Sunday, May 13, 2012

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Lahan pertanian semakin berkurang kesuburannya. Hal tersebut dikarenakan pengusahaan dan penggunaan lahan yang terus menerus tanpa diikuti upaya pemulihan kesuburannya. Pengusahaan lahan yang terus menerus akan menurunkan kandungan bahan organik karena bahan-bahan organik yang ada di dalam tanah diserap oleh tanaman. Agar lahan pertanian tetap subur diperlukan penambahan bahan organik ke dalam tanah untuk menggantikan bahan-bahan organik yang diserap oleh tanaman.
Sumber bahan organik biasanya diperoleh dari pupuk kandang, namun jumlah yang diberikan tidak sesuai dengan jumlah kebutuhan yang ada. Masalah ini terjadi karena petani sudah jarang memelihara ternak. Selain itu, sumber bahan organik harganya juga semakin meningkat. Adanya masalah yang demikian perlu dicari alternatif solusinya, antara lain dengan menemukan sumber bahan organik pengganti pupuk kandang.
Eceng gondok (Eichornia crassipes Solm) merupakan jenis gulma air yang sangat cepat tumbuh dan berkembang biak. Tumbuhan ini mempunyai daya adaptasi terhadap lingkungan baru yang sangat besar, sehingga sering merupakan gulma di berbagai tempat dan mengganggu saluran pengairan atau irigasi yang sulit untuk dikendalikan. Tanaman ini dapat mempercepat pendangkalan, menyumbat saluran irigasi, memperbesar kehilangan air melalui proses evaporasi, transpirasi, mempersulit transportasi perairan, menurunkan hasil perikanan atupun berupa gangguan langsung dan tidak langsung lainnya terhadap kesehatan manusia serta menurunkan nilai estetika.1
Eceng gondok banyak menimbulkan kerugian. Namun selain kerugian yang ditimbulkan, ada potensi yang menguntungkan, misalnya sebagai sumber pupuk organik, karena tidak ada satupun ciptaan Allah yang tidak bermanfaat. Sesuai dengan firman Allah dalam surat Ali-Imron 191
Artinya “Ya Tuhan kami, tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia- sia”
Jadi perlu dilakukan penelitian atau dikaji tentang kemungkinan pemanfaatan eceng gondok ini sebagai bahan kompos.
Keberhasilan pemanfaatan eceng gondok sebagai bahan kompos akan memberikan keuntungan ganda. Selain dapat diperoleh kompos yang dapat mengembalikan kesuburan tanah, juga dapat mengurangi pencemaran yang diakibatkan oleh eceng gondok.
Pemanfaatan eceng gondok dengan cara pengomposan belum biasa dilakukan oleh petani. Dalam penelitian ini, kompos eceng gondok dicoba diteliti penggunaannya pada tanaman bayam cabut. Hal ini mengingat karena tanaman bayam cabut (Amaranthus tricolor L) tidak menuntut persyaratan tumbuh yang sulit, asalkan kondisi tanah subur, penyiraman teratur dan saluran drainase lancar. Tanaman ini sangat toleran terhadap keadaan yang tidak menguntungkan sekalipun. Selain itu tanaman ini berumur pendek, sehingga pengaruh dari kompos eceng gondok dapat cepat terlihat.2
Dengan meningkatnya wawasan masyarakat tentang kebutuhan pangan, maka masyarakat cenderung untuk mengkonsumsi sayuran yang bebas atau tidak terkontaminasi oleh zat-zat yang merugikan tubuh. Untuk itu pupuk organik atau kompos dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan produksi sayuran.
Proses belajar mengajar sains termasuk biologi, merupakan perwujudan interaksi antara subjek (siswa), objek (alam), yang terdiri dari benda dan kejadian alam, proses dan produk.3 Dari pengertian tersebut dapat diartikan bahwa bila seseorang belajar sains, maka orang itu diharapkan dapat melakukan kegiatan. Agar dapat melakukan kegiatan tersebut diperlukan keterampilan proses. Keterampilan proses ini meliputi keterampilan mengamati dengan seluruh indra, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan dengan benar, mengajukan pertanyaan, menggolongkan, menafsirkan data dan mengkomunikasikan hasil temuan secara beragam, menggali dan memilih informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan masalah sehari-hari.4 Untuk itu diperlukan sumber belajar agar memungkinkan siswa melakukan kegiatan yang dituntut dalam sains tersebut. Adapun sumber belajar ini dapat dikaji dan digali dari alam ataupun lingkungan sekitar
Penggunaan sumber belajar secara tepat dalam kegiatan belajar mengajar diharapkan mampu memberikan pengalaman belajar yang baik kepada siswa sehingga mampu mengembangkan potensi kognitif dan afektif siswa.
Hasil penelitian ini mencakup proses dan produk penelitian yang diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar bagi siswa. Proses penelitian menyangkut langkah-langkah atau prosedur ilmiah yang dilakukan dalam kegiatan penelitian. Sedang produk penelitian menyangkut fakta-fakta yang kemudian dapat digeneralisasikan menjadi konsep-konsep. Dalam pembelajaran biologi khususnya menurut tuntutan kurikulum 2004 tidak hanya mementingkan produk saja, tetapi siswa diharapkan mampu memperoleh keterampilan proses dalam kegiatan belajar mengajar. Oleh karenanya kajian hasil penelitian ini juga dirasakan urgensinya.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan permasalah dalam skripsi ini yaitu :
1. Apakah kompos eceng gondok dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman bayam cabut?
2. Apakah kompos eceng gondok dapat meningkatkan produktivitas tanaman bayam cabut ?
3. Apakah kompos eceng gondok dapat dijadikan sebagai alternatif pengganti pupuk kandang ?
4. Apakah hasil penelitian ini dapat dikaji sebagai sumber belajar biologi di MA pada pokok bahasan pertumbuhan dan perkembangan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan skripsi ini yaitu untuk :
1. Mengetahui apakah kompos eceng gondok dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman bayam cabut.
2. Mengetahui apakah kompos eceng gondok dapat meningkatkan produksi tanaman bayam cabut.
3. Mengetahui apakah kompos eceng gondok dapat dijadikan sebagai alternatif pengganti pupuk kandang.
4. Untuk mengetahui hasil penelitian ini dapat dikaji sebagai sumber belajar biologi di MA pada pokok bahasan Pertumbuhan dan Perkembangan.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah :
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif sumber kompos yang dapat diterapkan dalam bidang pertanian.
2. Dapat memberikan informasi bagi guru tentang alternatif sumber belajar biologi.
E. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang rerlevan pernah dilakukan oleh Haris Kartika Rini yang berjudul “Pengaruh Kompos Eceng gondok dan Kompos Kayu Apu Dikombinasikan dengan Tepung Lahar terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Sebagai Alternatif Sumber Belajar Biologi di SMU” dan penelitian yang dilakukan oleh Suharta yang berjudul “Kandungan Protein dan Kemampuan Penyematan N Bintil Akar tanaman kedelai yang dipupuk dengan kompos eceng gondok dan Hubungannya dengan Daya Hasil Panen”
F. BATASAN ISTILAH
Untuk memudahkan pembahasan dalam skripsi ini maka penulis membuat batasan-batasan istilah yaitu :
1. Pertumbuhan
Pertumbuhan didefinisikan sebagai proses bertambahnya ukuran dan volume serta jumlah sel yang bersifat irreversible (tidak dapat balik). Adapun parameter pertumbuhan untuk penelitian ini yaitu bertambahnya panjang batang dan bertambahnya jumlah daun bayam cabut.
2. Produktivitas
Produktivitas dalam penelitian ini didefinisikan sebagai hasil dari proses pertumbuhan dan perkembangan yang biasa dipanen dan dapat diukur serta dinyatakan secara kuantitatif. Adapun parameter yang digunakan yaitu berat basah dan berat kering bayam cabut setelah panen.
3. Kompos eceng gondok
Yaitu kompos yang dibuat dari gulma eceng gondok dengan campuran kotoran lembu.
4. Sumber belajar
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam memperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman dan keterampilan, dalam proses belajar mengajar.5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Biologi
1. Tanaman Eceng gondok (Eichornia crassipes solm )
Sistematika tanaman eceng gondok adalah :
Divisio : Embryophytasi phonogama
Klas : Monocotyledoneae
Ordo : Farinosae
Familia : Pontederiaceae
Genus : Eichornia
Spesies : Eichornia crassipes solm1
Eceng gondok termasuk tumbuhan perennial dan merupakan tumbuhan yang dapat mengapung bebas bila air dalam dan berakar di dasar bila air dangkal. Tumbuhan tersebut berkembang biak dengan stolon (vegetatif) dan juga secara generatif, tiap tahun berbunga, dan setelah 20 hari terjadi penyerbukan, buah masak, lepas dan pecah, biji masuk ke dasar air. Karangan bunga berbentuk bulir, bertangkai panjang, dan terdapat 10-35 bunga; tangkai dengan 2 daun pelindung yang duduknya sangat dekat, yang terbawah dengan helaian kecil dan pelepah yang berbentuk tabung.2
Morfologi dari tanaman eceng gondok adalah sebagai berikut :
Gambar 1
Morfologi eceng gondok (Eichornia crassipes Solm)
Keterangan : a. Akar, b. Tangkai daun, c. Daun, d. Bunga, e. Tangkai bunga
Tumbuhan eceng gondok masuk dan cepat tumbuh di Indonesia pada tahun 1894.3 Adanya tumbuhan ini dalam suatu area perairan akan mengganggu lalu lintas air, mengurangi jumlah dan kualitas air, menimbulkan pendangkalan perairan yang dapat menurunkan produksi ikan.4
Adanya beberapa masalah dan gangguan yang merugikan manusia yang ditimbulkan oleh eceng gondok, sangat dirasa perlu adanya suatu pengendalian dan teknik pengolahan yang memadai. Salah satu usaha untuk pengendalian eceng gondok adalah pemanfaatan eceng gondok agar menjadi sumber daya alam berguna.
Hasil penelitian yang dilakukan di India, menunjukkan bahwa eceng gondok yang masih segar mengandung 95,5 % air; 3,5 % bahan organik; 0,04 % nitrogen; 1 % abu; 0,06 % fosfor sebagai P2O5 dan 0,20 % kalium sebagai K2O. Lebih lanjut dikemukakan pula bahwa percobaan analisis kimia tumbuhan eceng gondok atas dasar bahan kering menghasilkan 75,8 % bahan organik; 1,5 % nitrogen; dan 24,2 % abu. Analisis terhadap abu yang dilakukan menunjukkan 7.0 % fosfor sebagai P2O5; 28,7 % kalium sebagai K2O; 1,8 % natrium sebagai Na2O; 12,8 % kalsium sebagai CaO dan 21,0 % khlorida CCL.5
2. Eceng gondok sebagai bahan kompos
Penggunaan eceng gondok sebagai bahan kompos diharapkan dapat membawa perubahan yang lebih baik bagi dunia pertanian. Tujuan pemberian kompos pada suatu lahan antara lain untuk memperkaya bahan makanan bagi tanaman dan memperbaiki sifat fisik tanah akibat pencucian. Tujuan tersebut akan terpenuhi jika bahan yang akan dikomposkan mengandung unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman.
Hasil analisis kompos eceng gondok atas dasar bahan kering adalah 2,05 % nitrogen; nisbah karbon (C) dan nitrogen (N) adalah 13:1 ; 1,1 % fosfor sebagai P2O5 ; 2,5 % kalium sebagai K2O ; 3,9 % Ca sebagai C2O.6
Kompos dibuat dengan cara membusukkan bahan sisa tumbuhan atau hewan dalam suatu tumpukan. Pengertian pengomposan menurut Murbandono adalah menumpukkan bahan-bahan organis dan membiarkan terurai menjadi bahan-bahan yang mempunyai perbandingan C/N yang rendah atau mendekati C/N tanah sebelum digunakan sebagai pupuk.7 Jadi dari pengertian itu dapat dikatakan bahwa prosesnya berlangsung pada keadaan yang diatur sehingga akan menghasilkan suatu produk yang berguna bagi pertanian. Pada pengomposan proses peruraian oleh kegiatan mikroorganisme ditingkatkan dengan cara mengusahakan lingkungan yang cocok untuk perbanyakan mikroorganismenya serta kegiatannya.
Bahan organik yang telah terkomposkan dengan baik bukan hanya memperkaya bahan makanan tetapi terutama berperan besar terhadap perbaikan sifat-sifat tanah yaitu :
a) Mempertinggi kemampuan penampungan air, sehingga tanah dapat lebih banyak menyediakan air bagi tanaman.
b) Memperbaiki drainage dan tata udara tanah
c) Meningkatkan pengaruh pemupukan dari pupuk-pupuk buatan.
d) Mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara sehingga tidak mudah larut oleh pengairan atau air hujan.8
Pada pengomposan, proses penguraian bahan oleh kegiatan mikroorganisme ditingkatkan dengan cara mengusahakan lingkungan yang cocok untuk memperbanyak mikroorganisme dan kegiatannya. Dengan meningkatnya mikroba dalam pengomposan akan mempercepat diperolehnya produk akhir dari pengomposan yang dilakukan. Untuk itulah faktor-faktor yang mempengaruhi selama proses pengomposan harus diperhatikan. Adapun faktor-faktor tersebut adalah :
a) Sifat fisik bahan.
Pada proses pengomposan akan berlangsung cepat jika substrat halus dan berukuran kecil. Ukuran yang kecil akan mudah didekomposisi oleh mikroorganisme yang berarti mempercepat pengomposan.9
b) Kandungan N dari bahan asalnya
Jasad-jasad renik yang menguraikan bahan pengomposan memerlukan senyawa N untuk perkembangannya. Untuk itulah pada pembuatan kompos perlu ditambahkan pupuk kandang atau pupuk buatan.10
c) Kelembaban
Kelembaban sangat berpengaruh selama proses pengomposan. Kelembaban tidak boleh terlalu rendah, karena itu dalam proses pengomposan perlu ditambahkan kapur atau abu dapur.11
d) Cukup mengandung air dan udara
Bila tumpukan kompos kurang mengandung air, tumpukan ini akan bercendawan. Hal ini akan sangat merugikan karena peruraian akan berlangsung lambat dan tidak sempurna. Sebaliknya bila terlalu banyak mengandung air, keadaannya berubah menjadi anaerob yang tidak menguntungkan bagi kehidupan jasad renik.12
Pada tahap akhir pengomposan akan dihasilkan bahan yang sudah stabil yang disebut sebagai kompos. Kompos yang matang akan ditandai dengan warna gelap, tidak berbau, struktur remah, berkonsentrasi gembur, serta tidak larut dalam air.13
3. Tanaman bayam cabut (Amaranthus tricolor L)
Sistematika tanaman bayam cabut adalah sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledoneae
Familia : Amaranthaceae
Genus : Amaranthus
Spesies : Amaranthus tricolor L
Bentuk tanaman bayam cabut adalah terna (perdu), tinggi tanaman dapat mencapai 1,5-2 meter, berumur semusim atau lebih. Sistem perakaran menyebar dangkal pada kedalaman antara 20-40 cm dan berakar tunggang.14
Tanaman bayam mempunyai daun berbentuk bulat telur dengan ujung agak meruncing serta urat-urat daun kelihatan jelas.15 Bayam banyak mengandung vitamin dan garam-garam mineral penting yang diperlukan tubuh, seperti dapat dilihat pada tabel berikut:16
Tabel 1 Kandungan gizi pada bayam cabut
Kandungan gizi jumlah
Kalori 36 kal
protein 3,5 gram
lemak 0,5 gram
hidrat arang 6,5 gram
vitamin B1 908 mgr
vitamin A 6,090 S.I
vitamin C 80 gram
Ca 267 mgr
Fosfor 67 mgr
Fe 3,9 mgr
Air 86,9 gram
Bayam dapat tumbuh sepanjang tahun, baik pada dataran rendah maupun tinggi, namun demikian bayam lebih baik dibudidayakan di dataran rendah dan merupakan bentuk sayuran komoditas dataran rendah.17 pH tanah yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman bayam cabut adalah 6-7, temperatur yang dikehendaki adalah 35-400 C.
Sayuran daun banyak menyerap unsur N,P,K dan mineral Mg,Ca,Fe.18 Jenis tanah yang baik untuk tanaman bayam cabut adalah tanah pasir berlempung dengan kandungan pupuk organik tinggi.
Kualitas bayam cabut (Amaranthus tricolor L) ditentukan oleh pertumbuhan fase vegetatif yaitu kualitas bagian tanaman yang bernilai ekonomi. Maksudnya adalah bagian tanaman yang dapat dikonsumsi atau di makan, yaitu bagian batang dan daun.
Dari segi produksi yang menguntungkan di pasaran terutama sebagai sayuran segar maka bobot basah sangat menentukan. Air merupakan komponen terbesar dari sitoplasma dan sangat berpengaruh terhadap bobot basah tanaman.
Kualitas sayuran ditentukan pula oleh warna daun. Ditinjau dari ilmu gizi sayuran yang pucat dianjurkan untuk tidak dibeli karena yang kaya akan gizi adalah yang berwarna hijau tua.19 Lebih lanjut Oomen juga menyatakan bahwa kandungan gizi dari tanaman merupakan bagian dari bobot kering tanaman. Hasil bahan kering tanaman merupakan gambaran dari unsur hara yang diserap tanaman karena semua bahan yang dihasilkan tanaman berasal dari pecahan karbon hasil fotosintesa dan hara organik yang dihisap dari tanaman.20
Dalam rangka usaha meningkatkan produksi tanaman bayam cabut, perlu dilakukan pemupukan. Dewasa ini dengan meningkatnya wawasan masyarakat tentang kebutuhan pangan maka masyarakat cenderung untuk mengkonsumsi sayuran yang bebas atau tidak terkontaminasi oleh zat-zat yang merugikan tubuh. Maka pupuk organik sebagai alternatif dalam meningkatkan kualitas dan produktifitas sayuran khususnya bayam cabut.
4. Pupuk dan pemupukan
Peranan pupuk diakui sangat penting dalam usaha peningkatan produksi pertanian, karena lahan-lahan pertanian semakin berkurang kemampuannya dalam menyediakan unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Peningkatan produksi hanya dicapai bila diberikan unsur-unsur hara tambahan atau pemupukan karena jaringan pembentuk tanaman tidak lain adalah unsur-unsur hara yang diserapnya.21
Berdasarkan proses terjadinya pupuk dibagi menjadi pupuk alam dan pupuk buatan, atau pupuk organik dan an organik. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa tanaman, hewan dan manusia. Pupuk organik dapat berupa pupuk kandang, pupuk hijau dan pupuk kompos. Pupuk organik terutama digunakan untuk memperbaiki struktur tanah, daya meresapkan air hujan, daya ikat air, tata udara tanah dan sifat fisik. Dengan terbentuknya humus maka pupuk organik dapat memperbaiki kehidupan biologi tanah dan menambah mineral tanah. Pupuk organik mengandung unsur hara lengkap meskipun dalam kadar rendah.22
Salah satu pembentuk tanah adalah bahan organik. Jadi jelaslah betapa pentingnya peranan bahan organis ke dalam tanah, seperti kita ketahui bahan organis terbentuk dari sisa tanaman, hewan atau kotoran hewan, juga sisa jutaan mahluk kecil yang berupa bakteri, jamur, ganggang, hewan satu sel maupun banyak sel. Sisa hewan atau tumbuhan ini sebelum menjadi bahan organis akan mengalami proses perubahan lebih dulu.
Sebelum mengalami proses perubahan sisa hewan dan tumbuhan ini tidak berguna bagi tanaman, karena unsur hara terikat dalam bentuk yang tidak dapat diserap oleh tanaman, oleh sebab itu perlu dikomposkan terlebih dahulu. Selama proses perubahan dan peruraian bahan organis, unsur hara makanan akan bebas menjadi bentuk yang larut dan dapat diserap oleh tanaman.
5. Pertumbuhan tanaman bayam cabut
Pertumbuhan menunjuk pada penambahan ukuran yang tidak dapat dapat balik yang mencerminkan penambahan protoplasma. Pertumbuhan juga sebagai proses kenaikan volume yang irreversible, karena adanya tambahan substansia termasuk perubahan bentuk pada tumbuhan. Pertambahan ukuran dan berat kering dari organisme mencerminkan bertambahnya protoplasma, baik ukuran maupun jumlah selnya.23
Bertambahnya protoplasma berlangsung melalui serentetan peristiwa dimana air, karbohidrat dan garam-garam mineral diubah bahan-bahan organik. Berkenaan dengan sel tanaman, peristiwa ini mencakup fotosintesa, absorbsi, dan traslokasi zat hara, penyusunan dan perombakan protein komplek dan lemak dari karbon dan persenyawaan an organik.24 Bertambahnya jumlah sel pada jaringan meristematik pada titik-titik tumbuh bagian batang, dan ujung-ujung akar, serta pada kambium. Bertambahnya ukuran sel terjadi karena adanya pembesaran sel-sel baru. Proses ini dipengaruhi oleh pemberian air, hormon dan adanya gula. Oleh karena itu, jaringan meristem harus memperoleh pangan, vitamin dan tersedia hormon untuk dapat membuat sel-sel baru dan memperbesar ukurannya.25
Pertumbuhan tanaman mencakup 2 fase berdasarkan penggunaan karbohidrat hasil fotosintesa, yaitu :
a). Pertumbuhan fase vegetatif, dimana pemakaian karbohidrat lebih besar dari penyimpanannya. Fase ini terutama terjadi pada perkembangan akar, daun dan batang baru, dan berhubungan dengan pembelahan sel, perpanjangan sel dan tahap pertama dari differensiasi sel. Untuk perkembangan ini diperlukan karbohidrat sehingga dapat dikatakan dalam fase vegetatif dari suatu perkembangan, tanaman menggunakan sebagian besar karbohidrat yang dibentuknya.26
b). Pertumbuhan fase reproduktif. Fase ini terjadi pada saat pembentukan dan perkembangan kuncup-kuncup bunga, buah dan biji. Tidak semua karbohidrat digunakan untuk perkembangan batang, daun dan perakaran, sebagian disisakan untuk perkembangan bunga, buah dan biji. Untuk keperluan ini tanaman membutuhkan suplai karbohudrat yang berupa pati dan gula. Pada fase reproduktif ini tanaman menyimpan sebagian besar karbohidrat yang dibentuknya.27
6. Hara tanaman dan translokasi unsur hara
Selama pertumbuhan dan perkembangan tanaman sejak masa perkecambahan sampai menghasilkan buah atau bagian yang dapat dipanen membutuhkan unsur-unsur hara/zat makanan. Unsur hara tanaman adalah unsur-unsur kimia tertentu yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan normal. Tidak tersedianya unsur-unsur hara bagi tanaman akan menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu, dan akan menurunkan produksi.
Setiap tanaman memerlukan paling sedikit 16 unsur hara penting atau esensial untuk pertumbuhan normal. Unsur-unsur hara tersaebut terdiri dari :
a). Unsur hara makro yaitu unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah relatif besar. Unsur-unsur tersebut adalah C,H,O,N,S,Ca,P,K,Mg.
b). Unsur hara mikro yaitu unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalamn jumlah yang relatif kecil. Unsur-unsur tersebut adalah :Fe,Mn,Cu,Zn,Mo,B,Cl.28
setiap unsur hara mempunyai fungsi sendiri-sendiri dalam kelangsungan hidup tanaman, baik unsur makro maupun unsur mikro. Beberapa unsur beserta fungsinya antara lain :
- C,H.O : Menyusun senyawa organik.
- N : Menyusun asam amino, protein, klorofil dan nukleat.
- P : Menyusun posfat an organik, berperan pada transfer energi.
- K : Mengatur kandungan air, melalui aktivitas enzim, berperan dalam sintesis karbohidrat dan protein.
- Ca : Menyusun dinding sel, penetral asam organik, berperan pada absorpsi nitrogen.
- Zn : Biosintesa Hormon
- Fe : Pembentukan klorofil, penyusun sitokrom dan katalisator.
- Mn : Berperan dalam perombakan karbohidrat dan metabolisme N
- Mo : Berperan dalam fiksasi N dan sintesis protein.
B. Tinjauan Kependidikan
1. Proses belajar mengajar Biologi
Biologi merupakan salah satu cabang dari IPA yang sasarannya tidak dapat terlepas dari isi alam. Biologi tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan, namun juga menyangkut proses, konsep dan prinsip.29
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku atau kecakapan manusia.30 Perubahan yang terjadi karena belajar dapat berupa perubahan-perubahan dalam kebiasaan (habit), kecakapan (skill), atau dalam ketiga aspek yakni pengetahuan (kognitif), sikap afektif dan ketrampilan (psikomotorik).
Mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasikan lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran sehingga menimbulkan terjadinya proses belajar pada diri siswa.31 Jadi proses belajar mengajar merupakan interaksi antara peserta didik dengan obyek yang dipelajari yang menekankan pada peran aktif peserta didik serta interaksi dengan guru sebagai pengajar.
2. Sumber belajar
Untuk memudahkan proses belajar mengajar maka perlu adanya sumber belajar, sehingga proses belajar mengajar lebih efektif dan efisien. Sumber belajar adalah segala sesuatu baik benda, makhluk hidup, peristiwa maupun bentuk ungkapan simbolik yang mengandung masalah dan cara mengatasi masalah.32
Secara sederhana sumber belajar dapat dirumuskan sebagai segala sesuatu yang dapat memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam memperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan, dalam proses belajar mengajar. Dalam hal ini nampak adanya beraneka ragam sumber belajar yang masing-masing memiliki kegunaan tertentu yang mungkin sama atau bahkan berbeda dengan sumber belajar lainnya.33
Pada prinsipnya setiap obyek yang ada di lingkungan dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar, tetapi agar pemanfaatannya lebih efektif dan efisien harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Kejelasan potensi
b. Kesesuaian dengan tujuan belajar
c. Kejelasan sasaran
d. Kejelasan informasi yang dapat diungkap
e. Kejelasan pedoman eksplorasi
f. Kejelasan perolehan yang diharapkan.34
Dari berbagai sumber belajar yang ada dan mungkin dikembangkan dalam pembelajaran pada garis besarnya dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a) Manusia, yaitu orang yang menyampaikan pesan secara langsung; seperti guru, konselor, administrator, yang disiapkan secara khusus dan disengaja untuk kepentingan belajar (by design). Di samping itu ada pula orang yang tidak disiapkan untuk kepentingan proses belajar mengajar tetapi memiliki suatu keahlian yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan proses belajar mengajar, misalnya penyuluh kesehatan, pemimpin perusahaan, pengurus koperasi dan sebagainya. Orang-orang tersebut tidak disiapkan, tetapi sewaktu-waktu dapat dimanfaatkan untuk kepentingan belajar (learning by utilization)
b) Bahan, yaitu sesuatu yang mengandung pesan pembelajaran ; baik yang disiapkan secara khusus seperti film pendidikan, peta grafik, buku paket, dan sebagainya, yang biasanya disebut media pengajaran (instructional media), maupun bahan yang bersifat umum; seperti film keluarga berencana dapat dimanfaatkan untuk kepentingan belajar.
c) Lingkungan, yaitu ruang dan tempat dimana sumber-sumber belajar dapat berinteraksi dengan peserta didik. Ruang dan tempat yang disiapkan secara khusus untuk kepentingan belajar misalnya; perpustakaan, ruang kelas, laboratorium, dan lain sebagainya. Di samping itu ada pula yang tidak disiapkan untuk kepentingan belajar, namun dapat dimanfaatkan misalnya; kebun binatang, kebun raya dan sebagainya.
d) Alat dan peralatan, yaitu sumber belajar untuk produksi dan atau memainkan sumber-sumber lain.
e) Aktivitas, yaitu sumber belajar yang biasanya merupakan kombinasi antara suatu teknik dengan sumber lain untuk memudahkan belajar.35
Berdasarkan pemikiran di atas maka keadaan alam sekitar baik benda mati maupun makhluk hidup merupakan bahan yang baik bagi guru biologi untuk dimanfaatkan sebagai sumber belajar. Hal tersebut untuk mengembangkan ketrampilan proses seperti yang diharapkan oleh kurikulum.
3. Kajian Kurikulum MA
“Trend” pendidikan menuntut terjadinya aktivitas siswa yang lebih baik dalam belajar. KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) menjadikan pengembangan kompetensi-kompetensi terarah, kompetensi meneliti (kerja ilmiah). Untuk itu diperlukan fasilitas bagi siswa untuk belajar melakukan kerja ilmiah, termasuk meneliti. Di samping itu dengan kegiatan penelitian/kerja ilmiah maka aktifitas siswa juga dapat dikembangkan.
Penggunaan proses dan hasil penelitian sebagai sumber belajar sangat relevan dalam mendukung pelaksanaan KBK. Proses penelitian setelah disederhanakan dapat ditiru siswa untuk berlatih melakukan prosedur kerja ilmiah. Hasil penelitian dapat menambah pengetahuan baru (fasilitas baru, kompetensi baru atau temuan baru).
Hasil penelitian ini dikemas menjadi sumber belajar yang dilakukan dengan berpedoman pada standar kompetensi untuk MA bidang studi biologi. Penelitian harus dikemas dalam rancangan kegiatan belajar mengajar dengan mempertimbangkan tujuan, waktu, sarana dan prasarana, kemampuan guru dan murid.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber belajar untuk materi pokok pertumbuhan dan perkembangan. Kompetensi dasar untuk materi pokok pertumbuhan dan perkembangan yaitu :
1. Siswa mampu merencanakan dan melaksanakan percobaan berkaitan dengan proses yang terjadi pada tumbuhan.
2. Siswa menunjukkan kemampuan merencanakan percobaan pengaruh faktor luar terhadap pertumbuhan biji tumbuhan.
3. Siswa dapat melaksanakan percobaan pengaruh faktor luar terhadap pertumbuhan biji tumbuhan.36
C. Hipotesis Penelitian
1. Pemberian kompos eceng gondok mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman bayam cabut.
2. Pemberian kompos eceng gondok mampu meningkatkan produktivitas tanaman bayam cabut.
3. Kompos eceng gondok dapat digunakan sebagai alternatif pengganti pupuk kandang.
4. Hasil penelitian ini setelah dilakukan seleksi dan modifikasi dapat dijadikan sebagai alternatif sumber belajar biologi pada pokok bahasan Pertumbuhan dan Perkembangan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di desa Karang Mutihan Gantiwarno Klaten, dengan ketinggian tempat 140 m dpl yang merupakan daerah yang cocok untuk tanaman bayam cabut, karena bayam cabut banyak ditanam pada ketinggian 5-2000 m dpl.
2. Waktu penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan agustus 2004 sampai September 2004, dimulai dengan penyemaian benih bayam pada tanggal 5 Agustus 2004, dilanjutkan dengan pemindahan bibit ke dalam polybag pada tanggal 19 Agustus. Penelitian diakhiri tanggal 19 September 2004. Tanaman bayam tidak menuntut persyaratan musim tumbuh yang sulit. Tanaman bayam dapat tumbuh dengan baik di bulan apapun, asalkan kondisi tanah subur, penyiraman teratur dan saluran drainase lancar.
B. Populasi Dan Sampel Penelitian
1. Populasi dan sampel
a. Populasi dari penelitian ini adalah bayam cabut (Amaranthus tricolor L) varietas giti hijau umur 28 hari, dengan ukuran kira-kira 2 cm.
b. Sampel dari penelitian ini adalah tanaman bayam cabut (Amaranthus tricolor L) sebanyak 25 buah yang diambil secara acak dari populasi.
C. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini yaitu kadar pemberian kotoran lembu dalam kompos eceng gondok yaitu 10 %, 20%, 30%, 40%,dan 100% kotoran lembu.
2. Variabel tergantung
a). Tingkat pertumbuhan bayam cabut (Amaranthus tricolor L) dengan parameter tinggi tanaman dan jumlah daun.
b). Tingkat produksi bayam cabut (Amaranthus tricolor L) dengan parameter berat basah bayam cabut dan berat kering bayam cabut pada akhir percobaan. Hasil bahan kering merupakan gambaran dari unsur hara yang diserap oleh tanaman.
D. Bahan Dan Alat
1. Bahan
Bahan yang digunakan yaitu :
a. Kompos eceng gondok (Eichornia crassipes solm),
b. Media tanah,
c. Pupuk dasar.
d. Benih bayam cabut.
2. Alat
Alat yang digunakan yaitu :
a. pH meter
b. Polybag
c. Neraca timbangan
d. Meteran kayu.
e. Cetok
f. Alat penyiram
g. Cangkul
h. Kertas label
E. Cara Kerja
1. Pembuatan kompos eceng gondok
Gulma eceng gondok dicuci bersih kemudian dipanaskan di bawah sinar matahari sampai layu dan tidak ada air yang membasahi bagian dari gulma tersebut. Eceng gondok yang sudah bersih dipotong-potong untuk mempercepat proses pengomposan. Untuk merangsang kerja mikroorganisme, bahan tersebut dicampur dengan pupuk kandang dengan perbandingan 40 kg eceng gondok dan 4 kg pupuk kandang. Setelah bahan siap kemudian ditumpuk di tempat yang terlindung dari sinar matahari dan air hujan. Bagian atas dari tumpukan ditutup dengan plastik yang sudah dilubangi. Setiap tiga hari sekali dilakukan pembalikan dan diberi air. Pengomposan selesai kira-kira dua bulan.
2. Penyemaian benih bayam
Tempat persemaian dibuat dengan cara dengan cara mengolah tanah sampai strukturnya gembur dan dibuat ukuran bedengan selebar 100 cm dan lebar 300 cm. Kemudian dalam bedengan tersebut dicampur dengan pupuk kandang seterusnya dibiarkan selama dua hari.
Setelah bahan persemaian siap, benih bayam direndam selama 24 jam kemudian ditiriskan. Benih disemai dalam alur yang berjarak 10 cm dan dalamnya 1 cm kemudian ditutup dengan tanah yang halus/tipis. Bibit siap pindah tanam setelah berumur 7 hari atau berdaun 3-5.
3. Menyiapkan media tanam
Media tanam berupa tanah yang diambil dari tempat yang sama dan telah dihilangkan kerikil-kerikilnya. Tanah dicampur dengan kompos eceng gondok dengan perbandingan 350 gram kompos dan 650 gram tanah. Masing-masing perlakuan sebanyak lima buah kemudian diaduk rata dan dimasukkan dalam polibag serta diberi label.
4. Penanaman
Kelompok bibit diambil secara acak dari tempat persemaian, diambil yang berdaun 3—5 dan ditanam dalam polibag. Masing-masing polibag berisi satu tanaman.
5. Pemeliharaan
Polibag yang sudah ditanami diletakkan secara acak pada tempat yang teduh tapi mutlak mendapat sinar matahari. Penyiraman dilakukan secara serempak tergantung keadaan (minimal 2 hari sekali). Pemupukan dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari. Apabila perlu seluruh perlakuan disemprot dengan fungisida.
6. Pengamatan
Pengukuran pertumbuhan tanaman bayam cabut dilakukan pada saat tanaman berumur 10, 20, 28 hari setelah tanam, yang meliputi pengukuran :
a) Tinggi tanaman (cm), diukur dengan meteran kayu dari permukaan tanah sampai ujung malai.
b) Jumlah daun, dihitung jumlah daun yang berdiameter lebih dari 1 cm.
c) Berat basah tanaman (gram), yaitu berat keseleruhan tanaman yang segar untuk ditimbang. Penimbangan dilakukan setalah tanaman dicabut dari akarnya dan dibersihkan kotorannya.
d) Berat kering tanaman, (gram) yaitu berat keseluruhan tanaman yang sudah dikeringkan hingga berat tanaman konstan untuk ditimbang. Penimbangan dilakukan setalah tanaman dicabut dari akarnya dan dibersihkan kotorannya.
F. Disain Penelitian
Disain percobaan yang dipakai adalah rancangan acak lengkap, karena materi yang percobaan relatif homogen. Semua variasi dalam penelitian ini mendapat perlakuan yang sama, sehingga masing-masing variasi mempunyai peluang yang sama besar. Variasi dalam penelitian ini adalah :
-X1 = perlakuan dengan kadar kotoran lembu 10%
-X2 = perlakuan dengan kadar kotoran lembu 20 %
-X3 = perlakuan dengan kadar kotoran lembu 30%
-X4 =.perlakuan dengan kadar kotoran lembu 40%
-X5 = perlakuan tanpa kompos eceng gondok (100% kotoran lembu
Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan perlakuan variasi kadar kotoran lembu dalam kompos eceng gondok sebanyak lima variasi yang masing-masing perlakuan diulang sebanyak lima kali, dengan rancangan tabulasi data sebagai berikut :
Ulangan (n) Kadar kotoran lembu
X1 X2 X3 X4 X5
1
2
3
4
5
Rerata
G. ANALISIS DATA
Untuk mengetahui pengaruh jenis kompos eceng gondok terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bayam, data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji beda rata-rata Jika ada pengaruh yang nyata dilanjutkan dengan uji DMRT yaitu untuk mengetahui lokasi perbedaan atau perlakuan terbaik pemberian kompos dengan campuran kotoran lermbu dalam berbagai kadar terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bayam cabut. 1
H. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk lebih mudahnya dalam pembahasan penulisan ini maka disusunlah sistematika pembahasan sebagai berikut :
Bab satu yaitu bab yang berisi tentang pendahuluan meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, sistematika penulisan.
Bab dua yaitu bab yang membahas tentang kerangka teoritik yang berisi tinjauan biologi, tinjauan kependidikan, hipotesis penelitian.
Bab tiga yaitu bab yang membahas tentang metodologi penelitian yang berisi populasi dan sampel, variabel penelitian, desain penelitian, teknik analisa data.
Bab empat yaitu bab yang membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan yang berisi deskripsi data, pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian.
Bab lima yaitu penutup berisi kesimpulan, dan saran-saran.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Data Fisik Lingkungan
Selama penelitian berlangsung suhu maksimum penelitian rata-rata 29o C, ketinggian tempat 140 m dpl. Menurut Yusni bandini dan Nuruddin Aziz, persyaratan suhu udara untuk pertumbuhan bayam cabut rata-rata 20-30oC, dan bayam banyak ditanam pada ketinggian antara 5-2000 dpl.
PH tanah pada akhir percobaan rata-rata 6-7. Kisaran derajat keasaman (PH) tanah yang baik bagi pertumbuhan bayam adalah antara 6-7. PH tanah dibawah 6 yang bersifat asam akan menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi terganggu. PH di atas 7 yang bersifat basa akan menyebabkan tanaman mengalami gejala klorosis, yaitu warna daun menjadi putih kekuning-kuningan terutama pada daun yang masih muda.1
2. Data utama Hasil penelitian
Variabel penelitian diukur pada saat tanaman berumur 10, 20, 30 hari setelah tanam meliputi :
a. Tinggi Tanaman
Penelitian ini menghasilkan rata-rata tinggi tanaman bayam cabut yang diukur pada saat pengamatan seperti tersaji pada tabel I di bawah ini :
Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman bayam cabut umur 10, 20, 30 HST (cm)
HST X1 X2 X3 X4 X5
10
20
30 2,780
4,200
7.980 2,900
3,900
6,900 2,980
4,020
8,440 2,540
4,100
8,120 3,160
4,800
10,140
Total 4,987 4,567 5,147 4,920 6,033
Keterangan
X1=kompos eceng gondok dengan 10 % kotoran lembu
X2 = kompos eceng gondok dengan 20 % kotoran lembu
X3 = kompos eceng gondok dengan 30 % kotoran lembu
X4 = kompos eceng gondok dengan 40 % kotoran lembu
X5 = kompos eceng gondok dengan 100 % kotoran lembu
Tabel 2. Hasil ANAVA tinggi tanaman umur 10,20, 30 HST
Sumber
perlakuan db Jk Kt F hitung F Tabel
(5%) Sig (P)
Perlakuan 4 17,974 4,494 2,829 2,507 0,031
Galat 68 108,019 1,589
Hasil analisis pada tabel I terlihat bahwa Fhitung > Ftabel. Jadi ada perbedaan signifikan tinggi tanaman berdasarkan kadar kotoran lembu. Dari hasil uji lanjut DMRT diperoleh data sebagai berikut
Tabel 3. Hasil DMRT pada tinggi tanaman
Perlakuan
N
Taraf signifikasi =0,05
1 2
Duncana.b4 Kadar kotoran lembu 10%
Kadar kotoran lembu 20 %
Kadar kotoran lembu 30%
Kadar kotoran lembu 40%
Kadar kotoran lembu 100 %
Sig 15
15
15
15
15 4,567a
4,920a
4,987a
5,147a
0,258
5,147b
6,033b
0,058
Rata-rata untuk group dalam kelompok yang sama
* Huruf yang berbeda menunjukkan adanya beda nyata
Hasil uji lanjut DMRT menunjukkan bahwa tinggi tanaman antara perlakuan dengan kadar kotoran lembu 10%, 20%, 30% dan 40% tidak berbeda secara signifikan. Selanjutnya, tinggi tanaman antara perlakuan dengan kadar kotoran lembu 30% dan 100% juga tidak berbeda secara signifikan. Perbedaan tinggi tanaman yang signifikan ditunjukkan pada perlakuan antara kotoran lembu 10% dengan 100%, 20% dengan 100% dan 40% dengan 100%.
b. Jumlah daun
Penelitian ini menghasilkan data rata-rata jumlah daun seperti tersaji pada tabel 4 berikut ini:
Tabel 4 . Rata-Rata Jumlah Daun Tanaman Bayam Cabut Umur 10,20,30
HST.
HST X1 X2 X3 X4 X5
10 2,60 2,40 2,00 2,60 3,00
20 5,20 4,60 4,40 4,60 5,80
30 7,60 6,40 7,40 6,80 10,20
Total 5,13 4,47 4,60 4,67 6,33
Keterangan.
X1=kompos eceng gondok dengan 10 % kotoran lembu
X2=kompos eceng gondok dengan 20 % kotoran lembu
X3=kompos eceng gondok dengan 30 % kotoran lembu
X4=kompos eceng gondok dengan 40 % kotoran lembu
X5=kompos eceng gondok dengan 100 % kotoran lembu
Tabel 5. Hasil ANAVA. Jumlah Daun Tanaman Bayam Cabut Umur
10,20,30 HST
Sumber perlakuan db jk Kt F hitung F tabel
(5%) Sig. (P)
Perlakuan
Galat 4
68 35,147
126,373 8,787
1,858 4,728 2,504 0,002
Hasil analisis pada tabel 5 terlihat bahwa FHitung>Ftabel. Jadi ada perbedaan signifikan jumlah daun berdasarkan kadar kotoran lembu. Dari hasil uji lanjut DMRT diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 6 hasil uji lanjut DMRT pada jumlah daun tanaman bayam cabut
Perlakuan
N Taraf signifikasi
= 0.05 %
1 2
Duncana.b Kadar kotoran lembu 20%
Kadar kotoran lembu 30%
Kadar kotoran lembu 40%
Kadar kotoran lembu 10%
Kadar kotoran 100%
Sig 15
15
15
15
15 4.47a
4.60a
4.67a
5.13a
0.229
6.33b
1.000
Rata-rata untuk group dalam kelompok yang sama.
* Huruf yang berbeda menunjukkan adanya beda nyata.
Hasil DMRT menunjukkan bahwa jumlah daun antara perlakuan dengan kadar kotoran lembu 10 %, 20%, 30% dan 40% tidak berbeda secara signifikan. Perbedaaan jumlah daun yang signifikan ditunjukkan antara perlakuan dengan kadar kotoran lembu 10% dengan 100%, 20% dengan 100%, 30% dengan 100% dan 40% dengan 100%.
c. Berat Basah Bayam Cabut.
Penelitian ini menghasilkan rerata berat basah bayam cabut yang tersaji pada tabel 7 dibawah ini
Tabel 7. Rata-rata berat basah tanaman bayam cabut umur 30 HST
Kadar kotoran lembu
X1 X2 X3 X4 X5
Rerata
Simpangan baku 0.62
0,083 0,46
0,167 0,8
0,447 0.74
0,550 1,3
0,833
Keterangan ;
X1= 10%, X2= 20%, X3=30%, X4=40%, X5= 100%
Tabel 8 Hasil ANAVA berat basah tanaman bayam cabut
Sumber perlakuan db jk Kt Fhit Ftab
5% Sig. (P)
Perlakuan
Galat
Total 4
20
24 2,002
4,932
6,934 0,500
0,247 2,029
2,866 0,129
Hasil analisis pada tabel 8 terlihat bahwa Fhitung<Ftabel. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan berat basah tanaman bayam cabut berdasarkan kadar kotoran lembu, sehingga tidak perlu dilanjutkan dengan DMRT.
d. Berat Kering Bayam Cabut
Hasil rerata berat kering bayam cabut dalam penelitian ini adalah
Tabel 9. Rerata berat kering bayam cabut umur 30 HST
kadar kotoran lembu
X1 X2 X3 X4 X5
Rerata
Simpangan baku 0,2
0,07 0,14
0,05 0,24
0.05 0,20
0,10 0,24
0,08
Tabel 10. Hasil ANAVA berat kering bayam cabut
Sumber keragaman db jk kt Fhitung Ftabel
(5 %)
Sig. (P)
Perlakuan
Galat
Total 4
20
24 0.034
0,116
0,150 0,08
0,006 0,255
2,866 0,255
Hasil analisis pada tabel 10 terlihat bahwa Fhitung < Ftabel. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan berat kering tanaman bayam cabut berdasarkan kadar kotoran lembu. Oleh karena itu tidak perlu dilanjutkan dengan DMRT.
B. PEMBAHASAN.
Berdasarkan data hasil penelitian ternyata kompos eceng gondok memiliki pertumbuhan dan produktivitas lebih rendah dibandingkan pada perlakuan dengan 100% kotoran lembu. Hal ini terlihat pada hasil rata-rata pada masing-masing variasi perlakuan yaitu 10, 20, 30, dan 40% kadar kotoran lembu dalam kompos eceng gondok tersebut dengan perlakuan 100% kotoran lembu (tanpa kompos eceng gondok ) ternyata hasilnya lebih baik pada perlakuan yang tanpa menggunakan kompos eceng gondok (100% kotoran lembu).
Kualitas tanaman bayam cabut ditentukan oleh pertumbuhan fase vegetatif, yaitu kualitas bagian tanaman yang bernilai ekonomi tinggi, maksudnya adalah bagian tanaman yang dapat dimakan atau dikonsumsi, yaitu bagian daun. Sebagai sayuran daun, bayam cabut banyak memerlukan unsur nitrogen. Unsur nitrogen bagi tanaman bayam cabut berperan untuk merangsang pertumbuhan batang, cabang dan daun. Nitrogen juga berperan dalam pembentukan hijau daun yang berguna dalam proses fotosintesis.2 Apabila tanaman bayam cabut kekurangan unsur nitrogen maka pertumbuhannya menjadi terhambat (kurang baik).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dengan menggunakan 100% kotoran lembu ( tanpa kompos eceng gondok) mempunyai pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan yang menggunakan kompos eceng gondok dalam berbagai kadar kotoran lembu. Hal ini terjadi karena kadar nitrogen dalam kotoran lembu lebih tinggi dibandingkan pada kompos eceng gondok. Sehingga semakin banyak prosentase eceng gondok pada kompos tersebut, yang secara otomatis mempersedikit prosentase kotoran lembu, maka kandungan nitrogen pada kompos tersebut akan semakin rendah. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan dengan Effi Ismawati bahwa kandungan hara kompos lebih kecil dibandingkan dengan pupuk kandang.3 Pendapat tersebut diperkuat oleh Pinus Lingga bahwa kandungan hara kompos memang tidak pernah tinggi.4 Lebih banyaknya unsur nitrogen dalam kotoran lembu dibandingkan pada kompos eceng gondok mengakibatkan pertumbuhan dan produktifitas bayam cabut dengan 100% kotoran lembu memiliki hasil yang lebih baik.
Kompos eceng gondok dapat digunakan sebagai alternatif pengganti pupuk kandang. Dari tabel tinggi tanaman dapat dilihat nilai total X1 (4,987) lebih besar dari nilai total rata-rata pada X4(4,920). pada tabel jumlah daun dapat dilihat nilai total rata-rata X1(5,13) lebih besar daripada total nilai rata-rata X4(4,67) dan dari hasil ANAVA pada berat basah dan berat kering tanaman bayam cabut tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa kompos eceng gondok mempunyai kemampuan yang sama dengan kotoran lembu, dan dapat dijadikan sebagai alternatif pupuk.
Perlakuan dengan menggunakan 100% kotoran lembu memang memiliki pertumbuhan dan produktivitas lebih baik, namun dari pengamata penulis, pada perlakuan lainnya tidak menunjukkan gajala kekurangan unsur hara. Pada perlakuan lainnya, tanaman menunjukkan pertumbuhan yang normal (daun berwarna hijau segar, batang berair dan banyak percabangan). Hal ini dikarenakan meskipun kandungan hara dari kompos ini rendah, namun variasinya cukup lengkap sehingga kebutuhan tanaman tetap tercukupi dengan baik.
Kompos eceng gondok meskipun memiliki kandungan hara rendah, akan tetapi kompos jenis ini akan tetap diperlukan. Dengan alasan pertama, kebutuhan akan bahan organik untuk pemupukan belum terpenuhi meskipun sudah tersedia pupuk kandang. Hal ini terjadi karena sulitnya mencari pupuk kandang matang dalam jumlah yang besar dikarenakan keberadaannya yang tergantung pada situasi dan kondisi yaitu, pupuk kandang ada kalau ternak ada. Hal inipun masih tergantung pada pemilik ternak mau atau tidak untuk mengumpulkan kotorannya. Kedua, eceng gondok jika dibiarkan liar akan menimbulkan berbagai dampak negatif bagi lingkungan, diantaranya adalah : mempercepat pendangkalan perairan, menyumbat saluran irigasi, mempersulit saluran perairan, menurunkan hasil perikanan. Sehingga akan lebih bagus bila dimanfaatkan sebagai bahan kompos, mengingat hasil yang diberikan tidak jauh berbeda dengan yang menggunakan pupuk kandang.
C. Kajian Teoritik Hasil Penelitian Sebagai Alternatif Sumber Belajar Biologi Di MA
Dalam hasil penelitian ini terkandung aspek-aspek pokok yaitu proses penelitian dan produk penelitian. Proses penelitian dalam belajar biologi menyangkut metodologi penelitian yang merupakan langkah ilmiah yang selalu dijalani dalam sikap melakukan penelitian. Hal ini meliputi perumusan masalah, perumusan tujuan, perumusan hipotesis, penyusunan cara kerja, melakukan kegiatan kerja, mengumpulkan dan menganalisa data, membahas data dan terakhir menarik kesimpulan. Dari pelaksanaan proses penelitian pada akhirnya akan diperoleh produk penelitian berupa fakta yang selanjutnya digeneralisasikan menjadi konsep atau prinsip.
Untuk memanfaatkan hasil penelitian sebagai sumber belajar, perlu mempertimbangkan beberapa hal agar dapat diterapkan dalam sistem pengajaran biologi di MA. Kajian hasil penelitian sebagai sumber belajar biologi di MA. Kajian hasil penelitian sebagi sumber belajar biologi di MA melalui tahap-tahap sebagai berikut :
1. Tinjauan proses dan produk penelitian
2. Seleksi pemanfaatan proses dan produk penelitian sebagai sumber belajar biologi di MA
3. Penerapan proses dan produk penelitian dalam rencana kegiatan belajar mengajar.
1. Tinjauan Proses dan Produk Penelitian
a. Hasil penelitian berupa proses
Dari segi proses, penelitian ini berhubungan dengan metodologi penelitian yang meliputi :
1) perumusan masalah
Perumusan masalah dimulai melalui pangamatan terhadap gejala yang ada di alam atau dari kajian teori. Dalam teori disebutkan bahwa tanaman eceng gondok merupakan gulma liar yang sangat merugikan manusia. Tanaman eceng gondok selain merugikan juga mengandung unsur hara yang diperlukan oleh tanaman. Berawal dari teori ini akan dibuktikan apakah tanaman eceng gondok yang telah dikomposkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan dan produktivitas tanaman bayam cabut.
2) perumusan tujuan
Dari perumusan masalah diatas maka dirumuskan tujuan sebagai berikut:
a). Tujuan keilmuan : Untuk mengetahui pengaruh pemberian kompos eceng gondok terhadap pertombuhan dan produktivitas tanaman bayam cabut.
b). Tujuan kependidikan : Memperoleh sumber belajar berdasarkan hasil-hasil penelitian.
Tujuan keilmuan dapat dilakukan oleh siswa, sedangkan tujuan kependidikan hanya dapat dilakukan oleh guru.
3) perumusan hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban/dugaan sementara dari permasalahan yang didukung oleh kerangka teoritik. Hipotesis dirumuskan dari rangkuman kesimpulan-kesimpulan teoritik yang diperoleh dari kerangka teoritik yang mendukung terjawabnya masalah.
4) penyusunan prosedur kerja
Prosedur kerja penelitian dijadikan pedoman dalam pelaksanaan kegiatan penelitian. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan prosedur kerja antara lain :
a. Menentukan objek penelitian
b. Menentukan parameter yang akan diteliti
c. Menentukan alat dan bahan
d. Menentukan urutan pelaksanaan kerja, yang meliputi tahap persiapan dan pelaksanaan penelitian.
5) pelaksanaan kegiatan atau eksperimen
Dalam pelaksanaan kegiatan penelitian selalu dibutuhkan alat dan bahan, oleh karena itu harus disesuaikan dengan sarana dan prasarana sekolah. Pemilihan alat dan bahan harus tepat tidak selalu sama persis dengan alat yang digunakan pada penelitian ini, tetapi harus pandai-pandai dalam memodifikasi. Dalam pelaksanaan kegiatan penelitian harus mempunyai kesungguhan hati dan menuntut kemampuan yang keras, sehingga dalam diri dapat mengembangkan jiwa untuk bersikap disiplin, jujur, teliti, sabar, cermat, dan terampil dalam menggunakan alat.
Kegiatan dalam penelitian ini meliputi :
a). Mengumpulkan gulma eceng gondok untuk dijadikan sebagai bahan kompos.
b). Membuat kompos eceng gondok dengan campuran berbagai kadar kotoran lembu.
c). Menyemaikan bibit bayam cabut.
d). Menanam tanaman bayam cabut yang dipupuk dengan kompos eceng gondok dalam berbagai kadar kotoran lembu.
e). Pengukuran tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah dan berat kering tanamn bayam cabut.
6) pengumpulan dan analisis data
Pada penelitian ini data utama yang diambil adalah : tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah dan berat kering tanaman bayam cabut
7) pembahasan hasil penelitian
Data yang diperoleh dari pengamatan dan pengukuran diorganisasikan dalam tabel, selanjutnya dianalisis secara statistik untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis varian dilanjutkan dengan uji DMRT.
8) Pembahasan hasil penelitian
Pembahasan hasil penelitian dilakukan dengan menghubungkan antara data yang diperoleh dari penelitian dengan teori-teori yang mendasarinya.
9) penarikan kesimpulan
Kesimpulan dirumuskan berdasarkan data penelitian yang dihubungkan dengan pembahasan serta mengacu kepada tujuan penelitian. Penarikan kesimpulan juga merupakan pernyataan keseluruhan hasil penelitian yang singkat tapi jelas.
10). Mengkomunikasikan Hasil Penelitian
Dalam proses pengkomunikasian hasil, siswa MA dilatih untuk dapat melaporkan hasil penelitian secara sistematis, dan jelas dalam bentuk laporan. Selain itu dapat menggambarkan hasil hasil pengamatan dalam bentuk grafik, tabel, dapat berdiskusi, bertanya, menjawab pertanyaan dan menghargai pendapat orang lain.
b. Hasil penelitian berupa produk
Produk penelitian ini berupa fakta-fakta yang selanjutnya digeneralisasikan menjadi beberapa konsep:
1. Hasil penelitian yang berupa fakta antara lain :
a) Pemberian kompos eceng gondok dengan variasi kadar kotoran lembu berpengaruh meningkatkan tinggi tanaman. Peningkatan kenaikan tinggi tanaman memberikan nilai rata-rata 2,78 pada X1; 2,9 pada X2; 2,98 pada X3; 2,54 pada X4 dan 3,16 pada X5 pada 10 HST. Sedang pada 20 HST nilai rata-ratanya 4,2 pada X1; 3,9 pada X2; 4,02 pada X3; 4,1 pada X4 dab 4,8 pada X5. pada 30 HST nilai rata-ratanya 7,98 pada X1; 6,9 pada X2; 8,44 pada X3; 8,12 padaX4 dan 10,14 pada X5.
b) Pemberian kompos eceng gondok dengan variasi kadar kotoran lembu berpengaruh meningkatkan jumlah daun. Peningkatan jumlah daun memberikan nilai rata-rata 2,6 pada X1; 2,4 padaX2; 2,0 pada X3; 2,6 pada X4 dan 3,0 pada X5 pada 10 HST. Sedang pada 20 HST nilai rata-ratanya 5,2 padaX1; 4,6 padaX2; 4,4 pada X3; 4,6 pada X4 dan 5,8 pada X5. pada 30 HST nilai rata-ratanya adalah 7,6 pada X1; 6,4 pada X2; 7,4 pada X3; 6,8 pada X4 dan 10,2 pada X5.
c) Pemberian kompos eceng gondok dengan variasi kadar kotoran lembu tidak berpengaruh nyata terhadap berat basah tanaman bayam cabut. Nilai rata-rata berat basah bayam cabut 0,62 pada X1; 0,46 pada X2; 0,8 pada X3; 0,74 pada X4 dan 10,2 pada X5 pada 30 HST
d) Pemberian kompos eceng gondok dengan variasi kadar kotoran lembu tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman bayam cabut. Nilai rata-rata berat kering bayam cabut 0,2 pada X1; 0,14 pada X2; 0,24 pada X3; 0,2 pada X4 dan 0,24 pada X5 pada 30 HST
2. Hasil penelitian berupa konsep antara lain
a) pemberian kompos eceng gondok dengan variasi kadar kotoran lembu memberikan hasil yang bebeda nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman bayam cabut.
b) Pemberian kompos eceng gondok dengan variasi kadar kotoran lembu memberikan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap berat kering dan berat basah tanaman bayam cabut.
2. Pemanfaatan Hasil Penelitian Sebagai Sumber Belajar Biologi Di MA
Agar dapat digunakan sebagai sumber belajar biologi, maka hasil penelitian ini distrukturisasikan pada gambar sebagai berikut :
Untuk dapat digunakan sebagai sumber belajar maka proses dan produk penelitian harus diseleksi dengan kriteria sumber belajar sebagai berikut :
- kejelasan potensinya
- kesesuaian dengan tujuan belajar
- kejelasan informasi yang dapat diungkap
- kejelasan metode penelitian
- kejelasan perolehan yang diharapkan
Berikut diuraikan kajian hasil penelitian berdasarkan kriteria diatas
a. kejelasan potensinya
potensi suatu objek untuk dapat dijadikan sumber belajar ditentukan oleh ketersediaan objek tersebut dan macam permasalahan yang dapat diungkap. Objek dalam penelitian ini adalah bayam cabut yangs dipupuk dengan kompos eceng gondok dengan berbagai kadar kotoran lembu. Permasalahan yang dapat diungkap dalam penelitian ini adalah : pengaruh kompos eceng gondok dengan variasi kadar kotoran lembu terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bayam cabut.
b. kesesuaian dengan tujuan
Kesesuaian dengan tujuan merupakan kesesuaian permasalahan yang timbul dari penelitian dengan topik-topik yang ada dalam GBPP biologi SMA/MA yang mengarah pada KBK. Kompetensi dasar pokok bahasan pertumbuhan dan perkembangan yaitu: Merencanakan dan melaksanakan percobaan berkaitan dengan proses yang terjadi pada tumbuhan
c. kejelasan sasaran
sasaran yang dimaksud disini adalah sasaran pengamatan (objek) dan sasaran peruntukannya (subjek). Berdasarkan hasil kajian potensi sebagai sumber belajar ditunjukkan dengan jelas objek dan subjek belajar dalam penelitian ini yaitu :
- Topik : Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
- Objek : Tanaman bayam cabut
- Sasaran pengamatan : Pertumbuhan tanaman bayam cabut dengan parameter tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah tanaman, berat kering tanaman.
- Subjek : siswa MA kelas II semester I
d. kejelasan informasi yang diungkap
Hasil penelitian ini memberikan informasi tentang pengaruh kompos eceng gondok dengan variasi kadar kotoran lembu terhadap pertumbuhan tanaman bayam cabut. Dalam penelitian ini yang dapat digunakan sebagai informasi dari segi proses adalah berupa langkah-langkah metode ilmiah yang digunakan untuk menyelesaikan masalah. Sedangkan dari segi produk berupa fakta dan konsep mengenai interaksi kompos eceng gondok dengan variasi kadar kotoran lembu sebagai sumber hara bagi tanaman.
e.kejelasan pedoman eksplorasinya
Informasi yang disebutkan diatas harus diungkap dengan pelaksanaan penelitian yang menggunakan prosedur kerja penelitian yang mengacu pada metode ilmiah. Kejelasan pedoman eksplorasi berkaitan dengan metodologi penelitian.Akan tetapi mengingat pertimbangan-pertimbangan seperti waktu, fasilitas yang tersedia, biaya dan kemampuan siswa, maka prosedur penelitian tersebut perlu diseleksi, dimodifikasi untuk dapat diterapkan di MA.
Seleksi dan modifikasi yang dapat dilakukan antara lain :
a) tujuan dan rumusan masalah telah ditentukan oleh guru
b) data hasil penelitian diberikan oleh guru
c) kajian pustaka dilakukan oleh siswa
d) interpretasi hasil analisis dilakukan oleh siswa
e) presentasi hasil penelitian dilakukan oleh siswa secara berkelompok.
f) Penarikan kesimpulan oleh siswa dengan pengarahan oleh guru.
e. kejelasan perolehan yang diharapkan
kejelasan disini merupakan kejelasan pemanfaatan hasil penelitian baik berupa proses maupun produk penelitian apabila dipakai sebagai alternatif sumber belajar di MA. Proses penelitian yang dimaksud adalah prosedur penelitian melalui metode ilmiah, meliputi perumusan masalah sampai dengan kesimpulan. Produk penelitian berupa fakta-fakta yang selanjutnya digeneralisasi menjadi konsep yang kemudian dikaitkan dengan pokok bahasan dalam GBPP MA yang berlaku. Produk dalam penelitian ini secara umum menunjukkan bahwa kadar kotoran lembu dalam kompos eceng gondok berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produktivtas tanaman bayam cabut.
Pemanfaatan hasil penelitian ini sebagai sumber belajar biologi di MA, diharapkan dapat menyumbangkan aspek-aspek dalam tujuan belajar yang meliputi :
1. pengembangan aspek kognitif
a) pemahaman dan pengembangan konsep dan prinsip tentang pengaruh kompos eceng gondok terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman bayam cabut.
b) Menentukan kajian pustaka yang relevan
c) Menyimpulkan bentuk interaksi dari data yang diperoleh.
2. Pengembangan aspek afektif
a) sikap teliti, sabar, jujur, disiplin, tekun dalam melakukan penelitian, baik dalam identifikasi data, tabulasi data, analisa data dan dalam pembuatan laporan.
b) Bekerjasama dan menghargai pendapat orang lain
3.pengembangan aspek psikomotorik
a) kemampuan melakukan pengamatan dan pengukuran variable-variabsel penelitian.
b) Ketepatan dalam mengkomunikasikan hasil penelitian.
c) Menyusun laporan tertulis.
3. Penerapan Hasil Penelitian Dalam Program Instruksional
Langkah awal penerapan sebagai sumber belajar adalah dilakukan Langkah awal penerapan sebagai sumber belajar adalah dilakukan seleksi. Hasil penelitian tersebut harus disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku, karakteristik siswa, dan sarana prasarana yang ada di sekolah.
Karakteristik siswa MA yang tingkat perkembangan psikologinya sudah mampu memperluas pikiran ke hal-hal yang abstrak, mampu berhipotesis, mampu menyelesaikan persoalan secara logika dan mampu mengimplikasikan hasil penelitian dalam kehidupan sehari-hari, maka langkah ilmiah yang berhubungan dengan metode ilmiah sudah dapat dilakukan oleh siswa MA dengan mempertimbangkan perbedaan tingkat kecerdasan, kreativitas, cacat fisik, kebutuhan siswa dan juga sarana prasarana yang tersedia di sekolah.
Sarana dan prasarana sekolah sebagai penentu dalam melkukan penilaian dalam bidang biologi. Kalau keberadaannya terbatas maka guru harus pandai-pandai memodifikasi alat yang ada agar penellitian tetap berjalan. Alat yang digunakan dapat yang lebih sederhana.
Langkah selanjutnya adalah pemanfaatan hasil penelitian sebagai sumber belajar adalah menyusun rancangan belajar berupa persiapan mengajar. Penyusunan rancangan belajar mengajar ini dalam penerapan hasil penelitian sebagai sumber belajar adalah :
a. Rencana Kegiatan belajar mengajar
Rencana kegiatan belajar mengajar sehubungan dengan pembinaan materi hasil penelitian ini sebagai sumber belajar, dapat diuraikan sebagai berikut :
1). Mata pelajaran : Biologi
2). Satuan pendidikan : Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah.
3). Kelas / semester : II / 2
4). Waktu : 3 jam pelajaran
5). Kompetensi dasar : Merencanakan dan melaksanakan percobaan berkaitan dengan proses yang terjadi pada tumbuhan.
6). Hasil belajar : Dapat merencanakan dan melaksanakan percobaan tentang proses yang terjadi pada tumbuhan dan dapat melaporkan dalam bentuk karya tulis, laporan pengamatan/percobaan.
7). Indikator : a). Melakukan pengukuran tinggi tanaman dengan benar
b). Mengamati perbedaan tinggi tanaman.
c). Menyebutkan ciri-ciri pertumbuhan
d). Menjelaskan pengaruh pupuk terhadap pertumbuhan tanaman.
e). Menyimpulkan hasil penelitian.
8). Uraian materi : Pertumbuhan tanaman adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel yang tidak dapat balik. Selama masa pertumbuhan dan perkembangan tanaman sejak masa perkecambahan sampai menghasilkan buah atau bagian yang dapat dipanen membutuhkan unsur hara atau zat makanan. Unsur hara tanaman adalah unsur-unsur kimia tertentu yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan normal. Apabila tanaman kekurangan salah satu unsur saja, akan mengakibatkan pertumbuhannya menjadi terganggu.
9). Sasaran
a). sasaran belajar (Objek) : Variasi kadar kotoran lembu dan tanaman bayam cabut.
b). Sasaran peruntukan (subjek) : siswa kelas II semester 2
10). Jenis kegiatan
a). Tatap muka
Kegiatan tatap muka merupakan kegiatan yang dilakukan pada jam kegiatan sekolah, sesuai dengan ketentuan dalam GBPP. Kegiatan ini dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar meliputi :
(1). Persiapan kegiatan belajar mengajar : penyampaian materi pelajaran, informasi rencana kegiatan percobaan, dan pembagian kelompok kerja yang dilakukan oleh guru.
(2). Pelaksanaan percobaan
(3). Interpretasi hasil penelitian/percobaan : presentasi data, pembahasan hasil, dan penarikan kesimpulan yang dilakukan oleh siswa.
(4). Evaluasi yang berupa proses : penilaian saat kegiatan berlangsung dan produk : tes formatif.
b). Terstruktur
Terstuktur merupakan kegitan yang dilakukan diluar kegiatan tatap muka yang bertujuan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan tatap muka. Kegiatan terstruktur yang dilakukan meliputi :
(1). Persiapan bahan meliputi penyiapan kompos eceng gondok dan tanaman bayam cabut.
(2). Pengolahan data
(3). Pembuatan laporan
11). Waktu pelaksanaan kegiatan
a). Tatap muka : 3 X 45 menit
b). Terstruktur : 2 X 45 menit
12). Metode : diskusi, informasi, eksperimen dan penugasan.
13). Bentuk belajar : individu, kelompok, klasikal
14). Sarana : ruang kelas, laboratorium dan perpustakaan.
15). Sistem interaksi :
a). Siswa-siswa
b). Siswa-guru
c). Siswa-objek
d). Guru-objek
16). Sumber pustaka
Buku paket biologi SMA kelas II semester 2
Tabel 11. Rencana pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan memanfaatkan hasil penelitian sebagai sumber belajar pada sub pokok bahasan “pertumbuhan tanaman” :
No Kegiatan Waktu Bentuk kegiatan Jenis Yang berperan aktif
1.
2.
3.
4.
5. Persiapan kegiatan belajar mengajar
a. panyampaian materi
b.informasi rencana kegiatan percobaan dan pemberian LKS
c.pembagian kelompok kerja
Pelaksanaan percobaan
a.Penyiapan perangkat alat percobaan
b.penambahan kadar kotoran lembu
c.penanaman bayam cabut
pengamatan dan pengambilan data
a. pengukuran tingi tanaman, jumlah daun
b. organisasi data
Interpretasi hasil
a. presentasi data
b. pembahasan hasil
c. penarikan kesimpulan
Evaluasi
a. tes tertulis
b. penyusunan laporan
20’
15’
10’
10’
10’
10’
7’
8’
15’
20’
10’
45’
45’
Klasikal
Klasikal
Klasikal
Kelompok
Kelompok
Kelompok
Kelompok
Kelompok
Klasikal
Klasikal
Klasikal
Individu
Individu
Tatap muka
Tatap muka
Tatap muka
Terstruktur
Terstruktur
Terstruktur
Terstruktur
Terstruktur
Tatap muka
Tatap muka
Tatap muka
Tatap muka
Terstruktur
Guru
Guru
Guru-siswa
Guru
Siswa
Siswa
Siswa
Siswa
Siswa
Siswa
Guru-Siswa
Siswa
siswa
Evaluasi Kegiatan Belajar Mengajar
1). Evaluasi proses
Evaluasi proses dilakukan untuk melihat sejauh mana siswa dapat menguasai keterampilan kerja percobaan dan sikap-sikap ilmiah selama kegiatan. Kegiatan ini dilakukan oleh guru selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan cara melakukan pengamatan terhadap siswa selama proses berlangsung serta berpedoman pada kriteria penilaian proses yang telah dipersiapkan sebelumnya.
2). Evaluasi produk
Evaluasi produk dilakukan untuk melihat sejauh mana siswa menguasai materi kegiatan, yang diharapkan siswa dapat mengimplikasikannya. Evaluasi produk dilaksanakan oleh guru dengan cara tes formatif, pembuatan laporan, dan presentasi hasil percobaan. Aspek yang dinilai meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Dari seluruh rangkaian penelitian dapat disimpulkan bahwa
1. Kompos eceng gondok dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman bayam cabut.
2. Kompos eceng gondok dapat meningkatkan produktivitas tanaman bayam cabut
3. Kompos eceng gondok dapat digunakan sebagai alternatif pengganti pupuk kandang.
4. Hasil penelitian ini setelah diseleksi dan modifikasi dapat dijadikan sebagai alternatif sumber belajar biologi di MA pada pokok bahasan Pertumbuhan dan Perkembangan
Saran
1. Perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan indikator tumbuhan lain, sehingga dapat diketahui potensi kompos ecenng gondok sebagai pupuk organik.
2. Perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan jenis kotoran hewan lain sebagai campuran dalam pembuatan kompos eceng gondok, dan perlu dicoba teknik pengomposan dengan cara lain.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin Arif. (1998). Hortikultura. Yogyakarta: Andi offset.
Benyamin Lakitan. (1996). Fisiologi pertumbuhan dan perkembangan. Jakarta : Radar Jaya offset.
DepDikBud. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Biologi Untuk SMA dan MA. Jakarta : DepDikBud.
Djohar. (1909). Peningkatan Proses Belajar Mengajar Sains Melalui Pemanfaatan Sumber Belajar. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.
_____. (1089). Dimensi Pendidikan Sains Menyongsong Tahun 2000. Yogyakarta : IKIP Yogyakarta.
Haris kartika R(1983). Pengaruh Kompos Enceng Gondok (Eichornia crassipes solm) dan Kompos Kayu Apu (Pistiastoli otes) Dikombinasikan Dengan Tepung Lahar Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung (Zea mays) Sebagai Sumber Pertumbuhan Tanaman di SMU. Skripsi:IKIP Yogyakarta.
Jody M. (1990). Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma. Jakarta: Rajawali press.
Murbandono HS. (1998). Membuat Kompos. Jakarta : Penebar Swadaya.
Nazarudin. (1994). Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah. Jakarta : Penebar swadaya.
Mulyasa E. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Mul Mulyani. (1995). Pupuk dan Pemupukan. Jakarta : Rineka Cipta
Oomen HAPC. (1994). Si Hijau yang Cantik. Jakarta : Gramedia
Pinus lingga. (1995). Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta : Penebar Swadaya.
Prawoto. (1998) Media Instruksional Untuk Biologi. Jakarta :D EPDIKBUD, DIKTI PPLPTK .
_______. (1984) Pemanfaatan Sumber Belajar Melalui Usaha Simplikasi dan Manipulasi. Yogyakarta : IKIP Yogyakarta.
Rahmat R dan Uuk S. (2003). Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Yogyakarta : Kanisius.
Rusli Hukum. (1990). Bercocok Tanam Sayuran. Jakarta : Asona.
Suharta. (1994). Kandungan Protein dan Kemampuan Penyematan N Bintil Akar Tanaman Kedelai (Glycenemax (L) Merril) yang Dipupuk dengan Kompos Eceng Gondok dan Hubungannya dengan Daya Hasil Panen.. Skripsi . Tidak dipublikasikan. Yogyakarta: Fakultas Biologi UGM
Sri Setyati Harjadi. (1997). Pengantar Agronomi. Jakarta : Gramedia.
Usman Uzer dan Lilis S. (2003). Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Yusni Bandini dan Nurudin Azis. (1995). Bayam. Jakarta : Penebar Swadaya.

0 Comment