Sunday, May 13, 2012

BAB I
PENDAHULUAN

A. Penegasan Masalah
Untuk memudahkan dalam memahami judul skripsi “Metode Pengajaran Baca Al-Qur’an di An-Nuur Foundation Jogjakarta (Dalam Perspektif Pengajaran Membaca Permulan Bahasa Arab) penulis memberikan penegasan masalah sebagai berikut:
1. Metode Pengajaran
Metode adalah jalan (cara) yang ditempuh oleh guru untuk menyampaikan materi pelajaran kepada murid atau cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan, sedangkan pengajaran adalah interaksi belajar-mengajar, yaitu hubungan timbal balik antara guru (pengajar) dan anak (murid) yang menunjukan adanya hubungan yang bersifat educatif (mendidik), yang mana interaksi itu harus diarahkan pada suatu tujuan tertentu yang bersifat mendidik yaitu adanya perubahan tingkah laku anak didik kearah kedewasaan.
Adapun maksud dari metode pengajaran disini adalah suatu cara yang ditempuh oleh guru dalam suatu proses interaksi belajar-mengajar dengan maksud agar tujuan pengajaran dapat tercapai.
2. Baca Al-Qur’an
Baca atau membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta di pergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Sedangkan Al-Qur’an adalah kalam atau firman Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. yang membacanya merupakan suatu ibadah.
Adapun maksud dari baca Al-Qu’ran disini adalah membaca huruf-huruf yang terdapat dalam Al-Qur’an (huruf Hijaiyah) serta sesuatu yang berkaitan dengannya seperti tanda baca dan tajwid.
3. An-Nuur Foundation Jogjakarta
An-Nuur Foundation Jogjakarta adalah suatu lembaga non formal yang bergerak dalam bidang pengajaran baca Al-Qur’an khusus dewasa atau orang tua yang dalam pengajarannya menggunakan suatu metode yang dinamakan dengan metode An-Nuur, yang termasuk metode pengajaran baca Al-Qur’an sistem cepat, karena hanya membutuhkan waktu yang relatif singkat untuk membuat seseorang bisa baca Al-Qur’an yaitu 2 jam. Adapun maksud dewasa disini adalah orang yang sudah bisa diajak berfikir secara analogi (minimal umur 15 tahun), sedangkan maksud orang tua disini adalah orang yang sudah berusia tua namun masih mempunyai kemampuan untuk membaca. An-Nuur Foundation Jogjakarta terletak di jalan Monjali No.80 Karangjati Wetan, Rt 05/45 Sinduadi, Sleman, Jogjakarta.
4. Perspektif
Perspekitf adalah pengharapan, peninjauan, tinjauan, padang luas. Adapun maksud perspektif disini adalah tinjauan.
5. Pengajaran Membaca Permulaan Bahasa Arab
Pengajaran membaca permulaan adalah pengajaran membaca yang bermaksud memberi kecakapan kepada para siswa untuk mengubah rangkaian-rangkaian huruf menjadi rangkaian-rangkaian bunyi yang bermakana atau pengajaran membaca yang mengutamakan pengajaran huruf dan rangkaiannya serta melancarkan teknik membaca, pengajaran membaca permulaan disini akan dikhususkan pada pengajaran membaca huruf-huruf Arab (huruf Hijaiyah) serta sesuatu yang terkait dengannya yaitu tanda baca Arab dan tajwid .
Berdasarkan pada penegasan istilah tersebut dapat dipahami bahwa maksud dari judul skripsi ini adalah meneliti tentang metode pengajaran baca Al-Qur’an yang diterapkan di An-Nuur Foundation Jogjakarta dalam tinjauan pengajaran membaca permulaan bahasa Arab.
B. Latar Belakang Penelitian
Dalam mempelajari bahasa asing termasuk bahasa Arab dikenal istilah ketrampilan berhahasa yang meliputi berbicara, mendengarkan, membaca dan menulis. Dalam membaca disana terdapat dua macam membaca yaitu membaca permulaan dan membaca lanjut, perbedan diantara keduanya terletak pada maksud atau tujuan pengajaran membacanya, dalam pengajaran membaca permulaan, tujuannya adalah memberikan kecakapan kepada para siswa untuk mengubah rangkaian-rangkaian huruf menjadi rangkaian-rangkaian bunyi bermakna atau pengajaran yang menekankan pada pengajaran huruf dan rangkaiannya serta melancarkan teknik membaca, sedangkan pada membaca lanjut tujuannya adalah melatih anak-anak menangkap pikiran dan perasaan orang lain yang dilahirkan dengan bahasa tulisan dengan tepat dan teratur.
Seseorang yang ingin bisa membaca bahasa Arab maka dia harus terlebih dahulu belajar membaca permulaan bahasa Arab (membaca huruf-huruf Arab atau huruf Hijaiyah).
Di Indonesia, pengajaran membaca permulan bahasa Arab itu biasanya dilakukan melalui sistem ngaji atau belajar membaca AL-Qur’an di masjid atau di rumah, sehingga tatkala mereka dihadapkan pada pelajaran bahasa Arab di sekolah mereka sudah sedikit banyak mengenal tentang huruf-huruf Arab, dan keadaan yang seperti ini sangat membantu sekali bagi guru bahasa Arab.
Belajar membaca permulaan bahasa Arab yang dilakukan dengan sistem ngaji ini biasanya dilakukan dalam waktu yang relatif lama bahkan terkadang sampai bertahun-tahun, keadaan yang seperti ini bagi kita sudah dianggap suatu hal yang wajar mengingat bahwa belajar huruf-huruf Arab itu adalah suatu hal yang sulit karena bahasa Arab adalah termasuk bahasa asing yang mempunyai bentuk serta bunyi yang berbeda dengan bahasa Indonesia, selain dari itu untuk mempelajari tanda baca atau ilmu tajwidnya saja di perlukan waktu yang tidak sedikit.
Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk belajar membaca permulaan bahasa Arab terkadang menimbulkan rasa malas bagi orang yang akan mempelajarinya, terlebih-lebih apabila yang belajar itu orang dewasa atau orang tua, salah satu penyebabnya adalah karena mereka telah tersibukaan oleh berbagai hal yang menyangkut kehidupan mereka sehingga tak ada waktu bagi mereka jika harus terus- menerus belajar membaca permulaan bahasa Arab.
Karena huruf Arab adalah huruf Al-Qur’an maka orang yang tidak bisa membaca huruf Arab secara otomatis dia tidak bisa membaca Al-Qur’an, kebanyakan orang dewasa atau orang tua akan merasa malu apabila dirinya akan belajar baca Al-Quran, hal ini dikarenakan mereka merasa sudah terlambat, namun walaupun begitu mereka sebenarnya juga ingin belajar membaca Al-Quran, karena Al-Quran adalah merupakan pedoman hidup atau kitab suci mereka sebagai orang islam.
Dalam dunia pendidikan ternyata banyak pelajar atau mahasiswa yang belum bisa membaca permulaan bahasa Arab, padahal terkadang mereka tidak bisa terlepas dari hal itu karena tuntutan akademik, namun dalam benak mereka telah terbanyang bahwa belajar membaca permulaan bahasa Arab itu sulit terlebih-lebih jika dilakukan dalam usia dewasa atau orang tua, sehingga banyak dari mereka yang merasa putus asa untuk bisa membaca pemulaan bahasa Arab.
Berdasar pada kenyataan yang seperti itu, penulis merasa tertarik ketika mendengar ada suatu metode pengajaran baca Al-Quran yang dinamakan metode An-Nuur, sebab menurut penemunya yaitu DR H.M Rosyady S.Ag, MM, MBA bahwa dengan mengunakan metode An-Nuur seseorang akan bisa membaca Al-Qur’an dalam waktu yang singkat yaitu 2 jam.
Melihat kemudahan dan kecepatan yang ditawarkan oleh metode An-Nuur dalam pengajaran membaca Al-Qur’an, maka penulis ingin mengkajinya dan mencoba mengkaitkannya dengan salah satu ketrampilan berbahasa yaitu membaca, khususnya membaca permulaan bahasa Arab, ini karena disana penulis melihat adanya kesamaan materi yang akan disampaikan yaitu huruf hijaiyah, tanda baca Arab dan tajwid.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan metode An-Nuur dalam pengajaran baca Al-Qur’an di An-Nuur Foundation Jogjakarta (dalam perspektif pengajaran membaca permulaan bahasa Arab) ?
2. Bagaimana hasil yang dicapai ketika menggunakan metode An-Nuur dalam pengajaran baca Al-Qur’an di An-Nuur Foundation Jogjakarta (dalam perspektif pengajaran membaca permulaan bahasa Arab) ?
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui metode apa yang digunakan serta materi apa yang disampaikan dalam metode An-Nuur dalam pengajaran baca Al-Qur’an di An-Nuur Foundation Jogjakarta, sehingga nantinya dapat dijadikan tambahan pengetahuan dalam mengajarkan membaca permulaan bahasa Arab.
b. Untuk mengetahui hasil yang dicapai ketika menggunakan metode An-Nuur dalam pengajaran baca Al-Qur’an di An-Nuur Foundation Jogjakarta.
2. Kegunaan Penelitian
a. Memberikan informasi bahwa belajar baca Al-Qur’an atau belajar membaca bahasa Arab itu bisa dilakukan dengan mudah dan dalam waktu yang relatif singkat.
b. Untuk memberi semangat kepada umat Islam Indonesia untuk belajar baca Al-Qur’an atau belajar membaca bahasa Arab.
c. Dengan adanya metode yang bisa mempermudah dan mempercepat dalam belajar baca Al-Qur’an semoga dapat mengurangi buta huruf terhadap Al-Qur’an yang berbahasa Arab.
d. Semoga dapat dijadikan tambahan pengetahuan khususnya bagi para pengajar bahasa Arab, umumnya bagi umat Islam semuanya.
E. Metode Penelitian
1. Sumber data
Yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Adapun yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah berupa: person, place dan paper.
a. Person atau sumber data berupa orang atau sumber data yang memberikan data melalui wawancara atau jawaban tertulis melalui angket. Yang meliputi :
1) Pemimpin An-Nuur Foundation Jogjakarta yaitu Bpk. Kamaludin S.Ag.
2) Guru-guru atau karyawan yang terdapat di An-Nuur Foundation Jogjakarta.
3) Peserta pelatihan
4) Place atau sumber data berupa tempat atau sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam atau bergerak. Yang diam berupa: ruangan dan kelengkapan alat yang digunakan dalam proses pengajaran, sedangkan yang bergerak berupa aktivitas belajar-mengajar itu sendiri.
b. Paper, yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka atau gambar atau simbol-simbol lainnya, yaitu berupa dokumen-dokumen yang dimiliki oleh lembaga An-Nuur Foundation Jogjakarta.
Selain dari itu penulis juga menggunakan penelitian populasi sebagai sumber data. Penelitian populasi adalah keseluruhan subyek penelitian, maksudnya penulis akan meneliti semua peserta yang mengikuti pelatihan sehari dalam pengajaran baca Al-Qur’an yang dilaksanakan oleh An-Nuur foundation Jogjakarta, ini karena peserta yang biasanya mengikuti pelatihan tersebut tidak lebih dari 100 orang, sedangkan apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya.
2. Jenis Penelitian.
Jika ditinjau dari tempatnya, penelitian ini adalah penelitian lapangan atau kancah. Sedang jika di tinjau dari hadirnya variabel, penelitian ini adalah penelitian deskriptif, karena penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan dengan menjelaskan atau menggambarkan variabel masa lalu dan sekarang (sedang terjadi). Variabel adalah hal-hal yang menjadi objek penelitian, yang ditatap (di jinggleng-jawa) dalam suatu kegiatan penelitian (points to be noticed) yang menunjukan variasi, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
3. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data-data yang diperlukan akan digunakan metode-metode sebagai berikut:
a. Metode Observasi
Metode observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.
Jenis observasi yang dilakukan adalah observasi partisipatif (participant observation) yaitu observasi atau pengamatan yang observer (peneliti) melibatkan diri di tengah-tengah observe (yang sedang diteliti). Metode observasi ini digunakan untuk mengamati berlangsungnya proses belajar mengajar Al-Qur’an yang dilaksanakan oleh An-Nuur Foundation Jogjakarta dan hasil yang dicapainya.
Adapun pedoman observasinya berbentuk bebas (pedoman yang tidak perlu ada jawaban, tetapi mencatat apa yang tampak, dalam observasi ini juga akan digunakan alat perekam.
b. Metode Wawancara
Metode wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.
Jenis interview yang digunakan adalah interview bebas terpimpin yaitu interview yang pewawancaranya membaca pedoman yang hanya merupakan garis besarnya saja. Metode wawancara ini digunakan untuk mencari data tentang metode An-Nuur itu sendiri.
c. Metode Dokumentasi
Adalah mencari data-data mengenai variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat dan lain sebagainya. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang gambaran umum lembaga An-Nuur Foundation Jogjakarta yang meliputi letak geografis, sejarah singkat berdirinya, dan susunan organisasinya.
d. Metode Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Jenis tes yang digunakan adalah tes prestasi atau achievment test yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu, tes ini berupa tes lisan. Tes ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan yang dimiliki oleh peserta setelah mereka belajar baca Al Qur’an di An-Nuur Foundation Jogjakarta.
4. Metode Analisis Data
Menganalisis dapat diartikan dengan menguraikan atau memisah-misahkan, jadi menganalisis data mengandung arti mengurai data, menjelaskan data sehingga dari data tersbut pada akhirnya dapat ditarik pengertian-pengertian serta kesimpulan-kesimpulan.
Karena penelitian ini adalah penelitian deskriptif maka untuk menganalisis datanya, data itu diklasifikasikan menjadi dua kelompok data yaitu data kuantitatif yang berbentuk angka-angka dan data kualitatif yang dinyatakan dalam kata-kata atau simbol.
Untuk menganalisis data yang bersifat kuantitatif maka digunakan rumus:
Keterangan : Mx = Mean yang dicari
fx = Jumlah hasil dari perkalian antara masing-masing nilai dan frekuensinya
N = Number of cases (banyaknya individu)
Sedangkan untuk menganalisis data yang bersifat kualitatif adalah dengan cara deduktif dan induktif. Deduktif adalah cara menganalisis masalah yang berangkat dari pengetahuan yang sifatnya umum kemudian diambil kesimpulan yang sifatnya khusus, sedang induktif adalah cara menganalisis masalah yang berangkat dari hal-hal yang khusus kemudian diambil kesimpulan yang bersifat umum.
F. Tinjauan Pustaka
Berbicara tentang pengajaran baca Al-Qur’an orang sudah tidak asing lagi mendengarnya, namun apabila proses pengajarannya dapat dilakukan dalam waktu yang singkat orang masih belum mempercayainya “benarkah itu” begitulah komentarnya.
Penelitian terhadap pengajaran baca Al-Qur’an telah banyak dilakukan, namun penelitian yang membahas tentang pengajaran baca Al-Quran dengan menggunakan metode An-Nuur itu belum ada. Adapun penelitian yang membahas tentang pengajaran membaca Al-Qur’an diantaranya skripsinya Noor Hidayah dengan judul “Pengajaran Baca Tulis Huruf Al-Qur’an di TK ABA Karang Kajen Jogjakarta (Tinjauan Metode dan Teori)”, skripsi ini membahas tentang materi yang dipakai serta metode yang digunakan dalam TK ABA Karang Kajen, yang ternyata di sana memakai metode Iqra dengan materi-materi yang terdapat didalam buku Iqra. Skripsinya Muhajiroh yang berjudul “Pengajaran Al-Qur’an di TPQ Maulana Mangun Sejati Desa Bugel Kedung Jepara (Tinjauan Materi dan Metode)” yang membahas tentang pemakaian metode Qiraati dalam pengajaran baca Al-Qur’an yang terdapat di TPQ Maulana Mangun Jepara. Skripsinya Nasikhi yang berjudul “Pengajaran Al-Qur’an Bagi Anak Asuh Kelompok Penyantun Yatim Piatu/ Dhuafa (KPYPD) Shirath Al-Mustaqim Jogjakarta”, membahas tentang problematika pengajaran baca Al-Qur’an yang terdapat di lembaga tersebut.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, adapun perbedannya terletak pada metode yang digunakan serta persrta didiknya. Disini peserta didiknya adalah khusus orang dewasa atau orang tua bukan anak-anak sebagaimana yang terdapat pada penelitian sebelumnya yang tentu saja memerlukan cara pengajaran yang berbeda, adapun metode yang di gunakan dalam pengajaran baca Al Qur’an yang penulis teliti adalah metode An-Nuur yang tentu saja berbeda dengan metode Iqra, Qiroati dan yang lainnya.
Acuan pokok yang dipakai dalam skripsi ini adalah buku panduan metode An-Nuur yang berjudul metode An-Nuur belajar praktis baca Al-Qur’an, 2 jam bisa baca Al-Qur’an karya Rosyady serta buku Metodologi pengajaran Agama dan bahasa Arab karya Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar.
G. Kerangka Teoritik
Proses belajar-mengajar adalah suatu proses yang kompleks, proses tersebut terdiri dari bagian yang kait-mengait, tiap bagian memiliki fungsi tersendiri yang bekerja sama dalam suatu kaitan yang lekat agar dapat mencapai suatu keberhasilan, apabila kita hanya mengandalkan salah satu (komponen) saja maka tujuan pengajaran tidak akan tercapai. Adapun yang termasuk komponen-komponen pengajaran adalah: tujuan mengajar, siswa yang belajar, guru yang mengajar, metode mengajar, alat bantu mengajar, penilaian dan situasi pengajaran.
Disini penulis akan lebih memfokuskan untuk membahas tentang metode pengajarannya dengan tidak mengesampingkan komponen-komponen pengajaran yang lain.
1. Metode Pengajaran.
Berbicara tentang metode pengajaran, kita mengenal macam-macam metode pengajaran misalnya metode ceramah, diskusi, kerja kelompok, latihan siap, drill dan lain sebagainya, dan seorang pengajar hendaknya tidak hanya menggunakan satu metode namun dua, tiga atau bahkan empat metode dalam suatu proses pengajaran, ini dilakukan agar siswa merasa senang dalam belajar sehingga perhatiannya tercurah pada pelajaran.
Untuk menerapkan suatu metode ke dalam situasai pengajaran haruslah mempertimbangkan dan memperhatikan berbagai kemungkinan yang dapat mempertinggi mutu dan efektivitas suatu metode, karena kalau tidak, bukan saja akan berakibat proses pengajaran menjadi terhambat akan tetapi lebih jauh lagi yaitu tidak tercapainya tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Adapun hal-hal yang harus di perhatikan dalam pemilihan suatu metode adalah: tujuan yang hendak dicapai, kemampuan guru, Anak didik, Situasi dan kondisi, Fasilitas yang tersedia, Waktu yang tersedia, Kekurangan dan kelebihan suatu metode.
Menurut Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, agar proses pengajaran berjalan baik dan mengenai sasaran yang dituju maka harus memperhatikan prinsip-prinsip metodologi mengajar, yaitu:
a. Apersepsi
Dalam istilah pendidikan apersepsi mengandung arti penyadaran atau keinsyafan (consiousness), maksudnya guru memberikan rangsangan perhatian dan kesadaran kepada anak didik agar dapat memperhatikan pelajaran yang akan diberikan itu secara sungguh-sungguh.
b. Motivasi
Motivasi merupakan gejala jiwa yang dapat mendorong manusia untuk bertindak sesuatu keinginan dan kebutuhan atau motif-motif. Disini peran guru ialah bagaimana membangkitkan motivasi anak didik agar mau belajar sungguh-sungguh.
c. Perhatian
Perhatian adalah pengertian segala tenaga dan jiwa dengan penuh konsentrasi yang tertuju pada suatu obyek. Jika sesesorang besar perhatiannya terhadap suatau obyek, maka ia akan mengenal dan mengetahui obyek itu secara jelas dan sempurna
d. Individualitas
Maksudnya adalah bahwa guru dalam mengajar harus memperhatikan sifat pembawaan dan kemampuan masing-masing individu anak didik karena masing-masing di antara mereka selain mempunyain kesamaan juga mempunyai perbedaan
e. Aktivitas
Maksudnya bahwa aktivitas mengajar adalah merupakan aktivitas mengorganisir atau mengatur lingkungan belajar sebaik-baiknya, dan menghubungkannya dengan anak didik, sehingga terjadilah suatu proses belajar yang mengaktifkan anak didik. Jadi tugas guru dalam mengajar hanyalah mengatur, mengarahkan dan membimbing anak didiknya agar ia dapat belajar dan mengembangkan kemampuan atau kegiatannya secara aktif.
f. Korelasi dan konsentrasi.
Maksudnya bahwa pengajaran disajikan secara berhubungan antara satu bidang studi dengan bidang studi yang lain secara terkait dan integral, sehingga dengan demikian pengertian dan pemahaman anak didik terhadap obyek pelajaran menjadi utuh atau bulat dan dalam arti tidak terpecah-pecah atau terpotong-potong secara amat jauh.
g. Peragaan atau media pengajaran atau visualisasi.
Maksudnya bahwa dalam pengajaran diharuskan bagi setiap guru untuk menggunakan alat peraga sebagai alat bantu agar pengetahuan, pengertian dan tanggapan yang masuk kedalam jiwa melalui indra dapat menjadi jelas dan bertahan kuat dalam ingatan.
Perbedaan satu metode dengan metode yang lain dapat dilihat dari masing-masing metode tersebut mengadakan seleksi (pemilihan), gradasi (pentahapan), presentasi (penyajian) dan repetisi (pengulangan) yang semuanya itu termasuk unsur-unsur metode. Jadi suatu metode baru dapat dikatakan metode kalau ia mengandung arti tidak hanya bagaimana (how) mengajar, tapi juga apa (what) yang diajarkan dan kapan (when) ia mengajar. Ini berarti bahwa metode baru tidak cukup hanya berisi petunjuk-petunjuk tentang bagaimana sesuatu harus diajarkan dengan tehnik baru tapi juga harus disertai materi serta sarana penunjang lainnya yang merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan.
Kita tidak bisa mengatakan bahwa metode ini bagus dan metode itu tidak bagus, karena setiap metode itu memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, lagi pula metode yang kurang baik di tangan guru yang baik bisa menjadi metode yang baik dan metode yang baik dapat gagal di tangan guru yang tidak menguasai teknik pelaksanaan
Dalam proses belajar-mengajar seorang guru sebagai pengajar harus menciptakan situasi agar peserta didik dapat belajar, oleh karena itu guru harus berusaha menggunakan ketrampilan dan kemampuannya agar peserta didik mencapai tujuan yang diharapkan, sebab sebenarnya proses belajar mengajar itu belum dapat dikatakan berahir kalau peserta didik belum dapat belajar dan belum mengalami perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku itu dapat diartikan dari perubahan-perubahan yang mencakup aspek kognitif, aspek psikomotor, aspek afektif, misalnya dari belum mengerti menjadi mengerti, dari belum trampil menjadi trampil, dari belum mengetahui menjadi memengetahui dan lain sebagainya. Namun terkadang guru mempunyai anggapan lain dia merasa sudah berahir proses belajar-mengajar apabila sudah menjelaskan semua materi dengan tidak melihat apakah peserta didiknya sudah menguasai atau belum.
Pada prinsipnya interaksi belajar mengajar itu membutuhkan adanya perencanaan dan persiapan yang matang baik itu secara tertulis atau persiapan diri, karena persiapan yang matang akan mengurangi hambatan-hambatan yang muncul bahkan akan lebih memotifasi anak untuk melakukan belajar secara efektif.
2. Membaca permulaan bahasa Arab.
Sebagaimana diketahui bahwa bahasa yang dipakai dalam Al-Qur’an adalah bahasa Arab, sedangkan dalam mempelajari bahasa asing termasuk bahasa Arab di sana terdapat empat kemahiran berbahasa yang meliputi: mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Bagi orang yang akan belajar bahasa, keempat kemahiran ini tidak harus dikuasai semuanya namun itu bisa disesuaikan dengan tujuan dan kebutuhan. Dan disini akan memfokuskan pada kemahiran membaca.
Pengajaran membaca itu ada dua macam yaitu:
a. Membaca permulaan.
Dalam membaca permulaan disana diutamakan memberikan kecakapan kepada para siswa untuk mengubah rangkaian huruf menjadi rangkaian bunyi bermakna dan melancarkan tehknik membaca.
b. Membaca lanjut.
Dalam membaca lanjut tujuannya adalah melatih anak-anak menangkap pikiran dan perasaan orang lain yang dilahirkan dengan bahasa tulisan dengan tepat dan teratur.
M. Ngalim purwantoro dan Djeniah Alim membagi metode mengajar membaca permulaan itu menjadi lima metode yaitu:
a. Metode Eja (Spell Method)
Metode ejaan adalah metode yang paling terdahulu. Metode ini mengajarkan kepada anak-anak huruf-huruf dalam abjad, dengan namanya bukan dengan bunyinya. Huruf-huruf itu dirangkaikan menjadi suku kata, dari suku kata menjadi kata. Contohnya: de – a = da; el – i – el= lil; jadi dalil.
b. Metode Bunyi (Klank Method)
Dalam mengajar menurut metode ini, bukannya nama huruf yang di ajarkan, melainkan bunyinya. Jalannya sama dengan metode eja. Contohnya: d (de) – a = da, w (ew) – a –t (et) = dawat.
c. Metode Lembaga Kata
Metode ini dapat dikatakan sebagai peralihan antara metode bunyi dengan metode global. Proses pelaksanaannya sebagai berikut:
1) Menyajikan kepada siswa sebuah kata yang tidak asing lagi bagi mereka
2) Menganalisis atau menguraikan kata menjadi suku kata. Suku kata langsung ke bunyi huruf.
3) Mengajarkan huruf dari tiap-tiap bunyi yang telah dipisahkan dari lembaga katanya.
4) Huruf-huruf itu disintesis atau dirangkaikan menjadi suku dan kata.
5) Kata-kata itu dirangkaikan menjadi pola kalimat sederhana.
d. Metode Global
Adalah metode yang melihat segala sesuatu merupakan keseluruhan. Cara pelaksananya sebagai berikut:
1) Berilah sebuah cerita singkat kemudian kalimatnya ditulis dengan huruf-huruf tulis.
2) Kalimat-kalimat itu dihafal sehingga dapat membedakan kata-kata yang sama atau hampir sama.
3) Setelah dapat membedakan kata-kata dalam kalimat-kalimat yang sudah diberikan (hal ini biasanya dengan tidak disadari), maka berangsur-angsur akan dapat membedakan suku-suku kata kemudian mengerti huruf-huruf dengan bunyi sekaligus.
4) Setelah hafal dan mengerti huruf-huruf maka dapat pula merangkaikannya menjadi kata-kata, menjadi kalimat.
e. Metode SAS (Struktur Analisa Sintesa)
Metode ini mirip dengan metode global meskipun tidak sama. Dalam metode global dimulai dari suatu unit pikiran atau suatu cerita. Siswa perlu menghafal beberapa kalimat dan dikenalkan banyak huruf sekaligus, dalam metode SAS membicarakan suatu hal misalnya ibu, bacaannya berupa kalimat pendek seperti ini ibu.
Itulah macam-macam metode membaca permulaan. Sedangkan metode mengajarkan huruf Al-Qur’an menurut Mahmud Yunus itu meliputi:
a. Metode lama dinamai dengan metode abjad atau metode Alif – Ba – Ta
Dasar metode ini adalah dimulai dengan mengajarkan nama-nama huruf kemudian dengan berangsur-angsur ke kata kemudian ke kalimat. Adapun caranya sebagai berikut
1) Mula-mula diajarkan nama-nama huruf yang serupa bentuknya menurut tartib bagdadiyah : ا ب ت ث ج ح خ
2) Kemudian diterangkan titik-titik huruf-huruf itu, dibawah atau diatas, satu, dua atau tiga. Contoh : Ba dibawah satu titik.
3) Setelah itu diajarkan nama–nama baris seperti : Alif di atas a, di bawah I, di depan. Alif dua di atas an, dua di bawah in, dua didepan un.
Adapun kekurangan dari metode abjad adalah:
1) Peserta didik merasa kesulitan untuk mengetahui perbedaan antara huruf-huruf yang sama bentuknya, karena tak ada perbedaan antara huruf-huruf itu melainkan titik kscil saja.
2) Peserta didik tiada mengerti pelajaran yang dibacanya, karena semata-mata dilagukan saja dengan tidak sadar akan maksudnya padahal tujuan membaca adalah mengerti.
3) Memakai waktu yang lama dan sedikit hasilnya.
b. Metode suara.
Dasar metode ini sama dengan metode abjad namun disini yang diajarkan adalah bunyai suaranya bukan abjadnya.
Contohnya : اَ اِ اُ – مَ مِ مُ
Adapun cara mengajarkannya adalah: dengan menggunakan papan tulis, tulislah huruf-huruf yang berlainan bentuk dan bunyinya, ambil gambar tumbuh-tumbuhan atau yang lainnya untuk alat peraga, untuk mengajarkan huruf maka berilah contoh dari nama tumbuh-tumbuhan atau yang lainnya yang bunyi awalnya sesuai dengan huruf tersebut, tulis huruf yang akan diajarkan disebelah gambar, gambar itu diperlihatkan dengan menyebutkan bunyi awal dari gambar tersebut, kemudian guru menerangkan bunyi dari huruf yang diajarkan, kemudian peserta didik membacanya, setelah mempelajari beberapa huruf kemudian huruf-huruf tersebut disusun menjadi kata-kata dan ditulis di papan tulis dan peserta didik menulisnya dibuku
Adapun kebaikan dari metode suara adalah:
1) Memberi semangat untuk belajar membaca karena mereka telah mengetahui bunyi suara huruf-hurufnya.
2) Ada perhubungan langsung antara bunyi suara dengan rumus (tanda ) yang tertulis.
3) Metode ini sesuai dengan tabiat bahasa Al Qur’an (bahasa Arab), karena yang terpenting dalam bahasa itu adalah bidang suara.
4) Dalam metode ini ada pendidikan telinga, mata dan tangan sekaligus.
Sedangkan kekurangan metode suara adalah:
1) Metode ini lebih mementingkan bagian-bagian dari pada keseluruhan dan ini menyalahi tabiat yang biasa, mata kita melihat sesuatu terlebih dahulu keseluruhannya kemudian bagian-bagiannhya.
2) Dengan metode ini belajar membaca menjadi sangat lambat karena mereka menghadapkan perhatiannya kepada ejaan dan huruf kata-kata, kemudian bagian-bagian kalimat dan membaca kata-kata satu persatu.
3) Metode ini membutuhkan gambar sangat banyak.
c. Metode kata-kata.
Menurut metode ini murid-murid melihat kata-kata yang di ucapkan guru dengan terang dan jelas, kemudian menirukannya secara berulang-ulang, kemudian guru menguraikan kata-kata itu dan mengejanya sehingga tetap rupanya (gambarnya) dalam otak murid-murid, setelah itu guru memperlihatkan kata-kata yang serupa untuk mengadakan perbandingan.
Adapun kebaikan dari metode kata-kata adalah:
1) Metode ini telah termasuk metode keseluruhan, karena kata-kata adalah keseluruhan yang mempunyai arti.
2) Dapat menambah kekayaan bahasa waktu belajar membaca.
3) Dapat mempergunakan kata-kata untuk membuat kalimat dalam waktu yang pendek.
4) Metode ini mengajarkan rumus (tanda ), lafadz dan artinya sekaligus.
5) Dapat mempercepat membaca karena yang diajarkan adalah kesatuannya kata-kata bukan huruf yang satu.
6) Membiasakan untuk mengerti apa yang dibaca.
Sedangkan kekurangan dari metode kata-kata adalah:
1) Diantara kata-kata ada yang serupa tulisannya tetapi berlainan artinya. Hal ini menyebabkan peserta didik salah mengucapkan kata-kata, sehingga berlainan artinya.
2) Kadang-kadang guru terlambat menguraikan kata-kata kepada huruf-hurufnya, sehingga hilang hal yang sangat penting dalam membac yaitu mengetahui huruf.
d. Metode kalimat
Menurut metode ini, di mulai dengan kalimat, kata-kata, kemudian huruf. Caranya: Guru menyiapkan kalimat-kalimat pendek, kemudian ditulis dan dibaca secara berulang-ulang dan murid menirukannya, kemudian guru menulis kalimat lain dengan kata-kata yang hampir sama setelah itu tiap-tiap kalimat diuraikan menjadi kata-kata dan huruf.
Adapun kebaikan darimetode kalimat adalah:
1) Metode ini sesuai dengan ilmu jiwa, yaitu memeulai dengan kesatuan pengertian.
2) Peserta didik mengetahui arti kata-kata dengan sebenarnya, karena kata-kata itu disusun dalam satu kalimat.
3) Metode ini menarik bagi peserta didik untuk membaca dan membiasakan mereka supanya mengerti apa yang dibacanya.
Sedangkan kekurangan dari metode kalimat adalah:
1) Kadang-kadang guru terus-menerus memberikan kalimat, melatih membaca dan menuliskannya sehingga terlambat menguraikan kalimat kepada kata-kata, menguraikan kata-kata kehuruf.
2) Membaca satu kalimat sekaligus bagi yang baru belajar adalah amat sulit.
3) Metode ini membosankan, sebab mengulang-ngulang suatu kata dalam beberapa kali pelajaran akan mengurangi perhatian mereka terhadap materi pelajaran yang diberikan.
Bahasa Arab dan Al-Qur’an adalah bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya, mempelajari bahasa Arab adalah syarat wajib untuk mengetahui isi Al-Qur’an dan mempelajari bahasa Al-Quran adalah berarti mempelajari bahasa Arab, kalau kita melihat dari tujuan mempelajari huruf Al-Quran salah satu tujuannya adalah supaya anak-anak dapat belajar bahasa Arab sehingga pandai membaca kitab-kitab agama yang banyak ditulis dalam bahasa Arab, sedangkan salah satu tujuan mempelajari bahasa Arab adalah agar siswa dapat memahami Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber hukum islam dan ajaran.
3. Konsep Pengajaran Metode An-Nuur
Metode An-Nuur adalah metode pengajaran baca Al-Qur’an khusus dewasa atau orang tua yang menggunakan pendekatan kognitif dan analogi sederhana dalam memperkenalkan bunyi dan bentuk huruf-huruf Hijaiyah.
a. Pendekatan Kognitif
Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang padanannya knowing berarti mengetahui. Dalam arti luas, cognition (kognisi ialah perolehan , penataan, dan penggunaan pengetahuan (Neisser, 1976). Dalam perkembangan selanjutnya istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu domain atau ranah psikologi manusia yang meliputi setiap prilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan dan keyakinan. Ranah kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan ranah rasa ( Chaplin, 1972).
Pendekatan kognitif adalah pendekatan yang lebih menekankan arti penting proses internal, mental manusia. Dalam pandangan ahli kognitif tingkah laku manusia yang tampak tidak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses internal seperti motivasi, Kesengajaan, keyakinan dan sebagainya.
Dalam perspektif psikologi kognitif belajar pada asasnya adalah peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral (yang bersifat jasmaniah), meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata hampir dalam setiap belajar siswa, misalnya seorang anak yang belajar membaca dan menulis, tentu saja dia akan menggunakan mulut untuk mengucapkan kata dan menggunakan tanggan untuk menggoreskan pena, akan tetapi prilakunnya itu tidak semata-semata respons atas stimulus yang ada melainkan yang lebih penting karena dorongan mental yang diatur oleh otaknya.
Menurut aliran kognitif, setiap siswa lahir dengan bakat dan kemampuan mental yang menjadi basis kegiatan belajar. Faktor bawaan ini memungkinkan siswa untuk menentukan respon atau tidak respon terhadap stimulus, sehingga belajar tidak bersifat otomatis seperti robot.
Adapun ciri-ciri teori belajar kognitif adalah: mementingkan apa yang pada diri sipelajar, Mementingkan keseluruhan, Mementingkan peranan fungsi kognitif, mementingkan keseimbangan dalam diri sipelajar, mementingkan kondisi yang ada pada waktu ini (sekarang), mementingkan pembentukan struktur kognitif dan dalam pemecahan masalah, ciri khasnya ”insight”, yaitu pemahaman atau pengamatan mendadak terhadap hubungan-hubungan antar bagian didalam suatu situasi permasalahan, sering dihubungkan dengan pernyataan spontan “aha”.
b. Analogi
Analogi adalah perbandingan secara kias dengan bentuk yang sudah ada; penyepadana; persesuaian, maksudnya adalah menyamakan suatu hal dengan hal lain yang sudah dikenal dengan tujuan agar mempermudah memahami atau mengingatnya .
Dalam pengajaran baca Al-Quran dengan metode An-Nuur analogi ini dipakai untuk memperkenakkan huruf hijaiyah, tanda baca Arab dan ilmu tajwid. Untuk memperkenalkan huruf Hijaiyah, misalnya menggunakan analogi “Sholat” untuk menerangkan huruf ص ini karena disana terdapat kesamaan dalam bunyi dan bentuknya. Bunyi suku pertama dari kata sholat adalah sho dan ini sama dengan bunyi huruf صَ , sedangkan bentuk huruf ص adalah seperti bentuknya orang yang sedang sholat dalam posisi sujud (jika huruf itu dibalik).
Dalam memperkenalkan tanda baca Arab, metode An-Nuur memakai istilah-istilah seperti huruf rakyat (huruf dasar yaitu alif sampai ya), huruf tentara (huruf yang bersukun atau mati) dan huruf raja (Huruf yang bertasydid atau dibaca dobel). Sedangkan dalam memperkenalkan tajwidnya memakai istilah “tentara kalah oleh raja” untuk mengenali idghom bilaghunah, “rakyat kalah oleh tentara” untuk menengenali iddzhar, dan lain-lainnya.
Konsep belajar menurut metode An-Nuur adalah: bersuara keras, memperhatikan bentuk huruf dan ciri titik-titiknya, sering di ucapkan berulang-ulang, memahami huruf yang berubah dari aslinya dan mampu membaca semua huruf dengan cepat.
Sebagaimana diketahui bahwa metode An-Nuur adalah dikhususkan bagi dewasa atau orangtua, Kondisi belajar yang perlu dianut dalam proses belajar-mengajar yang bersifat andragogik (untuk orang dewasa) yaitu:
1) Peserta merasa ada kebutuhan untuk belajar.
2) Lingkungan belajar ditandai oleh keadaan fisik yang menyenangkan, saling menghormati, saling membantu, kebebasan mengemukakan pendapatnya dan setuju adanya perbedaan.
3) Peserta memandang tujuan pengalaman belajar menjadi tujuan mereka sendiri.
4) Peserta dapat menyetujui untuk saling urun tanggung jawab dalam perencanaan dalam melaksanakan pengalaman belajar dan karenanya mereka mempunyai rasa memiliki terhadap hal tersebut.
5) Peserta berpartisifasi secara aktif dalam proses belajar mengajar.
6) Proses belajar dikaitkan dan menggunakan pengalaman peserta.
7) Peserta mempunyai kemajuan terhadap tujuan belajar mereka.
H. Sistematika Pembahasan
Untuk lebih terarahnya penulisan skripsi ini, maka adanya sistematika pembahasan merupakan faktor yang sangat dibutuhkan. Oleh karena itu sistematika pembahasan dalam skripsi ini sebagai berikut:
Bab I membahas tentang pendahuluan yang meliputi penegasan istilah, latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metode penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teoritik, dan sistematika pembahasan.
Bab II membahas tentang gambaran umum An-Nuur Foundation Jogjakarta yang meliputi letak geografis, sejarah singkat berdirinya, susunan organisasinya, keadaan pengajar dan peserta serta fasilitas yang dimiliki An-Nuur Foundation Jogjakarta.
Bab III membahas tentang pengajaran baca Al-Qur’an di An-Nuur Foundation Jogjakarta (yang dilaksanakan dikantor PWI Jogjakarta) yang meliputi tujuan pengajaran, materi pengajaran, metode pengajaran, alokasi waktu, proses pengajarannya, evaluasi pengajaran, hasil yang dicapai, faktor penghambat dan pendukung.
Bab IV adalah penutup berisi kesimpulan, saran-saran dan kata penutup.
Dalam skripsi in juga akan disertakan daftar pustaka, lampiran-lampiran dan daftar riwayat hidup penulis.
BAB II
GAMBARAN UMUM AN-NUUR FOUNDATION JOGJAKARTA
Letak Geografis
An-Nuur Foundation Jogjakarta adalah suatu lembaga non formal yang bergerak dalam bidang pengajaran baca Al-Qur’an khusus dewasa atau orang tua. Lembaga ini terletak di Jalan Monjali No. 80 Karangjati Wetan Rt. 05 Rw. 45 Sinduadi, Sleman, Jogjakarta. Adapun batas-batas yang dimiliki oleh lembaga ini adalah:
1. Sebelah Utara, berbatasan dengan SPBU Monjali
2. Sebelah Timur, berbatasan dengan jalan raya Monjali
3. Sebelah Selatan, berbatasan dengan rumah penduduk
4. Sebelah Barat, berbatasan dengan rumah penduduk.
Sejarah Singkat Berdirinya
Berawal dari Bapak Rosyady selaku pimpinan An-Nuur Foundation Jakarta yang sekaligus penemu metode An-Nuur, yang ingin menyebarluaskan dan memperkenalkan metode pengajaran baca Al-Qur’an dengan metode An-Nuur kepada masyarakat Jogjakarta maka diadakanlah pelatihan sehari baca Al-Qur’an dengan metode An-Nuur pada tanggal 2 Juni 2002 di Asrama Haji jalan Ringroad utara Jogjakarta. Sambutan masyarakat saat itu sangat baik, banyak dari mereka yang mendaftarkan diri untuk mengikuti pelatihan tersebut, karena jumlah peserta dibatasi maka tidak semua yang daftar bisa mengikuti pelatihan itu. Untuk memfasilitasi terhadap keinginan masyarakat dan menindak-lanjuti terhadap pelatihan tersebut maka didirikanlah An-Nuur Foundation Jogjakarta pada tanggal 1 Juli 2002 di Jalan Monjali No.80 Jogjakarta oleh sekelompok orang yang awalnya mereka adalah panitia dalam pelatihan tersebut, adapun mereka itu adalah
1. Dirga Machmud Saleh, SE.
2. Nunung Tri Raharjo, A.Md. E.
3. Amik Tri Rahmawati, S.Ag.
4. Kamaludin, S.Ag.
5. Desi Damayanti, SH.
6. Indria Nuryati, S.Sos. I.
7. Tri Utami, SP.
8. Yunin Ismiatun. S.Sos. I
9. S.Nur’ainah. S.Ag.
Adapun maksud didirikannya An-Nuur Foundation Jogjakarta adalah untuk membantu masyarakat muslim Jogjakarta dan sekitarnya agar terbebas dari buta huruf Al-Qur’an. An-Nuur Foundation Jogjakarta adalah cabang yang keenam, adapun pusatnya terletak di jalan RS. Fatmawati No. 4 Jakarta Selatan.
Sistem Belajarnya
Di An-Nuur Foundation Jogjakarta menawarkan empat sistem belajar baca Al-Qur’an dengan metode An-Nuur yaitu:
1. Sistem Privat
Apabila memilih sistem privat maka peserta akan mendapatkan fasilitas sebagai berikut:
a. Tempat di An-Nuur Foundation Jogjakarta dengan ruangan yang nyaman
b. Satu peserta dibimbing oleh satu guru.
c. Mendapat buku panduan metode An-Nuur.
d. Terdiri dari 8 kali atau10 kali pertemuan @ 1.5 jam
e. Waktu bisa diatur sendiri oleh peserta (hari dan jamnya)
Waktu belajar bisa dilakukan setiap hari dengan jadwal jamnya sebagai berikut:
Tabel 1
Jadwal pengajaran baca Al-Qur’an di An-Nuur Foundation Jogjakarta
Jam Keterangan
06.30 – 08.00
jam ke-nol
08.00 – 09.30 jam pertama
09.30 – 11.00 jam kedua
11.00 – 12.30 jam ketiga
13.30 – 15.00 jam keempat
15.00 – 16.30 jam kelima
16-30 – 18.00 jam keenam
19.00 – 20.30 jam ketujuh.
Jika peserta ada yang keberatan untuk datang ke An-Nuur Foundatioan maka bisa juga bertempat di rumah peserta.
2. Sistem pelatihan sehari untuk umum
Dengan fasilitas sebagai berikut
a. Diadakan setiap bulan sekali pada Minggu kedua (jam 09.00-16.00)
b. Dibimbing langsung oleh bapak Rosyady dan pengajar An-Nuur Foundation Jogjakarta
c. Mendapat buku panduan metode An-Nuur
d. Bertempat di hotel atau gedung pertemuan atau yang lainnya.
e. Gratis 4 kali pertemuan untuk pelancaran @ 2 jam
3. Sistem belajar mandiri atau paket VCD.
a. Dengan fasilitas mendapat satu paket VCD An-Nuur (4 VCD) dan buku panduan An-Nuur.
b. Gratis 4 kali pertemuan untuk pelancaran @ 1,5 jam
4. Sistem pelatihan di instansi.dengan fasilitas gratis 4 kali pertemuan untuk pelancaran @ 1,5 jam.
Susunan Organisasinya
An-Nuur Foundation Jogjakarta dalam menjalankan kegiatan pengajarannya mempunyai susunan organisasi sebagai berikut:
Pemimpin : Kamaludin, S.Ag.
Sekretaris : Amik Rahmawati, S.Ag.
Bendahara : S. Nur’ainah, S.Ag.
Marketing : Nunung Tri Raharjo, A.Md.E
Staf pengajar : Kamaludin, S.Ag., Amik Rahmawati, S.Ag.,
S. Nur’ainah, S.Ag. Fatimah
Dengan tugas sebagai berikut:
1. Pemimpin.
a. Memimpin dan bertanggungjawab terhadap pelaksanaan seluruh kegiatan dalam lembaga tersebut.
b. Mengadakan rapat koordinasi secara rutin.
c. Mengevaluasi terhadap perkembangan pengajar
d. Setiap akhir tahun, pemimpin harus menyampaikan laporan pertanggungjawaban secara tertulis tentang pelaksanaan kegiatan lembaga yang telah dilaksanakan.
2. Sekretaris.
a. Mengatur hal yang berkaitan dengan surat-menyurat.
b. Mendokumentasikan semua kegiatan lembaga.
c. Mencatat jadwal kegiatan pengajaran
d. Mencatat nama-nama pengajar dan peserta.
e. Mengatur jadwal pengajar dalam mengajar
f. Menginventarisir barang-barang yang dimiliki oleh An-Nuur Foundation Jogjakarta
3. Bendahara.
a. Mengatur dan mencatat sirkulasi keuangan.
b. Merencanakan anggaran tahunan.
c. Melayani kebutuhan setiap bidang.
d. Menyiapkan honorarium pengajar
4. Marketing.
a. Bertanggungjawab terhadap proses pengembangan lembaga.
b. Merencanakan pengembangan lembaga.
c. Menjalin kerjasama dengan instansi pemerintah atau swasta
d. Mempublikasikan kegiatan pelatihan
5. Pengajar
a. Bertanggungjawab terhadap program pendidikan seperti pelatihan, privat dan pelancaran atau solusi.
b. Mengajar sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
Keadaan Guru dan Siswa
1. Keadaan guru
Pengajar atau guru yang berada di An-Nuur Foundation Jogjakarta berjumlah 4 orang yaitu:
a. Kamaludin S.Ag.
b. Amik Rahmawati S.Ag.
c. S. Nur’ainah S.Ag.
d. Fatimah
Karena faktor guru sangat berpengaruh dalam proses pengajaran maka dibutuhkan guru-guru yang profesional, oleh karena itu di An-Nuur Foundation Jogjakarta sebelum mereka diterjunkan langsung dalam pengajaran maka ditraining terlebih dahulu atau diberi pengarahan oleh Bapak Rosyady, Ini dimaksudkan agar mereka betul-betul mengerti dan memahami tentang materi dan metode yang dipakai dalam mengajarkan Al-Qur’an dengan metode An-Nuur.
2. Keadaann siswa.
Siswa yang belajar di An-Nuur Foundation Jogjakarta itu terdiri dari orang-orang dewasa dan orang tua yang masing-masing mempunyai latar belakang dan kesibukan yang berbeda-beda namun mempunyai satu tujuan yaitu ingin belajar baca Al-Qur’an. Ini ada sejumlah siswa atau peserta yang penulis teliti dalam pengajaran baca Al-Qur’an yang diadakan secara masal atau pelatihan sehari yang saat itu dilaksanakan di Kantor PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) jalan Gambiran Jogjakarta pada tanggal 10-14 November 2003.
Tabel II
Peserta pelatihan baca Al-Qur’an dengan metode An-Nuur yang dilaksanakan di kantor PWI Jogjakarta
No Nama Umur Alamat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19
20.
21.
22. Bagyo
Bomantoro
Diah Rahman
Eko Jatiwidiantoro
Hasni
Nahari
Nur Kamidja
Ny. Kamidja
Ny. Wiwik O.L
Ny. Susilah
Murdiati Soeparno
Rustadi
Rahman
Susanto
Sapto
Sri Martini
Sutrisno
Suhardjono
Siti Maryati
Jayatinah A
Ninung
Widodo widiantoro 42
31
55
66
49
60
64
61
58
40
54
60
57
74
63
55
59
52
55
58
40
23 Muntilan
Demangan GK 1/259
Demangan Baru
Jalan Pramuka No. 45
Jl. Gambiran No. 57
Kadisoka, Kalasan
Jl. Gambiran No. 67
Jl. Gambiran No. 67
Jl. Wates 11/8 Minomartani
Jl. Wonosari KM. 7 Bantul
Sorosutan
Perum sendok indah KG. 11/439
Demangan Baru
Jl. Paris, Karang Kunti MJ 111/217
Gamping
Brontokusuman MG 111/217
Bintaran Wetan No 9
Gambiran UH. 5 No 338 A
Rotowijayan KP 11/119
Notoprajan
Gendeng
Klaten
Fasilitas yang Dimiliki
An-Nuur Foundation Jogjakarta mempunyai satu gedung dengan fasilitas sebagai berikut
1. Satu Ruang tamu
2. Empat Ruang privat masing-masing berukuran 3 x 3 m yang setiap ruangnya terdiri dari : 1 meja, 2 kursi, 1 white board, 1 jam dinding, 1 kipas angin, 1 tempat sampah.
3. Satu Ruang pertemuan.
4. Dua Almari
5. Satu Kamar mandi.
6. Dua TV
7. Satu Tape.
8. Satu Komputer
9. Satu ruang guru yang menetap disana.
Oleh karena pelatihan baca Al Qur’an yang dilaksanakan oleh An-Nuur Foundation Jogjakarta bertempat di kantor PWI, maka disini digambarkan keadaan yang terdapat disana.
Keadaan Kantor PWI Jogjakarta.
Kantor PWI Jogjakarta terletak di Jalan Gambiran Jogjakarta, tempatnya agak menjorok dari jalan raya, terdiri dari 4 ruangan berukuran sedang (4×5 m) yang posisinya saling berhadapan dan letaknya di bagian depan, dan 1 ruang aula yang letaknya dibagian belakang. Di aula tersebut pelatihan baca Al Qur’an dengan metode An-Nuur dilaksanakan, dari 4 ruang hanya 3 ruang yang digunakan untuk pengajaran baca Al Qur’an dengan metode An-Nuur yang menggunakan sistem privat.
Di aula tersebut peserta ditempatkan di tengah-tengah sehingga membentuk satu kelompok belajar, keadaan ruangan tersebut sangat nyaman karena udara dapat keluar masuk secara teratur, pencahayaannya tidak terlalu terang juga tidak terlalu gelap sehingga tidak perlu memakai lampu. Selain itu, suasananya tenang (tidak bising), meja dan kursi tertata rapi dan disediakan sesuai dengan jumlah peserta, sedangkan white board dan OHP bisa diletakkan dibagian depan. Ruangan yang digunakan untuk sistem privat juga nyaman, meja dan kursi lengkap sesuai dengan jumlah peserta.
Melihat kondisi ruangan yang seperti itu, maka ruangan tersebut adalah strategis untuk dijadikan tempat berlangsungnya proses pengajaran.
BAB III
PENGAJARAN BACA AL-QUR’AN DI AN-NUUR FOUNDATION JOGJAKARTA
(Yang Dilaksanakan di Kantor PWI Jogjakarta)
Tujuan Pengajaran
Setiap kegiatan, betapapun sederhananya tentulah mempunyai tujuan tertentu, apalagi ini adalah kegiatan pengajaran tentulah ada keinginan yang di harapkan setelah terjadinya proses belajar-mengajar tersebut.
Tujuan pengajaran adalah deskripsi penampilan atau performance murid-murid yang diharapkan setelah mereka mempelajari bahan pelajaran yang kita ajarkan. Tujuan pengajaran yang terdapat di An-Nuur Foundation Jogjakarta sebagaimana yang dikemukakan oleh Bapak Kamaludin adalah: Peserta dapat membaca Al-Qur’an secara baik dan benar dalam waktu yang cukup singkat, adapun maksud baik dan benar disini adalah apabila:
1. Peserta dapat menyebutkan angka Arab
2. Peserta dapat menyebutkan huruf-huruf Hijaiyah walaupun telah berubah bentuknya saat berada di awal, ditengah dan di akhir.
3. Peserta dapat melafalkan bacaan sesuai dengan tanda baca Arab.
4. Peserta dapat melafalkan bacaan sesuai dengan ilmu tajwid.
Adapun maksud waktu singkat disini adalah
1. Jika peserta yang belajar di An-Nuur Foundation Jogjakarta itu memilih sistem privat maka ia akan bisa baca Al-Qur’an dalam 8 atau 10 kali pertemuan @ 1,5 jam.
2. Jika peserta yang belajar di An-Nuur Foundation Jogjakarta itu memilih sistem pelatihan sehari, maka ia akan bisa baca al-Qur’an maksimal setelah mengikuti solusi atau pelancaran selama 4 kali pertemuan @ 2jam.
3. Jika peserta itu memilih sistem belajar mandiri /VCD maka ia akan bisa baca Al-Qur’an dalam 4 kali pertemuan @ 1,5 jam.
Melihat Tujuan pengajaran yang terdapat di An-Nuur Foundation Jogjakarta maka penulis menganggap bahwa disana sudah terdapat Tujuan Pengajaran Umum (TPU) dan Tujuan Pengajaran Khusus (TPK). Tujuan Pengajaran Umumnya yaitu: peserta dapat membaca Al-Qur’an secara baik dan benar dalam waktu singkat, sedangkan Tujuan Pengajaran Khususnya adalah dari point 1 sampai point 4.
Sebagaimana diketahui bahwa tujuan pengajaran adalah suatu hal yang sangat penting karena dengan adanya tujuan pengajaran diharapkan
1. Guru mempunyai arah untuk memilih bahan pelajaran dan metode mengajar.
2. Siswa mengetahui arah belajarnya
3. Guru mengetahui batas-batas tugas dan wewenang mengajarkan suatu bahan sehingga diperkecil kemungkinan timbulnya celah atau gap antar guru.
4. Guru mempunyai patokan dalam mengadakan penilaian belajar siswa.
5. Guru sebagai pelaksana dan petugas pemegang kebijaksanaan mempunyai kriteria untuk mengevaluasi kualitas maupun efisiensi pengajaran.
Materi Pengajaran.
Dalam suatu proses pengajaran kita tidak bisa terlepas dari materi pengajaran. Dalam memilih suatu materi pengajaran hendaknya disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai dalam pengajaran tersebut.
Di An-Nuur Foundation Jogjakarta materi pengajaran yang akan disampaikan itu telah tersusun secara sistematis dalam suatu buku pedoman yaitu: Metode An-Nuur belajar praktis baca Al-Qur’an, 2 jam bisa baca Al-Qur’an yang disusun oleh Bapak Rosyadi, keadaan yang seperti ini sangat membantu sekali terhadap proses belajar-mengajar, karena hal itu memudahkan bagi pihak pengajar juga bagi pihak yang belajar. Bagi pengajar, dia tidak perlu lagi susah-susah menyusun materi yang akan disampaikan karena disana sudah tersusun dengan teratur dan jelas, sedangkan bagi pihak yang belajar dia akan dapat mempelajarinya kapan saja dan dimana saja.
Perlu diketahui bahwa setiap peserta yang belajar di An-Nuur Foundation Jogjakarta pasti mendapat buku panduan, namun seandainya dia tidak mengikuti proses pengajaran dengan metode An-Nuur maka ia akan kesulitan dalam mempelajarinya, karena untuk analogi-analogi yang fungsinya untuk mempermudah dalam memahami huruf-huruf Hijaiyah tidak disebutkan dalam buku tersebut, jadi disini peran guru sangat membantu sekali dalam proses belajar-mengajar dengan menggunakan metode An-Nuur.
Adapun materi-materi yang di sampaikan dalam pengajaran baca Al-Qur’an yang terdapat di An-Nuur Foundation Jogjakarta adalah sebagai berikut:
1. Angka Arab
2. Huruf-huruf Hijaiyah
3. Tanda baca Arab
4. Ilmu Tajwid.
5. Membaca surat dalam Al-Qur’an dari surat An-Nass sampai surat An-Naba’.
Metode atau Pendekatan Pengajaran
Maksud dari metode pengajaran disini adalah cara yang digunakan dalam proses pengajaran baca Al-Qur’an agar peserta dapat membaca Al-Qur’an secara baik dan benar dalam waktu singkat, berdasarkan observasi yang dilakukan pada tanggal 10-14 November 2003 metode pengajaran yang diterapkan di An-Nuur Foundation Jogjakarta adalah sebagai berikut:
1. Metode ceramah.
Yaitu cara penyampaian suatu pengajaran tertentu dengan jalan penuturan secara lisan kepada anak didik atau khalayak ramai. Metode ini di gunakan dalam menerangkan angka Arab, huruf Hijaiyah, tanda baca Arab dan tajwid yang semuanya itu menggunakan analogi.
2. Metode Latihan Siap (drill)
Yaitu suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan cara atau jalan melatih siswa agar menguasai bahan pelajaran dan trampil dalam latihan yang diberikan. Metode ini dilakukan dengan cara pengulangan, digunakan dalam memperkenalkan angka Arab dan huruf-huruf Hijaiyah.
3. Metode Mim Mem (meniru dan menghafal).
Mim Mem adalah singkatan dari mimicry (meniru) dan memorization (menghafal), metode ini digunakan saat memperkenalkan angka Arab dan huruf Hijaiyah, guru mengucapkan huruf atau angka tersebut kemudian diikuti oleh peserta dan ini dilakukan secara berulang-ulang.
4. Metode Phonetik,
Yaitu metode yang mengutamakan ear training dan speak training yaitu cara menyajikan pelajaran bahasa asing melalui latihan-latihan mendengarkan kemudian diikuti dengan latihan-latihan mengucapkan kata-kata dan kalimat-kalimat dalam bahasa asing yang dipelajari. Metode ini digunakan pada pengajaran angka Arab dan huruf-huruf Hijaiyah.
5. Metode Suara
Yaitu metode yang mengajarkan huruf bukan nama hurufnya melainkan bunyinya. Metode ini digunakan ketika mengajarkan huruf-huruf Hijaiyah, disana peserta langsung diajak mengenal bunyi huruf hijaiyah contoh,اَ بَ تَ ثَ
6. Metode Membaca
Yaitu menyajikan materi pelajaran dengan cara lebih mengutamakan membaca. metode ini digunakan ketika peserta membaca surat- surat yang terdapat dalam Al-Qur’an, peserta akan membaca secara bersama-sama dan membaca sendiri. Jadi dalam pengajaran baca Al-Qur’an di An-Nuur Foundation Jogjakarta yang dilaksanakan di kantor PWI Jogjakarta menggunakan berbagai macam metode pengajaran.
Menurut pengajar An-Nuur Foundation Jogjakarta, pendekatan yang dipakai dalam pengajaran baca Al-Qur’an dengan metode An-Nuur adalah pendekatan kognitif , sedangkan menurut penulis sesuai dengan pengamatan pada saat proses pengajaran yang dilaksanakan di kantor PWI Jogjakarta pada tanggal 10–14 November 2003, pendekatan yang dipakai adalah pendekatan behavioristik, ini bisa dilihat dari penyajian materi awal yang disampaikan, dalam memperkenalkan huruf Hijaiyah disana lebih mementingkan unsur-unsur bahasa yang terkecil kepada unsur-unsur bahasa yang lebih besar, jadi yang pertama diajarkan adalah pengenalan huruf bukan pengenalan kalimat dan ini adalah termasuk pendekatan sintesis atau membina yang termasuk ke dalam pendekatan behavioristik, namun walaupun demikian pengajar dalam proses belajar-mengajar tetap memperhatikan aspek afektif ini bisa dilihat sebelum peserta mulai ke materi pelajaran, pengajar terlebih dahulu memberikan motivasi dengan cara menceritakan sejarah ditemukannya metode An-Nuur serta menceritakan pengalaman pengajar selama mengajar dengan menggunakan metode tersebut, selain itu juga disebutkan bahwa syarat belajar dengan metode An-Nuur adalah sangat mudah, yang terpenting peserta mau bersuara keras dan memperhatikan bentuk huruf dan titik-titiknya serta sering di ucapkan secara berulang-ulang, selain dari itu pengajar dalam proses pengajaran juga sangat menghormati para peserta yaitu dengan cara membimbing mereka dengan penuh kesabaran dan tidak menganggap mereka adalah orang-orang yang bodoh karena belum bisa baca Al Qur’an padahal usianya telah dewasa atau tua, tetapi pengajar malah mendukung mereka sebab semangat mereka untuk belajar membaca Al Qur’an adalah suatu hal yang sangat membanggakan.
Untuk memudahkan para peserta dalam mengingat apa yang mereka pelajari digunakan analogi sehingga peserta tidak belajar secara hafalan namun pemahaman, ini dibuktikan ketika pengenalan huruf Hijaiyah, peserta disuruh menyebutkan huruf tersebut tidak hanya secara urut namun juga secara acak
Dari pengalaman sehari-hari, kita memiliki kesan bahwa apa yang kit alami atau kita pelajari tidak semuanya tersimpan dalam akal kita atau yang sering disebut dengan lupa. Menurut Barlow, Reber dan Anderson ada beberapa trik untuk mengurangi proses terjadinya lupa , salah satunya yaitu dengan mnemonic drive (muslihat memori) yang berarti kiat khusus yang dijadikan alat pengait mental untuk memasukkan item-item informasi ke dalam sistem akal siswa, muslihat memori itu banyak ragamnya dan menurut penulis, analogi adalah termasuk salah satu bentuk dari muslihat memori.
Alokasi Waktu
Penulis melakukan penelitian terhadap pelatihan sehari yang saat itu dilaksanakan di Kantor PWI di Jalan Gambiran Jogjakarta dengan 4 kali pertemuan untuk solusi atau pelancaran dengan alokasi waktu sebagai berikut:
Jam Kegiatan
09.30-10.00 Pengenalan tentang metode An-Nuur, trik belajar baca Al-Qur’an dengan metode An-Nuur, pengenalan angka Arab.
10.00-12.00 Diperkenalkan semua huruf Hijaiyah dan perubahannya.
12.00-13.00 Istirahat
13.00-16.00 Diperkenalkan tanda baca Arab, tajwid dan membaca surat An-Naba ayat 1-15.
Untuk pelancaran atau solusi ini dilakukan selam 2 jam dimulai dari jam 10.00-12.00 WIB.
Pertemuan pertama. Ditekankan pada penguasaan huruf-huruf Hijaiyah dan perubahannya, pengajar mengingatkan kembali terhadap huruf-huruf Hijaiyah dengan cara menuliskannya kembali bentuk asli serta perubahannya, dan peserta secara bersama-sama menyebutkan huruf yang ditunjuk oleh pengajar, setelah itu baru secara perorangan. Peserta disuruh menyebutkan huruf-huruf yang terdapat dalam surat al- Fatihah, Al-Falaq dan Al-Ikhlas yang tanpa harakat.
Pertemuan kedua. Pengajar menerangkan tentang tanda baca Arab dan ilmu tajwid (sampai hukum nun mati atau tanwin), peserta kemudian diperintahkan membaca surat Al-Fatihah, An-Nass, Al-Falaq dan Al-Ihlas secara perorangan dan bersama-sama.
Pertemuan ketiga. Melanjutkan belajar tajwid hingga materi selesai, kemudian peserta secara bersama-sama dan perorangan membaca surat An-Nasr, Al-Kaafiruun, Al-Kautsar, Al-Maa’uun dan Al-Quraisy.
Pertemuan keempat. Pertemuan ini adalah pertemuan khusus untuk membaca, adapun yang dibaca adalah surat Al-Fiil sampai dengan surat Ad-Duha. Dan pertemuan terakhir ini sekaligus sebagai perpisahan.
Adapun maksud diadakannya pelancaran atau solusi adalah membantu para peserta untuk mengulang kembali apa yang telah diajarkan sebelumnya, karena untuk belajar membaca Al-Qur’an perlu adanya pengulangan, ini dikarenakan. peserta yang mengikuti pelatihan ini adalah orang yang baru mengenal terhadap huruf-huruf Arab atau orang yang telah belajar huruf-huruf Arab namun masih belum hafal, sehingga walaupun ketika dalam pelatihan yang dilakukan selama sehari itu mereka sudah agak mengerti namun apabila tidak ada pengulangan maka dikhawatirkan nantinya akan lupa, jadi pelancaran di sini dimaksudkan agar peserta tidak lupa terhadap apa yang telah diajarkan sebelumnya. Adapun pelancaran ini diperuntukkan bagi mereka yang masih merasa kesulitan dalam membaca Al-Qur’an.
Proses Pelaksanaan
Berdasarkan observasi yang penulis lakukan pada tanggal 10-14 November 2003 di Kantor PWI di Jalan Gambiran Jogjakarta, proses pengajaran baca Al-Qur’an yang dilakukan dengan menggunakan metode An-Nuur adalah sebagai berikut:
Sebelum proses pengajaran dimulai, peserta diajak berdoa terlebih dahulu oleh Bapak Rosyady yang saat itu bertindak sebagai pengajar dalam pelatihan tersebut, Bapak Rosyady kemudian menceritakan awal mula ditemukannya metode An-Nuur dan pengalamannya selama ia mengajar dengan metode tersebut, disana dikemukakan juga bahwa belajar baca Al Qur’an dengan menggunakan metode An-Nuur itu mudah asalkan peserta mau untuk bersuara keras, sering diucapkan berulang-ulang, memperhatikan titik-titiknya, bentuk huruf dan perubahannya serta mempunyai niat yang sungguh-sungguh untuk belajar baca Al Qur’an, dan pada saat pengajaran berlangsung peserta disarankan untuk tidak segan-segan bersuara keras ketika menirukan apa yang diucapkan oleh pengajar karena itu akan membantu memudahkan mereka dalam mengingat apa yang mereka pelajari, Itulah motivasi pertama yang diberikan pengajar.
Motivasi dalam pengajaran itu penting dan syarat mutlak untuk belajar karena banyak anak tidak berkembang karena tidak diperolehnya motivasi yang tepat, jika seseorang mendapat motivasi yang tepat, maka lepaslah tenaga yang luar biasa sehingga tercapai hasil-hasil yang semula tidak terduga. Dan secara umum dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu.
Adapun yang menjadi pengajar pada hari pertama adalah Bapak Rosyady sedangkan pada hari-hari selebihnya adalah Bapak Kamaludin, sedangkan pengajar An-Nuur Foundation Jogjakarta yang lain membantu sebagai pengajar privat.
1. Pengenalan Angka arab
Sebelum masuk ke materi, pengajar terlebih dahulu menerangkan bahwa saat materi pelajaran berlangsung peserta tidak perlu menulis apa yang diterangkan oleh pengajar karena itu sudah terdapat dalam buku panduan, selain itu peserta juga tidak diperbolehkan membaca buku panduan, karena masih ada hal-hal yang harus dipahami yang itu tidak tertulis dalam buku panduan, jadi peserta harus memperhatikan ke pengajar, kecuali pada saat-saat tertentu peserta akan disuruh untuk membuka buku panduan tersebut. Ini dilakukan sebab jika seseorang besar perhatiannya terhadap suatu obyek, maka ia akan mengenal obyek itu secara jelas dan sempurna.
Angka Arab yang diajarkan adalah angka satu sampai dengan sepuluh. (1-10), angka tersebut adalah kunci pokok untuk mengetahui bilangan ratusan, ribuan, dan seterusnya. Maksud diajarkan angka Arab tersebut adalah agar para peserta dapat mengetahui halaman atau nomor ayat yang terdapat dalam Al-Qur’an.
Adapun cara mengajarkan angka Arab menurut metode An-Nuur adalah sebagai berikut.
Pengenalan angka 5, 10, 1 (satu, sepuluh, lima).
Caranya: Guru menuliskan angka tersebut di white board dan sekaligus menerangkannya bahwa: angka satu dalam bahasa Arab ( 1 ) adalah sama dengan angka satu dalam bahasa indonesia (1 ), jika angka satu di tambah dengan titik maka menjadi angka sepuluh dalam bahasa Arab (10), jika titik itu penulisannya diperbesar maka menjadi angka lima dalam bahasa Arab (5).
Dalam menuliskan angka tersebut sengaja jaraknya berjauhan ini dimaksudkan agar nantinya menjadi suatu urutan dari angka satu sampai dengan sepuluh secara teratur, setelah itu guru mengulanginya lagi menyebutkan angka tersebut dan kemudian peserta menirukannya, cara seperti ini dilakukan juga dalam pengenalan angka-angka selanjutnya.
Pengenalan Angka 2, 3, 4 (dua, tiga, empat)
Caranya: angka tersebut di tulis disamping angka satu. Angka 2 (dua) dan 3 (tiga) itu sama dengan angka dua dan tiga dalam bahasa Indonesia (2 dan 3) hanya penulisannya menghadap ke atas kemudian ditambah tongkat, adapun untuk angka 4 (empat) ingat kata “Empat”, ingat huruf “E”-nya saja.
Pengenalan angka 6, 7, 8, 9 (enam, tujuh, delapan, sembilan)
Caranya : angka 6 (enam) itu seperti angka tujuh dalam bahasa Indonesia (7), sedangkan angka 7 (tujuh) ingatlah kata “tuju……ju…ju..ju..rang, karena bentuknya seperti jurang, disamping jurang biasanya ada gunung, itulah angka delapan (8), sedangkan angka 9 (sembilan) itu bentuknya sama dengan angka sembilan dalam bahasa Indonesia (9).
Setelah semua angka diperkenalkan kemudian guru melatih secara urut dan acak dari angka satu sampai dengan sepuluh, peserta dipersilahkan untuk mencoba satu persatu dengan bimbingan pengajar, pengajar menunjuk angka-angka tersebut dan peserta menyebutkan angka tersebut.
Setelah semuanya dianggap bisa kemudian diperkenalkan bagaimana membuat angka puluhan, ratusan dan ribuan, caranya: diterangkan terlebih dahulu bahwa untuk penulisan angka Arab itu sama dengan penulisan angka Indonesia yaitu dari kanan ke kiri, namun kalau dalam angka Arab angka nol (0) itu diganti dengan titik (.), jadi disini penambahan titik saja sangat berpengaruh sekali,
Contoh: Untuk menulis angka 12 dalam angka Arab kita tinggal menulis angka satu dan dua (12), untuk pengenalan angka ini dilakukan dalam waktu kurang lebih 15 menit.
Memahami huruf-huruf Hijaiyah menurut metode An-Nuur.
Di An-Nuur Foundation Jogjakarta, huruf-huruf Hijaiyah itu diajarkan dengan memakai metode suara, maksudnya peserta langsung di ajarkan bunyi hurufnya bukan abjadnya. Huruf-huruf tersebut dibagi ke dalam beberapa kelompok dan disana langsung diberitahukan perubahan bentuk hurufnya, karena sebagaimana kita ketahui bahwa huruf-huruf Hijaiyah itu terkadang ada yang berbeda ketika berada di awal, ditengah, dan di akhir.
Adapun cara belajar huruf-huruf Hijaiyah menurut metode An-Nuur adalah sebagai berikut.
a. Diperkenalkan اَ بَ تَ ثَ
Guru menuliskan huruf-huruf tersebut di white board kemudian membacakannya dan peserta mengikutinya, setelah itu guru menjelaskan dengan menggunakan analogi sebagai berikut:
1) Untuk memperkenalkan huruf اَ langsung ke bunyi hurufnya yaitu A, disini tidak memakai analogi,
2) Untuk huruf بَ , ingat kata “bawah satu ” karena hurufnya mempunyai titik satu di bawah, ingat suku kata pertama “bawah”yaitu ba.
3) Untuk huruf تَ, ingat “mata”, karena jumlah titik hurufnya adalah dua, sama dengan jumlah mata kita, selain itu ingat suku terakhir dari kata “mata” yaitu ta’.
4) Untuk huruf ثَ, Ingat “saku” karena bentuk titiknya itu seperti bentuk saku, ingat suku kata pertama dari saku yaitu tsa’.
Setelah itu guru membacakannya secara berulang-ulang secara urut dan peserta mengikutinya, kemudian guru mengarahkan dengan menunjuk huruf-huruf tersebut secara acak dan peserta menyebutkan bunyi huruf yang ditunjuk oleh guru, setelah itu peserta mencobanya satu persatu.
Dalam menuliskan huruf-huruf tersebut bentuknya ditulis seperti ini اَ ــََـــ ــَـــ ــَـــ
Ini dikarenakan karena bentuk huruf-huruf tersebut akan berubah jika diletakan di awal, di tengah dan di akhir. Disini lebih ditekankan untuk mengingat kepada jumlah titik-titiknya bukan bentuknya, titik satu bawah itu pasti ba’, titik dua atas itu pasti ta’ dan titik tiga atas itu pasti tsa’. Setelah itu kemudian guru menuliskan perubahan- perubahan huruf yang akan terjadi dari masing-masing huruf tersebut, dan perubahan itu dituliskan di bawah huruf-huruf aslinya.
Adapun perubahannya sebagai berikut
ث تَ بَ ا
ﺛ ﺗ ﺒ

Begitulah cara yang dipakai oleh metode An-Nuur dalam memperkenalkan huruf-huruf Hijaiyah, dan cara seperti ini dilakukan juga ketika memperkenalkan huruf-huruf selanjutnya
b. Huruf جَ حَ خَ
Untuk huruf جَ, ingat “titik jatuh”, ini karena titik hurufnya berada dibawah (jatuh), ingat suku kata pertama dari kata “jatuh” yaitu ja.
Untuk huruf حَ, karena huruf ini tidak mempunyai titik (bersih) maka ingat makanan yang bersih adalah makanan yang halal, ingat suku kata pertama dari “halal” yaitu ha.
Untuk huruf خَ, ingat Khotib, karena bentuk hurufnya seperti orang yang sedang berdiri diatas mimbar yang kelihatan kepalanya saja, dan biasanya yang berdiri diatas mimbar adalah khotib.
Adapun untuk perubahan- perubahan huruf-huruf tersebut adalah sebagai berikut.
خَ
حَ جَ
ﺨ ﺣ ﺠ
Disini diterangkan jika ada sudut yang titiknya jatuh itu ja’, jika ada sudut yang bersih itu ha’ dan jika ada sudut yang titiknya diatas itu kha’.
Untuk semua huruf yang mempunyai ekor seperti huruf ج ح خ dan yang lainnya, itu dalam perubahan bentuknya kita tinggal memotong ekornya saja. Pada huruf خَ itu diberi lingkaran karena semua huruf yang berbunyi “O” itu nanti akan diberi lingkaran ini dimaksudkan untuk mempermudah mengingatnya.
Setelah kedua kelompok huruf itu diperkenalkan, maka pengajar akan mengulang lagi dari awal dan menanyakan terhadap huruf yang sudah diajarkan, cara seperti ini dilakukan sampai huruf-huruf hijaiyah itu diajarkan semua.
c. Huruf دَ ذَ رَ زَ
Untuk huruf دَ dan ذَ, karena bentuk dari kedua huruf tersebut adalah membungkuk, maka ingatlah terhadap sesuatu yang bisa membungkuk, yaitu dada, jadi bunyi huruf tersebut adalah “da” dan “da”setelah itu baru diberitahukan akan perbedaan bunyinya.
Untuk رَ , ingat yang bentuknya seperti pipa roko adalah ra’, ingat suku pertama dari kata “roko” yaitu ra’, sedangkan huruf زَ , ingat rokoknya dai kondang yaitu zainudin, ingat suku kata pertama dari zainudin yaitu za’.
Untuk huruf-huruf ini tidak ada perubahan. Huruf-huruf tersebut dinamakan huruf egois yaitu huruf yang maunya disambung, tapi tidak mau menyambung.
d. Huruf سَ شَ صَ ضَ
Untuk memperkenalkan huruf سَ , شَ, صَ disini langsung dibuat kalimat “saya melakukan syahadat dan sholat”, “saya” untuk huruf سَ , “syahadat” untuk huruf شَ, dan “sholat” untuk huruf صَ, masing-masing diambil dari suku pertamanya. Untuk صَ dianalogikan dengan sholat sebab bentuk huruf nya itu seperti bentuknya orang yang sedang sholat dalam keadaan sujud. Sedangkan apabila orang yang sedang sholat itu dilempar pakai batu kerikil maka yang melempar itu namanya dhalim itulah huruf ضَ , disini huruf ضَ adalah huruf صَ yang bertitik dan titik ini diibaratkan dengan batu kerikil.
Karena huruf-huruf tersebut adalah huruf yang berekor maka untuk perubahannya tinggal dipotong ekornya jadi bentuknya seperti ini.
ضَ
صَ شَ سَ
ﻀ ﺼ ﺷ ﺳ
e. Huruf طَ ظ َعَ غَ
Untuk memperkenalkan huruf طَ, caranya: apabila ada bulatan ada tongkatnya, itulah huruf to, ingat suku pertama dari tongkat yaitu to. Apabila tongkatnya itu digunakan untuk melempar dengan krikil maka orang yang melempar iti dinamakan dzolim itulah huruf ظ (disini analoginya sama dengan ضَ , ini untuk mempermudah saja, namun setelah itu dijelaskan tentang perbadaan bunyinya).
Untuk memperkenalkan huruf عَ dan غَ dengan menggunakan kalimat “alam ghoib”, masing-masing diambil suku pertamanya. Untuk huruf طَ ظَ tidak mengalami perubahan, sedangkan untuk huruf عَ غَ karena termasuk huruf yang berekor maka untuk perubahannya tinggal dipotong ekornya, namun selain dari itu ada juga perubahan yang lainnya yaitu sebagai berikut.
غَ
عَ ظَ طَ
ﻏ ﻋ
ﻐ ﻌ
f. Huruf فَ قَ كَ لَ
Untuk memperkenalkan huruf-huruf ini dibuat dalam satu kalimat yang dikelompokkan dalam jenis minuman yaitu “fanta” dan “kokakola”.
فَ = fanta, diambil suku pertamanya = fa
قَ = Qo (di baca 2 kali)
كَ = ka
لَ = la.
Adapun untuk perubahan bentuknya adalah sebagai berikut
لَ كَ قَ فَ
ﻠ ﻜ ﻗ ﻓ


g. Huruf ﻫمَ نَ وَ
Untuk huruf مَ ini diumpamakan dengan sesuatu yang mempunyai kepala dan kaki yaitu mama
Untuk memperkenalkan huruf نَ, ingat kata “titik naik” karena titiknya huruf ini berada diatas (naik), ingat suku pertama dari naik yaitu na. Adapun untuk penulisan huruf ini adalah sebagai berikut: ـــَـــ ini karena yang terpenting dalam mengingat huruf نَ adalah titiknya.
Untuk huruf وَ, karena mempunyai bentuk yang sama dengan angka 9 (sembilan) maka kedudukannya disamakan dengan angka 9, sedangkan sebagaimana diketahui bahwa angka 9 adalah angka yang wah, ingat kata “wah” dengan dibuang “h” nya sehingga jadi wa. Oleh karena angka 9 itu angka yang wah maka kita harus mendapatkan angka tersebut dalam setiap mata pelajaran., ingat suku kata pertama dari kata “harus” yaitu ha, itulah cara mengenalkan huruf ﻫ.
Untuk perubahan bentuknya adalah sebagai berikut
ﻫ وَ نَ مَ
ﻬ ﻧ ﻤ
ﻪ ـم
ه لمـــــ
م
h. Huruf لاَ ءَ يَ .
Untuk memperkenalkan huruf لاdisini diterangkan bahwa huruf itu adalah gabungan dari huruf لَ dan اَ , karena disini yang diberi harokat cuma لَ saja, maka yang dibaca juga huruf لَ nya saja, namun karena ada huruf اَ , maka لَ jadi dibaca panjang, seandainya nanti اَ nya dikasih harokat maka nanti juga bisa dibaca sesuai dengan harokatnya.
Untuk memperkenalkan huruf يَ, disini hanya diterangkan bahwa semua yang bertitik dua dibawah itu adalah huruf ya, dan adapun penulisan huruf tersebut adalah sebagai berikut: ــــَــــ , ini dikarenakan bentuk huruf ya itu berubah-ubah sehingga yang harus diingat adalah titiknya.
Adapun untuk perubahan bentuknya sebagai berikut.
يَ ءَ لاَ
ﻴ ﻼ
لا
Dalam pengenalan huruf-huruf Hijaiyah, disini peserta diharuskan untuk memperhatikan dengan sungguh-sungguh, mau untuk mengucapkannya dengan suara keras dan mau untuk mengulang-ngulang baik itu dilakukan secara bersama-sama atau sendiri. Hal ini dilakukan agar apa yang telah di pelajari dapat masuk dalam ingatan, hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Colin Rose bahwa prosentase apa yang kita ingat jika kita belajar dengan multi indrawi yaitu melihat, mengucapkan, mendengar dan melakukan adalah 90%. Sedang kalau hanya mambaca adalah20%, mendengar adalah 30%, melihat adalah 40%, mengucapkan adalah 50%, melakukan adalah 60%.
Mengetahui huruf-huruf Hijaiyah adalah kunci pokok agar seseorang bisa baca Al-Qur’an, sehingga dalam tahap ini diupayakan sekali agar semua peserta dapat mengenal huruf Hijaiyah, baik yang asli atau yang telah berubah bentuknya. Apabila dalam tahap ini ada peserta yang masih kesulitan untuk menyebutkan huruf-huruf Hijaiyah yang ditunjukkan secara acak oleh guru baik huruf itu asli ataupun telah berubah bentuknya maka peserta tersebut akan diprivat oleh pengajar yang lain dalam ruangan tersendiri. Hal ini dilakukan mengingat bahwa kemampuan antar orang yang satu dengan yang lainnya adalah berbeda-beda, namun walaupun demikian mereka semuanya mendapat hak yang sama yaitu semuanya ingin bisa terhadap apa yang mereka pelajari, dan An-Nuur Foundation Jogjakarta memilih cara privat untuk menangani masalah perbedaan kemampuan ini, seandainya dengan cara privat ini peserta bisa setara kemampuannya dengan mereka yang bukan privat (masal) maka ia akan digabungkan kembali ke sistem masal, namun jika tidak mampu untuk bisa setara maka ia akan diprivat sampai selesai oleh guru yang sama. Ini sesuai dengan prinsip metodologi mengajar yaitu individualisai
Setelah semua huruf-huruf Hijaiyah tersebut diperkenalkan kemudian peserta dihadapkan pada surat Al-Fatihah, surat An-Naas dan surat Al- Falaq yang tanpa harokat (disini di gunakan OHP), peserta secara bergantian menyebutkan huruf-huruf tersebut sesuai dengan bunyinya bukan abjadnya, ini dimaksudkan sebagai evaluasi apakah peserta telah benar-benar mengenal huruf-huruf Hijaiyah atau belum (baik asli maupun yang telah berubah bentuknya ) .
Surat Al-fatihah dengan tanpa harokat
بسم الله الر حمن الر حيم(1) الحمد لله ر ب العلمين………
Adpun cara membacanya adalah : Ba-sa-ma, a-la-la-ha, a-la-ro-ha-ma-na, a-la-ro-ha-ya-ma. A-la- ha- ma-da, la-la-ha, ro-ba, a-la-‘a-la-ma-ya-na……..(dan setrusnya).
Setelah semua huruf-huruf Hijaiyah tersebut diperkenalkan kemudian diberi ringkasannya yaitu sebagai berikut
ﻱ ﻦ- ﺧ ﺶ- ﺙ ﺖ – ﻗ ﺐ – ﺠ
ﺬ- ﺰ
ﻀ- ﻈ
ﻏ- ﻒ
Keterangan:
Huruf yang mempunyai titik satu di bawah itu ada dua macam yaitu ب dan ج
Huruf yang mempunyai titik dua diatas itu ada dua macam yaitu ت dan ق
Huruf yang mempunyai titik tiga diatas itu ada dua macam yaitu ث dan ش
Huruf yang mempunyai titik satu diatas itu ada delapan yaitu ن, خ, ذ, ز, ض, ظ, غ , ف
Huruf yang mempunyai titik dua dibawah itu hanya ada satu yaitu ي
Dalam tahap ini hanya diterangkan secara sekilas, karena fungsinya hanya untuk mengingat terhadap apa yang telah diterangkan sebelumnya.
Belajar tanda baca Arab menurut metode An-Nuur
Dalam memperkenalkan tanda baca Arab disini juga di kelompokan dalam beberapa kelompok, adapun secara ringkasnya adalah sebagai berikut:
ـُوْ ـِيْ ـَـ ا ـ‘ ــ ـ’ـ ـٌـ ـٍـ ـًـ ــُـــ ـَ َـ
UU I I AA/
OO UU I I AA/
OO UN IN AN/
ON U I A/O
 ّ / ْ  ء/ ا ـــّــــ ـــْــــ
Panjang 6 ketukan Panjang 5 ketukan Tanda Raja Tanda tentara
Adapun keterangan nya sebagai berikut
a. Diperkenalkan tanda ـَـــِــــُـ
Kalau ada tanda ــَـ (tandanya diatas garis) maka huruf itu dibaca A atau O
Kalau ada tanda ــِـ (tandanya dibawah garis) maka huruf itu dibaca I
Kalau ada tanda ــُـ (angka sembilan) maka dibaca U
Setelah semua tanda-tanda itu diperkenalkan kemudian peserta dihadapkan pada surat Al-Fatihah yang semua hurufnya diberi harokat a, kemudian harokat i dan u, disana peserta hanya menyebutkan huruf sesuai dengan harokatnya (belum sampai membacanya), hal ini dilakukan secara bersama-sama
b. Diperkenalkan tanda ــًـــٍــــٌ
Kalau ada tanda ــًـ maka huruf itu dibaca A/O + N = AN/ ON
Kalau ada tanda ــٍـ maka huruf itu dibaca I + N = IN.
Kalau ada tanda ــٌـ maka huruf itu dibaca U + N = UN.
Setelah itu peserta dihadapkan pada huruf-huruf Hijaiyah yang diberi harokat .
Contoh: Tan تً
Tin تٍ
Tun تٌ
c. Diperkenalkan tanda ــ’ـــــ‘ــ .
Kalau ada tanda ـ’ــ maka huruf itu dibaca AA ( a dobel atau dibaca panjang).
Kalau ada tanda ـــ maka huruf itu dibaca I I (i dobel atau dibaca panjang).
Kalau ada tanda ـ‘ــ maka huruf itu dibaca UU (u dobel atau dibaca panjang)
Untuk mempraktekannya maka peserta diajak membaca secara bersama-sama huruf-huruf Hijaiyah yang diberi tanda-tanda.
Contoh: Taa ت’
Tii ت
Tuu ت‘
d. Diperkenalkan tanda ــــ وْ, ــِـ يْ, ــَـ ا .
Kalau ada tanda ــَـ bertemu dengan ا (alif) maka dibaca AA (a dobel atau dibaca panjang).
Contoh: Baa بَا
Kalau ada tanda ــِـ bertemu dengan يْ maka dibaca I I (i dobel atau dibaca panjang).
Contoh: Bii بِيْ
Kalau ada tanda ــُـ bertemu dengan وْ maka dibaca UU (u dobel atau dibaca panjang).
Contoh: Buu بُوْ
e. Diperkenalkan tanda tentara atau sukun ( ْ )
Tanda sukun disini diistilahkan dengan tanda tentara karena bentuknya seperti topi tentara, sebagaimana diketahui bahwa fungsi dari tentara adalah membunuh atau mematikan, sehingga fungsi dari tanda tentara adalah untuk mematikan huruf.
Contoh : BA DA LA بَ دَ لَ
BA DA LA = BADAL بَ دَ لْ
BA DA LA بَ دَ لَ
BA DA LA = BADLA بَ دْ لَ
Jadi fungsi tanda tentara adalah untuk menghilangkan atau mematikan bunyi A, I atau U.
f. Diprekenalkan tanda raja atau Tasydid ( ــّـ )
Tasydid disini diistilahkan dengan tanda raja karena bentuknya seperti mahkota raja, adapun fungsi dari raja adalah mematikan tetapi sekaligus menghidupkan, jadi disini punya dua fungsi atau dobel, oleh karena itu fungsi dari tanda raja adalah mendobelkan huruf.
Contoh: BA DA LA بَ دَ لَ
BA DDA LA = BADDALA بَ دَّ لَ
g. Diperkenalkan tanda alis ( )
Tanda ini diistilahkan dengan tanda alis karena bentuknya seperti alis, adapun fungsinya adalah memanjangkan bacaan.
Apabila ada tanda alis (  ) bertemu dengan Hamzah ( ء ) atau Alif ( ا ) maka bacaannya harus dipanjangkan, adapun panjangnya adalah 5 ketukan.
Contoh: Jaaaaa A جآءَ
Apabila tanda alis (  ) bertemu dengan tanda raja ( ّ ) atau dengan tanda tentara ( ْ ) maka bacaannya harus dipanjangkan sepanjang 6 ketukan.
Contoh: Waladldloooooolliin وَلاَالضَّآلِّيْنَ
Aaaaaal Aana اْلآنَ
Belajar ilmu tajwid menurut metode An-Nuur.
Dalam memperkenalkan ilmu tajwid disini istilah-istilah seperti idzhar, idhom, dan istilah lainnya itu tidak dipakai, namun walaupun begitu peserta akan diajarkan membaca Al-Qur’an yang sesuai ilmu tajwid, disini peserta diikut-sertakan membaca contoh yang diberikan oleh pengajar.
Dalam mempelajari ilmu tajwid menurut metode An-Nuur dikenal istilah-istilah:
a. Huruf Rakyat
Huruf rakyat adalah semua huruf Hijaiyah yang tidak memiliki tanda baca, dinamakan huruf rakyat karena rakyat pada umumnya adalah orang yang tidak punya tanda atau pangkat.
Contoh ا ل و ي ……
b. Huruf tentara.
Huruf tentara adalah huruf Hijaiyah yang ada tanda tentaranya ( ْ ).
Contoh: Qul قُلْ
c. Huruf raja.
Huruf raja yaitu huruf yang ada tanda rajanya ( ّ ).
Contoh: Robba رَبَّ
Adapun kaidah-kaidah yang dipakai dalam metode An-Nuur adalah
a. Rakyat kalah oleh tentara (sama dengan menerangkan Idzhar qomariyyah)
Maksudnya, apabila ada huruf rakyat bertemu dengan huruf tentara maka huruf rakyatnya itu kalah.(langsung membaca ke huruf tentara).
Contoh: Walhamdu وَالْحَمْدُ
b. Rakyat kalah oleh raja ( idgham syamsiyyah)
Maksudnya apabila ada huruf rakyat bertemu dengan huruf raja maka huruf rakyatnya kalah ( langsung membaca ke huruf raja).
Contoh: Wasysyamsi وَالشَّمْسِ
c. Tentara kalah oleh raja (idgham bighunnah dan Idham bila ghunnah)
Maksudnya apabila ada huruf tentara bertemu dengan huruf raja maka huruf tentaranya kalah (langsung membaca ke huruf rajanya) dan disini dibaca mendengung.
Contoh : Mammmana’a مَنْ مَّنَعَ
Disini dijelaskan kalau huruf rajanya itu terdiri dari ل dan ر maka dibaca tidak mendengung.
Contoh Mirrobbihim مِنْ رَّبِّهِمْ
Walam Yakullahuu وَلَمْ يَكُنْ لَّه
d. Membaca huruf ل pada lafadz ا لله
Cara membacanya ada dua macam yaitu:
Apabila sebelumnya didahului oleh tanda ـُــ ـَــ maka ل itu wajib di baca “O”,
Contoh Rosuululloohi رَسُوْلُ اللهِ
Rosuullallohi رَسُوْلَ اللهِ
Apabila sebelumnya didahului oleh tanda ــِــ maka wajib dibaca A,
Contoh : Bismillaahi بِسْمِ اللهِ
e. Mengakhiri bacaan.
Apabila akan mengakhiri suatu bacaan, baik itu karena berada di akhir ayat atau karena kehabisan nafas, maka untuk membacanya ada caranya tersendiri.
Dalam metode An-Nuur untuk menerangkan cara mengakhiri bacaan digunakan analog “ apabila ada mahluk yang mati maka ia akan tetap mati, apabila makhluk itu hidup maka ia pasti akan mati, walaupun mahluk hidup itu mempunyai nyawa dobel ia pasti akan mati juga.” Maksud dari analog ini adalah apabila akan mengakhiri suatu bacaan maka semuanya harus dibaca mati ( ْ ) walaupun disana ada tanda hidup ( ـَــِـــُـ ) dan tanda hidup dobel ( ـًــــٍــــٌ ).
Contoh :
Dibaca Bacaan Asli
اَحَدْ اَحَدْ
اَحَدْ اَحَدَ / اَحَدِ / اَحَدُ
اَحَدْ اَحَدً / اَحَدٍ / اَحَدٌ
Namun jika setelah tanda-tanda ( ـًــــٍــــٌ / ـَــِـــُ ) itu masih ada hurufnya maka dibaca ( ـَــِـــُ ).
Contoh : وَالضُّحى وَالضُّحى’
سَلاَماَ سَلاَماً
Khusus untuk mengakhiri kata yang berakhiran dengan ta’ marbutoh ( ـة ة / ) maka huruf ta’ marbutoh tersebut bunyinya berubah menjadi bunyi huruf ha mati ( ـه ه / )
Contoh: اَلْقَارِعَهْ اَلْقَارِعَةُ
Alqooriah Alqoori’atu
لُمَزَهْ ًلُمَزَةٍ
Lumazah Lumazatin
f. Huruf Qolqolah
Huruf qolqolah adalah huruf yang apabila dimatikan dibaca memantul, Huruf tersebut ada 5 dan dikumpulkan dalam sebuah kalimat جَ دِ بُ قِ طْ (jadi bukit). Disini menggunakan kalimat “jadi bukit” karena sebagaimana kita ketahui bahwa apabila kita bersuara dibukit maka suara kita akan memantul.
Contoh : Kasaba’ كَسَبْ
Falaqo’ فََلَقْ
Apabila huruf memantul itu terletak ditengah kata maka pantulannya ringan, dan apabila terletak di akhir bacaan maka pantulannya dibaca kuat.
g. Membaca نّ dan مّ ( ghunnah / dengung).
Untuk menerangkan cara Membaca نّ dan مّdigunakan analog “apabila ada NAMA diduduki oleh tanda raja yang rajanya berupa singa maka harus dibaca mendengung sebagaimana suara singa yang mengaum”.
Contoh : Innna اِنَّ
‘Ammma عَمَّ
h. Bacaan mendengung dibibir (iqlab dan ikhfa safawi)
Disini dijelaskan bahwa apabila ada huruf bibir bertemu dengan huruf bibir ( م dan ب )
Maka wajib dibaca dengung dibibir secara samar.
Contoh : Mimmm Ba’di مِنْ بَعْدِ
Wahummm Bih وَهُمْ بِهِ
i. Hukum nun mati dan tanwin ( نْ / ً ٍ ٌ )
Kalau ada ( نْ / ـًــٍـــٌـ ) bertemu dengan 15 huruf yaitu: ث ج ذ ز س ش ص ض ظ ف ت د ط ق ك maka dibaca samar dengung.
Contoh : Minnn tsamarotin مِنْ ثَمَرَةٍ ث
Jannnaatinnn tajrii جَنّتٍ تَجْرِيْ ج
Minnng qoblika مِنْ قَبْلِكَ ق
Disini peserta baru diperbolehkan membuka buku panduan untuk membaca contoh –contoh bacaan samar dengung.
j. Tanda waqof (tanda berhenti)
Dalam al-Qur’an kita banyak menjumpai tanda-tanda yang berupa huruf-huruf Arab yang ukurannya lebih kecil yang terletak diatas huruf Hijaiyah atau juga berupa titik-titik, tanda-tanda itu mempunyai maksud tertentu, kalau dalam ilmu tajwid kita mengenal tanda waqof (tanda berhenti) dan tanda washol (tanda meneruskan)
Tanda-tanda waqof itu adalah
Maksudnya Tanda waqof
Harus berhenti لاَزِمْ م
Berhenti lebih utama فِعْلُ اْلاَمْرِ قف
Berhenti lebih utama مُطْلَقْ ط
Berhenti lebih utama الوَقْفُ اَوْلَى قلى
Berhenti lebih utama رُكُوْعُ ع,ء
Berhenti dengan menahan nafas sejenak سَكْتَه س
Berhenti pada salah satu tanda tanpa harus mengulang مُعَانَقَهٌ -
Untuk memudahkan dalam memahami tanda waqof disini tanda-tanda itu tidak harus dihafal-hafalkan semuanya, namun cukup 3 tanda waqof saja yaitu : م, س dan  , ini karena apabila bertemu dengan tanda waqof selain yang 3 itu, seandainya kita tidak berhenti atau berhentipun hukumnya boleh, walaupun sebenarnya berhenti adalah lebih utama
Setelah tanda wakof itu diterangkan, kemudian diambillah contoh dari ayat-ayat Al- Qur’an yang terdapat tanda wakofnya, pengajar membacakannya dan peserta mengikutinya.
Contoh : Surat Al-Kahfi: 1 عِوَجًاسقَيِّمًا
Surat Al-Muthaffifin: 14 كَلاَّبَلْسرَانَ
Surat Al-Baqoroh: 2 ذلِكَ الْكِتَابُ لاَرَيْبَ  فِيْهِ
k. Tanda washol
Yang termasuk tanda-tanda washol itu adalah
Maksudnya Tanda washol
Boleh berhenti boleh terus جَائِزُ ج
Tidak boleh berhenti tanpa mengulang kecuali pada ro’su ayat لاَ وقْفَ فِيْهِ لا
Terus lebih utama اَلْوَصْلُ اَوْلَى صلى
Terus lebih utama مُرَحِّصُ ص
Terus lebih utama قِيْلَ عَليْهِ وَقْفٌ ق
Terus lebih utama مَجَوِّزٌ ز
Dalam mengingat tanda washol ini yang harus diingat adalah hanya tanda لا saja, ini di maksudkan untuk memudahkan, karena selain tanda washol ini walaupun dibaca terus atau dibaca berhenti, hukumnya boleh namun dibaca terus adalah lebih utama
Contoh: Surat Al-Ihlas: 1 قُلْ هُوَاللهُ اَحَدٌج
Surat Al-Humazah: 14 كَلاََّلَيُنْبَذَنَّ فِىالْحُطَمَةِصلى
Surat Al-‘Asr: 2 اِنَّ اْلأِنْسَانَ لَفيْ خُسْرٍلا2 إِلاَّ
l. Membaca huruf Hijaiyah di awal surat (Fawatihush shuwar)
Di dalam Al-Qur’an kita juga menjumpai ada huruf-huruf Hijaiyah yang terletak di awal surat yang huruf tersebut tidak berharokat sebagaimana huruf yang lainnya.
Contoh : Kaaaaaaf Haa Yaa ‘Aiiiiiinnn Shoooooode’ كهيعص
Alif Laaaaamm Miiiiiim المّ~
Yaa Siiiiiin يس
Apabila kita menemukan seperti itu maka cara membacanya adalah
Apabila huruf itu berharakat berdiri ( ــ’ــ ) maka huruf tersebut di dibaca sesuai dengan suaranya, sedangkan apabila huruf tersebut tidak berharakat maka huruf tersebut dibaca sesuai dengan abjadnya, sedangkan tanda alis dan harakat berdiri menunjukkan bahwa bacaan itu harus dibaca panjang, tanda alis panjangnya antara 5 – 6 ketukan sedangkan tanda harakat berdiri adalah 2 ketukan.
Inilah alasan yang mendasar kenapa metode An-Nuur menggunakan metode suara dalam memperkenalkan huruf huruf Hijaiyah, karena untuk penggunaan bunyi abjad dalam Al-Qur’an itu jumlahnya sedikit sekali, kebanyakan huruf-huruf yang terdapat dalam Al-Qur’an itu dibaca sesuai dengan suaranya bukan abjadnya.
m. Bacaan ghorib (bacaan yang asing)
Dalam membaca Al-Qur’an tidak semuanya huruf dibaca sesuai dengan huruf yang ditulisnya, disana ada beberapa ayat yang sudah mempunyai aturan tertentu dalam cara membacanya, dan ini kita harus menghafalkannya (namun disini pengajar hanya memberi tahu dan memberi contoh cara membacanya saja dan peserta tidak disuruh menghafalkannya) , inilah yang dinamakan bacaan ghorib. Adapun yang termasuk bacaan ghorib itu adalah
Surat dan Ayat Cara membaca Tulisan
Al-Baqoroh:245 وَيَبْسُطُ وَيَبْصُطُ
Al-A’rof: 69 بَسْطَةً بَصْطَةً
بِمُصيْطِرٍ بِمُصَيْطِرٍ
اَلْمُصَيْطِرُوْن/َ اَلْمُسَيْطِرُوْن اَلْمُصَيْطِرُوْنَ
Hyd: 41 Majree haa (Imalah/dibaca miring مَجْر’ـها
Yusuf: 11 نَّا Disuarakan antara fathah dan dhomah, kedua bibir dimonyongkan (isymam) لاَتَأْمَنَّا
Al-Hujurot: 11 Ismu dibaca lismu (Naql) بِئْسَ اْلاِسْمُ
Al-Fushshilat:44 Hamjah kedua (alif) disuara-kan antara hamzah dan alif (samar-samar/ Tashil) ءَاَعْجَمَيِّ
Al-Furqon:49, Luqman:15, Az-Zumar:17 اَنَّا dibaca pendek وَاَنَاسِيَّ / مَنْ اَنَابَ /وَاَنَابُوْا
Al-Ikhlas:1-2 Qul huwalloohuahadunillaahush shomade’ قُلْ هُوَاللهُ اَحَدٌ الله ُالصَّمَدُ
Pengajar membacakan ayat-ayat tersebut dan peserta mengikutinya dengan melihat buku panduan masing-masing.
Setelah selesai mempelajari ilmu tajwid peserta tinggal belajar membaca surat-surat yang terdapat dalam Al-Qur’an, adapun surat yang dibaca adalah surat An-Naba’, pengajar memilih surat ini agar peserta dapat membaca bukan karena hafal namun karena bisa dan paham dengan apa yang dibaca.
Perlu diketahui bahwa materi yang disampaikan dalam sistem privat adalah sama dengan yang disampaikan dalam sistem masal.
Evaluasi Pengajaran.
Evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu evaluation yang berarti penentuan nilai atau mengadakan serangkaian penilaian, adapun kegiatan evaluasi dalam pengajaran adalah suatu tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan-tujuan instruksional telah dapat dicapai atau dikuasai oleh siswa dalam bentuk hasil-hasil belajar yang diperlihatkannya setelah mereka menempuh pengalaman belajarnya (proses belajar-mengajar).
Adanya evaluasi dalam pengajaran sangat penting karena evaluasi dapat dijadikan sebagai alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional, umpan balik bagi proses belajar-mengajar dan dasar untuk menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang tua.
Di An-Nuur Foundation Jogjakarta untuk mengetahui kemampuan hasil belajar dari para pesertanya, peserta dihadapkan pada surat-surat yang terdapat dalam Al Qur’an dan ini dilakukan sebagaimana biasanya belajar (bukan sistem ujian), jika peserta dapat membaca surat-surat yang terdapat dalam Al Qur’an secara benar maka ia dianggap berhasil dalam belajarnya, karena dengan bisa membaca surat-surat yang terdapat dalam Al-Qur’an secara benar berarti secara otomatis peserta telah mengetahui huruf-huruf Hijaiyah baik asli atau perubahannya, mengerti tanda baca dan juga paham tajwidnya.
Dalam pengajaran baca Al Qur’an yang dilaksanakan oleh An-Nuur Foundation Jogjakarta, peneliti menjadikan pertemuan terakhir (pertemuan keempat dalam pelancaran) sebagai sarana untuk mengevaluasi terhadap pengajaran tersebut, karena dalam pertemuan terakhir materinya adalah khusus membaca, dan pada hari itu peneliti bertindak sebagai pengajar yang membimbing mereka untuk membaca surat-surat yang terdapat dalam Al Qur’an, adapun caranya adalah sebagai berikut: Peserta diperintahkan untuk membaca surat Al-Fiil secara bersama-sama. Setelah selesai, peserta diperintahkan untuk membaca surat berikutnya, masing-masing satu ayat, kemudian dua ayat dan tiga ayat, Peserta kemudian membaca lagi satu surat secara bersama-sama. Setelah itu posisi pengajar digantikan oleh bapak Kamaludin, dan dia juga memerintahkan hal yang sama sebagaimana yang peneliti lakukan. Dan ketika posisi peserta dipegang oleh Bapak Kamaludin maka peneliti menilai mereka secara tertulis, dan peneliti saat itu berada di belakang peserta pelatihan.
Peserta yang mengikuti materi membaca surat Al-fiil sampai Ad-Duha ini ada 17 orang sedangkan 5 orang lainnya masih belajar dengan menggunakan sistem privat. Untuk menilai terhadap pengajaran yang sistem privat peneliti melakukannya dengan cara melihat sudah sejauh mana materi itu disampaikan kepada mereka, ini dikarenakan dalam pengajaran baca Al Qur’an dengan metode An-Nuur peserta tidak akan pindah materi sebelum materi yang diajarkan itu dikuasai. Ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa proses belajar-mengajar itu belum dikatakan berakhir kalau peserta didik belum mengalami perubahan tingkah laku, maksudnya proses belajar-mengajar belum dikatakan berakhir hanya karena guru sudah menjelaskan semua materi pelajaran tanpa dia melihat apakah peserta didiknya sudah menguasai atau belum.
Hasil yang dicapai
Adapun hasil yang dicapai dari evaluasi terhadap peserta pelatihan baca Al Qur’an di An-Nuur Foundation Jogjakarta yang bertempat di kantor PWI adalah sebagai berikut :
Tabel III
Hasil evaluasi pengajaran baca Al Qur’an dengan metode An-Nuur
yang bertempat di kantor PWI
Nilai (x) Frekwensi (f) fx
10
9
8
7
6
5 5
6
3
3
-
5 50
54
24
21
-
25
N = 22 fx = 174
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa hasil evaluasi pengajaran baca Al Qur’an dengan metode An-Nuur yang bertempat di kantor PWI adalah, yang mendapat nilai 10 ada 5 orang, yang mendapat nilai 9 ada 6 orang, yang mendapat nilai 8 ada 3 orang, yang mendapat nilai 6 tidak ada dan yang mendapat nilai 5 adalah 5 orang, sedang nilai rata-ratanya adalah 7,909.
Dengan demikian pengajaran baca Al Qur’an yang dilaksanakan oleh An-Nuur Foundation Jogjakarta yang bertempat di kantor PWI berhasil dengan baik, karena dari 22 peserta 17 peserta sudah bisa membaca Al Qur’an sedangkan yang 5 peserta baru bisa menyebutkan huruf Hijaiyah sesuai dengan tanda bacanya.
Faktor pendukung dan penghambat
Faktor pendukung
Adapun faktor yang mendukung terhadap pengajaran baca Al Qur’an yang saat itu dilaksanakan di kantor PWI oleh An-Nuur Foundation Jogjakarta adalah
a. Faktor pengajar, pengajar sudah menguasai terhadap materi dan metode pengajaran.
b. Faktor peserta, peserta dapat mengikuti pelatihan tersebut dengan semangat dan sungguh-sungguh.
c. Faktor metode, metode yang di gunakan mudah diterima oleh peserta pelatihan walaupun pesertanya kebanyakan adalah orang tua.
d. Faktor lingkungan, lingkungan yang digunakan nyaman untuk belajar.
e. Faktor sarana, yaitu adanya buku panduan untuk masing-masing peserta.
Faktor penghambat.
Adapun faktor yang menghambat terhadap pengajaran baca Al Qur’an yang saat itu dilaksanakan di kantor PWI oleh An-Nuur Foundation Jogjakarta adalah
a. Kuantitas guru, guru yang dimiliki oleh An-Nuur Foundation Jogjakarta itu masih sedikit sehingga ketika dalam pelatihan tersebut menggunakan program privat, peserta belum bisa ditangani oleh satu orang satu guru.
b. Ada beberapa pengajar yang masih kurang memperhatikan terhadap psikologi peserta.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang penulis lakukan terhadap pengajaran baca Al Qur’an di An-Nuur Foundation Jogjakarta yang bertempat di kantor PWI Jogjakarta, maka
Kesimpulan dari skripsi ini adalah sebagai berikut
1. Dalam pengajaran baca Al-Qur’an dengan metode An-Nuur, untuk menerangkan terhadap materi yang disampaikan (angka arab, huruf Hijaiyah, tanda baca dan ilmu tajwid ) adalah dengan menggunakan analogi.
2. Dengan adanya analogi maka memudahkan bagi para peserta pelatihan untuk memahami apa yang mereka pelajari.
3. Metode An-Nuur adalah metode pengajaran baca Al Qur’an khusus dewasa dan orang tua
4. Istilah 2 jam bisa baca Al-Qur’an yang dipakai oleh An-Nuur Foundation Jogjakarta adalah sebagai bahasa marketing (bahasa pemasaran) dan sebagai motivasi bagi para peserta yang akan mengikuti pelatihan, namun walaupun begitu metode An-Nuur adalah metode pengajaran yang menggunakan sistem cepat karena peserta yang awalnya buta huruf terhadap Al-Qur’an ternyata dalam waktu sehari pelatihan ditambah 4 kali pertemuan yang masing-masing 2 jam ternyata banyak dari peserta yang bisa baca Al-Qur’an
5. Walaupun metode An-Nuur adalah metode pengajaran baca Al-Qur’an namun itu bisa digunakan untuk mengajarkan membaca permulaan bahasa Arab karena penulis melihat disana terdapat kesamaan materi yang akan disampaikan
6. Hasil yang dicapai dalam pengajaran baca Al Qur’an yang dilaksanakan oleh An-Nuur Foundation Jogjakarta yang bertempat di kantor PWI yang dilaksanakan pada tanggal 10-14 November 2003 adalah berhasil dengan baik sebab dari 22 peserta pelatihan ternyata yang sudah bisa baca Al-Qur’an adalah17orang, sedangkan selebihnya (5 orang) baru bisa menyebutkan huruf-huruf Hijaiyah dan tanda baca Arab
B. Saran-saran
Adapun saran-saran terhadap An-Nuur Foundation Jogjakarta adalah:
1. Karena metode An-Nuur sudah membantu terhadap pemberantasan buta huruf Al- Qur’an (yang berbahasa Arab) maka pertahankan dan kembangkan terus An-Nuur Foundation Jogjakarta.
2. Untuk tercapainya proses belajar-mengajar, faktor guru adalah sangat berpengaruh, Oleh karena itu guru yang menguasai materi dan metode saja tidaklah cukup namun dia juga harus dapat memahami terhadap peserta didiknya.
3. Karena An-Nuur Foundation Jogjakarta adalah sebuah lembaga maka alangkah baiknya kalau yang berkaitan dengan sebuah lembaga tersebut diperhatikan misalnya struktur organisasi, pembukuan sejarah singkat berdirinya dan lain-lain.
C. Kata Penutup
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt. karena atas rahmat dan taufiq-NYA penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis umumnya bagi umat islam.
DAFTAR PUSTAKA
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996).
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta : Rajawali Press, 1989).
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta : Rajawali Press, 1992).
Asmawati, “Metode An-Nur Mempermudah dan Mempercepat Bisa Baca Al-Qur’an” dalam Majalah Umi edisi 9/XIV/2003.
Dudung Abdurrahman, Pengantar Metodologi Penelitian dan Penulisan Karya Ilmiah, (Yogyakarta : IKFA Press, 1998).
http://www.Gatranews.net/IV/5/AGA1-5.html-14k membaca Al-Qur’an.
Ign. S. Ulik Bukit Karo-karo, Metodologi Pengajaran, (Salatiga : Swadana, 1981).
Muhibin Syah, Psikologi Belajar Bahasa, (Jakarta : Logos, 1991).
Rosyady, Metode An-Nur, (Jakarta : An-Nur Foundation, 2001).
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V, (Jakarta : Rineka Cipta, 2002).
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM, 1984).
Tayor Yusuf & Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997).
Thaqafiyat, Jurnal Bahasa Peradaban dan Informasi Islam Vol. I No. 1 Juli-Desember, (Yogyakarta : Fakultas Adab IAIN SUKA).

0 Comment