْمَغْرِبِ ثِلاَثَ رَكَعَاتٍ مَّجْمُوْعًا اِلَيْهِ اْلعِشَاءِ اَدَاءً ِللهِ تَعَالَى
Ushollii fardhol maghribi tsalaasta roka’aatim majmuu’an ilaihil’isyaau adaan lillahi ta’aalaa
Aku niat shalat maghrib tiga rakaat jama’ dengan isya karena Allah ta’ala
f. Isya Jama’ Taqdim
اُصَلِّي فَرْضَ الْعِشَاءِ ركْعَتَيْنِ قَصْرًا مَجْمُوْعًا اِلَي الْمَغْرِبِ اَدَاءً ِللهِ تَعَالَى
Ushollii fardhol ‘isyaai rok’ataini qoshron majmuu’an ilalmaghribii adaan lillahi ta’aalaa
Aku niat shalat isya dua rakaat qashar dan jama’ dengan maghrib karena Allah ta’ala
g. Maghrib Jama’ Takhir
اُصَلِّي فَرْضَ الْمَغْرِبِ ثَلاَثَ رَكَعَاتٍ مَّجْمُوْعًا اِلَي الْعِشَاءِ اَدَاءً ِللهِ تَعَالَى
Ushollii fardhol maghribi tsalaasta roka’aatim majmuu’an ilal ’isyaai adaan lillahi ta’aalaa
Aku niat shalat maghrib tiga rakaat jama’ dengan isya karena Allah ta’ala
h. Isya Jama’ Takhir
اُصَلِّي فَرْضَ الْعِشَاءِ رَكْعَتَيْنِ قَصْرًا مَجْمُوْعًا اِلَيْهِ الْمَغْرِبِ اَدَاءً ِللهِ تَعَالَى
Ushollii fardhol ‘isyaai rok’ataini qoshron majmuu’an ilaihilmaghribu adaan lillahi ta’aalaa
Aku niat shalat isya dua rakaat qashar dan jama’ dengan maghrib karena Allah ta’ala
#Literatur
BAB I
SHALAT JAMA’ DAN QOSHOR
A. Shalat Jama’
Jama’ berasal dari bahasa arab (جَمَعَ) yang atinya mengumpulkan atau menghimpun. Sedangkan menurut istilah adalah musafir yang menggabungkan antara shalat Dzuhur dengan Asar, magrib dengan Isya. Jika menggabungkan shalat pada waktu shalat pertama dinsebut jama’ taqdim dan disebut jama’ takhir apabila menggabungkan shalat pada waktu shalat yang kedua.
1. Syarat Jama’ Taqdim:
a. Tertib, yakni dengan shalat yang pertama misalkan dzuhur dahulu kemudian ashar; dan maghrib dahulu kemuadian isya;
b. Niat Jama’ dilakukan pada shalat pertama;
c. Berurutan antara keduanya, artinya tidak boleh terpisahkan/dipisah oleh shalat yang lain termasuk shalat sunah.
2. Syarat Jama’ Takhir:
a. Niat Jama’ takhir dilakukan pada shalat yang pertama;
b. Masih dalam perjalanan, yakni ketika datangnya waktu shalat yang kedua, musafir masih diperjalanan. Oleh karena itu ditinggalkan shalat sunnat rawatib antara keduanya.
Dibolehkan bagi orang yang mukim untuk menjamak karean hujan diwaktu shalat yang pertama antar dzuhur dan Ashar, Magrib dan Isya disebabkan timbulnya kepayahan. Hal ini berdasarkan Hadist nabi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim dari Ibnu Abbas r.a. bahwa nabi saw shalat di Madinah 8 rakaat dengan menjamak dan 7 rakaat dengan menjamak antara Dzuhur dan Ashar, Magrib dan Isya. Dalam satu riwayat muslim: “tidak dalam keadaan takut maupun dalam perjlanan”.
Disyaratkan bagi jama’ taqdim di dalam perjalan kepastiaan turunnya hujan di awal shalat yang pertama dan awal shalat yang kedua dan shalatnya dilakukan disuatu tempat yang andaikan pergi ke tempat itu ia akan terkena hujan dan basah bajunya.
Sekelompok dari pengikut Syafi’I danlainnya berpendapat boleh menjamak dalam keadaan sakit. Dianta mereka adalah Al-Qadhi Husein, Ar-Ruyani, AlKhattabi dan Imam Ahmad serta pengikutnya.
Ibnu Abbas melakukannya dan diperasalahkanoleh seorang laki-laki dari bani Tamim. Maka Ibnu Abbas Menjawab: Apakah engkau mengajariku sunnah?
Ia menagatakan bahwa Rasullah dulu pernah melakukannya.
Ibnu Syaqiq berkata: Hal itu merisaukan perasaanku di dalam dada. Kemudian akau mendatangi Abu Hurairah r.a. dan menayakan hal itu kepadanya. Tarnyata ia membenarkan pernyataanya.
Kisah Ibnu Abbas dan pertanyyan Ibnu Syaqiq terdapat dalam shahih muslim. Berdasrkan An-Nawawi: pendapat yang membolehkan menjamak dalam keadaan sakit adalah jelas terpilih.
Telah diriwayatkan dalam shahih Muslim bahwa” Nabi saw. mejamak di Madinah tanpa rasa takut dan tidak dalam keadaan hujan”.
B. Shalat Qoshor
Allah SWT. Berfirman:
•
“Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, Maka tidaklah Mengapa kamu men-qashar sembahyang(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu”.(Qs. Annisa: 101)
Menurut pendapat Jumhur arti qashar di sini ialah: sembahyang yang empat rakaat dijadikan dua rakaat. Mengqashar di sini ada kalanya dengan mengurangi jumlah rakaat dari 4 menjadi 2, yaitu di waktu bepergian dalam keadaan aman dan ada kalanya dengan meringankan rukun-rukun dari yang 2 rakaat itu, yaitu di waktu dalam perjalanan dalam keadaan khauf. dan ada kalanya lagi meringankan rukun-rukun yang 4 rakaat dalam keadaan khauf di waktu hadhar.
Mengqosor shalat tidak dilakukan, kecuali dalam shalat yang 4 rakaat. Oleh karena itu shalat magrib dan Subuh tidak boleh diqoshor.
Syarat-syarat bepergian:
1. Dilakukan bukan untuk melakukan maksiat sehingga meliputi yang wajib seperti perjalanan ibadah haji dan melunasi hutang dan sebaginya. Dan meliputi perjalanan yang mandub seperti haji tathawwu’ dan silaturahmi, dan meliputi perjalanan yang mubah seperti bertamasya serta perjalanan yang makruh seperti perjalanan orang yang menyendiri tanpa temannya.
Pejalanan maksiat adalah seperti untuk menyamun, mengambil minuman keras, perjlanan wanita tanpa izin suaminya, perjlanan orang berhutang yang mampu membayar tanpa izin pemilik piutang. Mereka ini dan semacamnya tidak diiznkan mengqoshor, karena qoshor adalah rukhsoh (keringanan), sedangkan perjalanan ini adalah maksiat dan rukhsoh tidak boleh untuk maksiat.
2. Harus merupakan perjalanan yang panjang, yaitu sejauh dua hari dengan perjalanan biasa atau berjarak 84 Km. harus diketahui bahwa musafir harus menentukan qoshornya menuju suatu tempat tertentu. Maka orang yang pergi tanpa tujuan yang jelas tidak boleh mengqoshor walaupun perjalannya panjang.
3. Harus menunaikan shalat ruba’iyah, bukan mengqdhanya. Apabila shaltnya tertinggal di tempat mukim dan qodho dalam perjalanan, wajiblah ia menyempurnakannya, karena yang menjadi tanggungannya adalah 4 rakaat.
Jika shalatnya tertinggal dalam perjalanan dan diqodha dalam perjalanan maka iapun mengqoshor. Jiak mengqhodhonya di tempat mukim , iapun menggenapkannya. Apabila dia ragu apakah shalatnya tertinggal di tempat mukim atau dalam perjalanan, maka iapun menggenapkannya, karean asalnya adalah genap.
5 syarat untuk mengqoshor:
1. Niat, kareana asalnyaadalah menggenapkannya. Apabila berniat qoshor, maka berlakulah niat itu sesuai dengan asalnya, yaitu menggenapkannya.
2. Harus menjadi musafir sejak awal shalat hingga akhirnya, hal ini berdasarkan firman Allah dalam surat an-Nisa ayat 101: yakni kamu bepergian. Dan siapa yang tidak bepergian maka tidak diperbolehkan mengqoshirnya.
3. Mengetahui membolehkan mengqoshor. Maka orang yang tidak mengetahuinya tidaklah dibolehkan baginya mengqoshor. Hal ini berdasarkan firman Allah dalam surat an-Nahl ayat 43:
“Dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui”. (Qs. An-Nahl: 43).
4. Tidak boleh mengikuti orang yang mukim atau menggenapkan shalat.
Jika mengikutinya, maka ia menggenapkannya karan wajib mengikuti imamnya.
5. Harus shalat rubai’yah (4 rakaat). Maka shalat Subuh dan Magrib tidak bisa di qoshor.
C. Shalat Jama’ Qoshor
Adapun niatnya dilakukan ketika melakukan shalat, kecuali jamak ta’khir, maka disamping niat ketika shalat, wajib pula untuk niat mengakhirkan shalat di waktu dhuhur (sekiranya masih cukup untuk melaksanakan shalat 4 rakaat). Dan mengikuti syarat-syarat yang telah ditentukan.
Musafir yang memenuhi syarat-syarat yang telah disebutkan diatas boleh melakukan shalat jama’ dan qashar sekaligus, yaitu mengumpulkan shalat dan memendekannya. Lafadzh niat shalat qashar dengan jama’:
a. Dzuhur Jama’ Taqdim
اُصَلِّي فَرْضَ الظُّهْرِ رَكْعَتَيْنِ قَصْرًا مَجْمُوْعًا ِالَيْهِ الْعَصْرُاَدَاءً ِللهِ تَعَالَى
Ushollii fardhodh dzuhri rok’ataini qoshron majmuu’an ilaihilashru adaan lillahi ta’aalaa
Aku niat shalat dzuhur dua rakaat qashar dan jama’ dengan ashar karena Allah ta’ala
b. Ashar Jama’ Taqdim
اُصَلِّي فَرْضَ الْعَصْرِ رِكْعَتَيْنِ قَصْرًا مَجْمُوْعًا اِلَي الظُّهْرِ اَدَاءً ِللهِ تَعَالَى
Ushollii fardhol ashri rok’ataini qoshron majmuu’an iladdzuhri adaan lillahi ta’aalaa
Aku niat shalat dzuhur dua rakaat qashar dan jama’ dengan ashar karena Allah ta’ala
c. Dzuhur Jama’ Takhir
اُصَلِّي فَرْضَ الظُّهْرِ رَكْعَتَيْنِ قَصْرًا مَجْمُوْعًا اِلَي الْعَصِْراَدَاءً ِللهِ تَعَالَى
Ushollii fardhodh dzuhri rok’ataini qoshron majmuu’an ilal ashri adaan lillahi ta’aalaa
Aku niat shalat dzuhur dua rakaat qashar dan jama’ dengan ashar karena Allah ta’ala
d. Ashar Jama’ Takhir
اُصَلِّي فَرْضَ الْعَصْرِ رَكْعَتَيْنِ قَصْرًا مَْمُوْعًا اِلَيْهِ الظُّهْرِ اَدَاءً ِللهِ تَعَالَى
Ushollii fardhol ashri rok’ataini qoshron majmuu’an iliahiddzuhru adaan lillahi ta’aalaa
Aku niat shalat dzuhur dua rakaat qashar dan jama’ dengan ashar karena Allah ta’ala
e. Maghrib Jama’ Taqdim
اُصُلِّي فَرْضَ الْمَغْرِبِ ثِلاَثَ رَكَعَاتٍ مَّجْمُوْعًا اِلَيْهِ اْلعِشَاءِ اَدَاءً ِللهِ تَعَالَى
Ushollii fardhol maghribi tsalaasta roka’aatim majmuu’an ilaihil’isyaau adaan lillahi ta’aalaa
Aku niat shalat maghrib tiga rakaat jama’ dengan isya karena Allah ta’ala
f. Isya Jama’ Taqdim
اُصَلِّي فَرْضَ الْعِشَاءِ ركْعَتَيْنِ قَصْرًا مَجْمُوْعًا اِلَي الْمَغْرِبِ اَدَاءً ِللهِ تَعَالَى
Ushollii fardhol ‘isyaai rok’ataini qoshron majmuu’an ilalmaghribii adaan lillahi ta’aalaa
Aku niat shalat isya dua rakaat qashar dan jama’ dengan maghrib karena Allah ta’ala
g. Maghrib Jama’ Takhir
اُصَلِّي فَرْضَ الْمَغْرِبِ ثَلاَثَ رَكَعَاتٍ مَّجْمُوْعًا اِلَي الْعِشَاءِ اَدَاءً ِللهِ تَعَالَى
Ushollii fardhol maghribi tsalaasta roka’aatim majmuu’an ilal ’isyaai adaan lillahi ta’aalaa
Aku niat shalat maghrib tiga rakaat jama’ dengan isya karena Allah ta’ala
h. Isya Jama’ Takhir
اُصَلِّي فَرْضَ الْعِشَاءِ رَكْعَتَيْنِ قَصْرًا مَجْمُوْعًا اِلَيْهِ الْمَغْرِبِ اَدَاءً ِللهِ تَعَالَى
Ushollii fardhol ‘isyaai rok’ataini qoshron majmuu’an ilaihilmaghribu adaan lillahi ta’aalaa
Aku niat shalat isya dua rakaat qashar dan jama’ dengan maghrib karena Allah ta’ala
0 Comment