Friday, May 4, 2012


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Secara umum dalam dunia pendidikan seorang pendidik menduduki posisi   yang sangat utama sebagai pembentuk kepribadian anak didik. Posisi ini lebih utama dipegang oleh seorang guru agama yang mengajarkan aspek-aspek ajaran islam pada peserta didik yang diasuhnya.
Hal ini sesuai dengan dikatakan M.. Arifin yang mengatakan guru agama adalah:  Seorang yang bertanggung jawab sebagai pendukung sebenar-benarnya akan kebenaran cita-cita agama sehingga dirinya dimata anak didik betul-betul merupakan personifikasi dari agama yang diajarkan”.[1]
Dengan demikian tugas guru agama secara nyata daam proses belajar mengajar adalah membantu perkembangan sikap, mental dan emosi anak didik. Selain itu guru agama harus dapat menciptakan situasi belajar yang dinamis dan bertanggung jawab terhadap proses pendidikan anak didik.
Peranan dan tugas guru agama dalam proses belajar mengajar tidak hanya terbatas pada penyampaian ilmu keagaman saja, akan tetapi lebih jauh guru agama bertanggung jawab terhadap seluruh  perkembangan kepribadian peserta didik.
Dengan demikian, jelas bahwa guru agama mempunyai peranan penting dalam membina, mendidik dan mengarahkan anak didik. Di samping mengajarkan berbagai ilmu penngetahuan, sekaligus menanamkan nilai-nilai moral dan akhlakul karimah.
Dalam melaksanakan tugasnya seorang guru agama harus memiliki kompetensi yaitu kemampuan keguruan yang  harus dimiliki seorang pendidik. Kompetensi guru merupakan kesatuan dari berbagai keterampilan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan tugas dan fungsi  pendidik dalam melaksanakan pendidikan dan pengajaran.
Kalau dilihat kompetensi yang harus dimiliki guru agama cukup banyak. Dari sekian banyak kompetensi tersebut,  salah satu kompetansi yang harus dimiliki guru agama adalah kompetensi  pribadi (Personal). Kompetensi pribadi adalah keseluruhan individu yang terdiri dari unsur fisik dan psikis.[2]Berdasarkan hal itu kepribadian merupakan masalah yang bersifat abstrak, yang hanya dapat dilihat melalui penampilan, ucapan, cara berpakaian dan dalam menghadapi setiap persoalan baik ringan maupun berat[3]. 
Untuk menjadi pendidik dan pengajar di lembaga pendidikan perlu suatu bentuk  kepribadian yang ideal sebagai pendidik. Guru agama sebagai seorang pendidik harus mempunyai kepribadian yang ideal sebagai pendidik, kepribadian yang patut diteladani serta  sikap kepribadian yang mantap sehingga mampu menjadi sumber intensifikasi bagi peserta didik.
Dilihat dari perspektif islam, ternyata kompetensi pribadi juga di tempatkan sebagai karakteristik terpenting yang harus dimiliki seorang guru. Bahkan kepribadian guru ini lebih diutamakan dari kompetensi profesional atau penguasaan ilmu pengetahuan. Hal ini sebagai mana dijelaskan oleh Al-Ghazali:
Perbuatan, prilaku, akhlak dan kepribadian guru adalah lebih pentimg                     dari ilmu pengetahuan  yang dimilikinya. Karena kepribadian seorang guru akan diteladani dan ditiru oleh anak didik, baik secara sengaja maupun tidak sengaja, baik lansung maupu tidak lansung”.[4]        

Dengan demikian semakin jelas bahwa kompetensi pribadi merupakan karakteristik utama yang harus dimiliki seorang guru profesional. Dengan perkataan lain seorang guru profesional harus mencerminkan dalam kehidupannya sifat-sifat keutamaan yang dapat mengantarkannya pada sosok yang dapat diteladani dan dihormati.
Cece Wijaya dan. Tabrani Rusyan menyatakan bahwa kemampuan kepribadian  pendidik itu adalah:

1.      Kemantapan dan integritas pribadi
2.      Peka terhadap perubahan dan pembaharuan
3.      Berpikir alternatif
4.      Adil, jujur dan objektif
5.      Berdisipli dalam melaksanakan tugas
6.      Ulet dan tekun kerja
7.      Berusaha memperoleh hasil kerja yang sebaik-baiknya
8.      Simpatik, menarik, luwes, bijaksana dan sederhana dalam bertindak
9.      Bersifat terbuka
10.  Kreatif
11.  Berwibawa.[5]
Bila dilihat sifat-sifat kepribadian yang di kemukakan diatas, maka dapat dipahami bahwa seorang pendidik harus mempunyai kepribadian yang baik dan terintegrasi, bisa mengontrol emosi dan menempatkan masalah pada tempatnya. Karena guru sebagai manusia biasa, ia tidak akan terlepas dari berbagai kesulitan dalam berumah tangga dan lainnya, di sini di tuntut ketabahannya, supaya tidak membawa masalah itu kedalam tugasnya sebagai pendidik.
Dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang pendidik dan pengajar guru agama harus memiliki syarat-syarat kepribadian. Karena pribadi seorang guru merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam proses mengajar sebab guru merupakan figur sentral peserta didik ketika di sekolah. Akan tetapi pada saat sekarang ini guru agama kurang memiliki kompetensi kepribadian. Hal ini terlihat dimana guru agama dalam melaksanakan tugasnya hanya sekedar memberikan pengetahuan agama kepada siswa dan kurang memperhatikan pembinaan sikap dan kepribadian siswa. Disebabkan karena seorang guru memiliki jam terbang dalam mengajar (hanya sekedar mencari gaji) sehingga seorang guru tidak dapat menampilkan kepribadian yang utama dihadapan peserta didiknya. Hal ini sesuai dengan pendapat Achmad Lutjito yang mengatakan bahwa :
Dewasa ini masih banyak guru agama   islam mengambil jalan pintas dan paling mudah yaitu dengan pendidikan agama Islam lebih sebagai pengajaran dari pada sebagai pendidikan, sehingga pendekatan yang di pakainya adalah pendekatan ilmu yang lebih menyentuh ranah kognitif. Akibat yang mulai di harapkan dari pendekatan seperti itu adalah bahwa peserta didiknya akan memupuk bahan agama sebagai bahan pengetahuan kuantitatif dan kualitatif dalam pembentukan pribadi.”[6]

Dari kutipan di atas terlihat bahwa kompetensi pribadi yang di miliki seorang guru agama telah mengalami kemunduran. Pelajaran agama islam yang di berikan lebih bersifat kognitif atau penguasaan pengetahuan agama, dari pada pembentukan pribadi anak didik. Di samping itu masih banyak guru agaam islam yang tidak menampilkan kepribadian islami, yang dapat memberikan contoh teladan bagi anak didiknya.
Berdasarkan observasi awal penulis di SMK Pembina Bangsa Bukittinggi, sebuah institusi pendidikan. yang mengajarkan pendidikan agama sebagai mata pelajaran wajib di sekolah itu, dibawah bimbingan seorang guru agama. Dimana dalam melaksanakan tugasnya,, guru agama belum melaksanakan tugasnya sesuai dengan kompetensi personal   yang harus di miliki oleh seorang guru.
Hal ini di dukung dengan pendapat beberapa orang siswa yang mengatakan bahwa “Guru agama kurang memiliki kompetensi personal (kepribadian) hal ini terlihat dimana terdapat kecendrungan guru agama yang memberikan perhatian lebih kepada siswa yang berprestasi, yang menimbulkan kecemburuan sosial bagi siswa-siswi lain. ”Dan dalam melaksanakan tugasnya guru agama hanya melepaskan tanggung jawab dalam menyampaikan pengetahuan kepada anak didik.
Pernyataan diatas dikuatkan dengan hasil wawancara penulis dengan salah seorang guru agama  yang menyatakan bahwa : “Saya datang ke sekolah hanya pada jam pelajaran saya saja dan saya juga jarang mengikuti kegiatan keagamaan di sekolah.”[7]
Dilihat dari kondisi diatas terlihat bahwa guru agama kurang memiliki kompetensi personal. Padahal untuk tercapainya tujuan pembejaran secara efektif dan hasil belajar yang maksimal, sangat bergantung pada kompetensi personal yang dimiliki oleh seorang guru. Dilihat dari hasil belajar siswa, terlihat bahwa para siswa mendapatkan nilai pendidikan agama yang sedang dan sedikit sekali yang mendapatkan nilai rendah.
Berdasarkan pernyataan diatas penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh bagaimana pengaruh kepribadian guru agama terhadap hasil belajar siswa. Penelitian ini diformulasikan dalam sebuah skripsi yang berjudul: “PENGARUH KOMPETENSI PERSONAL GURU AGAMA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMK PB BUKITTINGGI”.

B.     Batasan Dan Rumusan Masalah

Agar permasalahan ini terarah dan mencapai sasaran yang dituju maka penulis merumuskan  masalah yaitu : “Bagaimana pengaruh kompetensi personal guru agama terhadap hasil belajar siswa.” Setelah dirumuskan masalah diatas penulis memberi batasan yaitu :
1.      Bagaimana pengaruh kedisiplinan guru agama dalam melaksanakan tugas     terhadap hasil belajar siswa.
2.      Bagaimana pengaruh kewibawaan guru agama terhadap hasil belajar siswa.

C.    Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :
1.      Untuk mengetahui pengaruh kedisiplinan guru agama dalam melaksanakan tugas terhadap hasil belajar siswa
2.      Untuk mengetahui pengaruh kewibawaan guru terhadap hasil belajar siswa.
Adapun kegunaan penelitian ini adalah :
1.      Untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan agama islam (S.PdI) pada jurusan tarbiyah STAIN Syech M.Djamil Djambek Bukittinggi.
2.      Sebagai sumbangan pemikiran bagi calon guru dan guru untuk lebih membekali dirinya dengan keahlian mengajar dan mendidik sehingga ia menjadi guru professional.
3.      Sebagai bahan acuan bagi penulis secara pribadi dalam menerapkan kompetensi personal untuk terjun dalam dunia pendidikan.

D.    Penjelasan Judul

Agar terhindar dari kesalah  tafsiran pembaca dalam memahami maksud yang terkandung dalam judul, maka penulis akan menjelaskan istilah tertentu yang terdapat dalam judul sebagai berikut:
Pengaruh     :     Daya yang timbul dari sesuatu yang ikut membentuk    (melahirkan akibat ) sesuatu (yang lain).[8]
Kompetensi        : Seperangkat kemampuan keguruan yang harus dimiliki      seorang pendidik.
Personal       :     Adalah kepribadian yang secara etimologi berasal dari bahasa latin personare, yang berarti mengeluarkan suara. Menurut ahli psikologi kata personal dipakai  untuk menunjukan tentang sesuatu yang nyata dan dapat dipercaya mengenai individu itu. Sedangkan secara terminology ada beberapa pendapat :
Menurut Hartman susunan yang terinteraksikan dari ciri-ciri umum seorang individu sebagaimana   yang dinyatakan dalam corak khas yang tegas yang diperhatikan pada orang lain.[9]Yang penulis makdsudkan adalah kepribadian dalam arti ciri khas yang mesti ada pada seorang guru.
Guru agama :     Seorang yang telah mengkhususkan dirinya untuk melakukan kegiatan menyampaikan ajaran agama kepada seseorang, kelompok atau kelas.[10]  Yang dimaksud disini adalah guru bidang studi agama islam.
Hasil Belajar:     Kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar.[11]Yang dimaksud disini pengalaman belajar khususnya dalam mata pelajaran agama Islam .
Siswa            :     Setiap orang atau sekolompok orang yang menjalankan akativitas pendidikan. Yang penulis maksud adalah siswa yang menjalankan kativitas pendidikan di sekolah .
Adapun makna dari judul secara keseluruhan adalahdaya yang timbul dari kepribadian guru atau ciri khas yang ada pada seorang guru, bagaimana   pengaruhnya terhadap kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia mengalami pengalaman belajar mereka.

E.     Hipotesis

1.      Hipotesis Alternatif  (Ha)
Adalah pengaruh yang signifikan antara kompetensi kepribadian guru dengan hasil belajar siswa.
2.      Hipotesis Nihil (Ho)
Tidak pengaruh yang signifikan antara kompetensi kepribadian guru dengan hasil belajar siswa.

F.     Metodologi Penelitian

1.      Jenis penelitian
Penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian korelatif yang bersifat eksploratif yang bertujuan untuk mengatur secara luas tentang sebab dan hal yang mempengaruhi sesuatu.
2.      Penentuan lokasi
Dalam Penentuan lokasi, penulis tertarik untuk meneliti pengaruh kepribadian  guru agama dalam menunjang pendidikan siswa..,penulis menetapkan tempat penelitian di SMK Pembina Bangsa Jln. Syekh M.Djamil Djambek Pasar bawah Bukittinggi.
Adapun alasan penulis mengambil lokasi ini sebagai tempat penelitian, karena pada lokasi ini penulis menemukan permasalahan mengenai kompetensi personal guru, dimana pada lokasi ini terlihat  jelas guru agama kurang menerapkan kompetensi personal dalam pendidikan siswa. Oleh karena itu penulis merasa permasalahan itu perlu untuk dipecahkan dengan mengadakan penelitian lebih lanjut.
3.      Sumber data
Sumber data ini penulis kelompokkan menjadi dua bagian yaitu:
a.       Sumber data primer (data pokok) yang menjadi penelitian. Data ini di peroleh melalui kepala sekolah, siswa dan guru. Baik yang di lakukan melalui observasi maupun wawancara maksudnya adalah penulis langsung mengadakan pengamatan dan wawancara terhadap kepala sekolah dan guru agama.
b.      Sumber data sekunder
Data yang diperoleh dari bahan perpustakaan yang digunakan untuk menunjang dan melengkapi data primer.
Data skunder ini penulis pakai untuk menguji data primer yang penulis gunakan sebagai data pendukung.
4.      Populasi dan sample
a.       Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.[12]Yang menjadi sumber data dalam penyelesaian masalah. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa SMK Pembangunan Bangsa dan guru agama yang mengajar di sana. Untuk lebih jelas penulis uraikan pada tabel dibawah ini :


No.
Sumber
Data Yang Akan Diteliti
Jumlah
1.
Kepala Sekolah
1      orang
2.
Guru Agama
2      orang
3.
Siswa Kelas II
150  orang
4.
Siswa Kelas III
200  orang

JUMLAH
353  orang

b.      Sampel
Yang dimaksud dengan sample ialah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.[13]Dalam penelitian ini ada dua bentuk teknik pengambilan yang penulis gunakan yaitu :
1)      Pengambilan sample terhadap guru mata pelajaran ditetapkan dengan sample probalitas yaitu semua populasi berhak dijadikan sample, dengan menggunakan teknik total sampling.[14]
2)      Pengambilan sample terhadap siswa, penulis menggunakan teknik random sampling terhadap semua populasi yang ada. Karena populasinya terlalu banyak, dalam skripsi ini penulis hanya mengambil sebanyak 25%. Pengambilan sample ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Suharsini Arikunto: Apabila yang menjadi populasi kurang dari 100 orang, maka peneliti dapat menjadikan semuanya sebagai sample. Dan apabila lebih dari 100 orang maka ambil 10 % s/d 15 % atau lebih.[15]
Berdasarkan pada pendapat di atas, karena jumlah populasinya lebih dari 100 orang, untuk lebih efesien dan efektifnya penelitian dan mengingat waktu serta biaya penulis yang terbatas maka penulis mengambil sample sebanyak 25 % dari siswa kelas I, dan 25 % siswa kelas II.  Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

No.
Sumber Data Yang Diteliti
Jumlah
 1.
Kepala Sekolah
1    orang
 2.
Guru agama
2    orang
 3.
Siswa kls I
38  orang
 4.
Siswa kls II
40  orang
Jumlah
81  orang




5.      Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini penulis menggunakan  empat cara, yaitu :
a.       Observasi
Kalau pengumpulan data observasi langsung akan memberi sumbangan yang sangat penting dalam penelitian ini. Jenis-jenis informasi tersebut dapat diperoleh melalui pengamatan langsung oleh peneliti.[16]Pengamatan tersebut dilakukan terhadap objek yang diteliti. Dalam hal ini yang menjadi objeknya adalah seluruh aktivitas dan kegiatan pendidikan di SMK Pembina Bangsa.
b.      Wawancara
Responden mengemukakan informasinya secara lisan dalam hubungan tatap muka dengan peneliti.[17]Dalam hal ini yang menjadi responden adalah kepala sekolah dan guru agama.
c.       Angket
Adalah suatu daftar pertanyaan mengenai suatu masalah atau bidang pertanyaan yang akan diteliti. [18]Angket ini ditujukan kepada siswa kls I dan siswa kls II.
d.      Studi Dokumentasi
Dengan mempelajari data tertulis seperti nilai rapor,data perkembangan siswa dan data perkembangan pendidikan di SMK PB Bukittinggi
6.      Teknik Pengolahan data
Data yang telah berhasil dikumpulkan di lapangan untuk selanjutnya diolah dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut :
a.       Seleksi data, kalau data melalui angket ditinjau lagi apakah ada kecocokan antara yang disebarkan dengan yang diterima kembali
b.      Klasifikasi data, data yang diperoleh dikumpulkan sesuai dengan teknik pengumpulan data masing-masing.
c.       Mentabel data, adalah proses mengubah data dari instrumen pengumpulan data menjadi tabel-tabel data, dimana tabel tersebut hendak ditelaah dan diuji secara sistematis.[19]
d.      Menghitung frekuensi atau mempresentasekan
e.       Sistem korelasi, yaitu hasil data yang sudah di dapat, kemudian ditelaah dengan rumus korelasi product momen. Setelah semua data diolah maka penulis   menganalisa data tersebut dengan cara sebagai berikut :
1)      Metode deduktif yaitu pembahasan dimulai dari fakta yang bersifat umum, kemudian kesimpulannya bersifat khusus.
2)      Teknik korelasi yaitu suatu teknik untuk mengetahui hubungan antara dua variable
Untuk melihat hubungannya penulis memakai kriteria sebagai berikut :
0,00  -  0,20     : Hubungannya sangat rendah
0,20- 0,40        : Hubungannya rendah
0,40 – 0,70      : Hubungannya sedang atau cukup
0,70 –0,90       : Hubungannya tinggi
0,90 –1,00       : Hubungannya sangat tinggi.[20]
3)      Pengkorelasian, untuk mencari (menghitung) dan memberikan interpretasi terhadap angka indek korelasi “ r ” Product Momen. Dengan menggunakan rumus
R xy    = Nå XY-(å X) (sXY)
                 {NåX – (åc2 )} {NåY (åg2)}

      Keterangan :
      R         : Indeks Korelasi “ r “ Product Moment
      N         : Jumlah siswa
      å         : Symbol sigma
      X         : Nilai kepribadian
      Y         : Nilai rapor
      c2        : Skor nilai x yang di kuadratkan
      g2        : Skor nilai y yang dikuadratkan.[21]

G.    Sistematika Penulisan

Dalam penulisan dan pembahasan skripsi ini, penulis membaginya dalam beberapa pokok bahasan dan secara garis besar terdiri dari empat bab :
Bab I  Memuat beberapa pokok pikiran yang mendasari pembahasan secara keseluruhan yang meliputi, latar belakang masalah, rumusan masalah dan batasan masalah, penjelasan judul, tujuan dan kegunaan penelitian, hipotesis, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II Akan memaparkan tentang kompetensi kepribadian guru dan hasil  belajar siswa.
Bab III Akan dibahas tentang hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari monografi SMK PB Bukittinggi, gambaran data tentang kompetensi personal guru terhadap hasil belajar siswa serta pembahasan khusus tentang penelitian.
Bab IV berisi kesimpulan dari seluruh rangkaian penelitian beserta saran-       saran.

 


OUT LINE


BAB I :           PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
B.     Rumusan dan Batasan Masalah
C.     Tujuan dan Kegunaan Penelitian
D.    Penjelasan Judul
E.     Hipotesis
F.      Metodologi Penelitian
G.    Sistematika Penulisan
BAB II :         KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU DAN HASIL BELAJAR
A.    Kompetensi Kepribadian Guru
1.      Pengertian Kepribadian Guru
2.      Aspek Kepribadian Guru
B.     Hasil Belajar
1.      Pengertian Hasil Belajar
2.      Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
BAB III :        HASIL PENELITIAN
A.    Monografi SMK PB Bukittinggi
B.     Pengaruh Tanggung Guru Dalam Melaksanakan Tugas Terhadap Hasil Belajar Siswa
A.    Pengaruh Kewibawaan Guru Terhadap Hasil Belajar Siswa
BAB IV :        PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     Saran-saran


[1] M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan agama dilingkungan keluarga, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977) Hal, 121
[2]Syaiful Bahkri Djamarah, Prestasi Belajar Dan Kompetensi Guru, ( Surabaya: Usaha Nasional,1994), hal. 59
[3]Zakiah Darajat, Kepribadiannn Guru, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), cet. 3, h.16
[4]Zainuddin, dkk, Seluk Beluk Pendidikan Dari Al-Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991),    h. 56
[5]Cece Wijaya dan A.Tabrani Rusyan, Kemampuan Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda Karya,1991), h.13
[6]H.M.Chabib Thiha,ed, Reformasi Filsafat Pendididkan Islam,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1996), h. 313
[7]Data ini adalah hasil wawancara langsung penulis dengan salah seorang guru agama yang mengajar di SMK Pembina Bangsa. 
[8]Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia,(Jakarta : Balai Pustaka, 1997), Cet. 9, h. 666
  [9]Rammayulis, Imu Pendidikan Islam, (Jakata, Kalam Mulia, 1998) Cet.1. h. 189
[10]Acharnis, Pedoman Guru Agama SLTA , (Jakarta: 1982/1983) h.38
[11]Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 1999), Cet. 6, h.
[12]Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993),Cet.9, h. 7
[13] Ibid, h. 102
[14]Sanafiah, Metode Riset dan Aplikasinya Dalam Pemasaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 56
[15]Suharsini Arikunto, Pengantar Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 67
[16]Sanafiah Faisal, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982),     h. 204
[17] Ibid, h. 213
[18]Kholip Narbuko dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), Cet I, h. 76
[19]Sanafiah Faisal, Op.Cit, h. 238
[20]Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta : PT.Raja Grafindo, 1998), Cet 2,  h. 180
[21]Ibid, h. 191

0 Comment